7 - Fight

45 9 0
                                    

Chester's Pov

"Karena kau akan mati disini."

Paman itu mengarahkan revolvernya ke arahku dan bersiap untuk menembaknya.

Sesaat sebelum dia menembaknya, Aku berlari ke arahnya dengan cepat dan bersiap untuk menusuknya dengan pisau yang kusembunyikan.

Saat aku mendekat, Entah mengapa paman itu tersenyum.

"Kau naif, Bocah."

"Apa?"

Buakk!

Paman itu meninju pipiku dengan keras, Membuatku mundur.

"Cih."

Aku lalu kembali menoleh ke arahnya dan mengeluarkan pisauku dan bersiap untuk menusuknya.

Sesaat sebelum pisau itu akan mengenainya, Paman itu mencengkram tangan kananku yang memegang pisau.

Dia lalu mencengkramnya dengan kuat membuatku kesakitan.

Aku lalu melepas pisau dari tangan kanan ku dan dengan cepat menangkapnya dengan tangan kiriku dan bersiap menebas lehernya.

Buakk!

Bersamaan dengan suara itu, Aku terlempar ke belakang.

Paman itu menendang perutku dengan kuat.

"Usaha yang bagus."

Sekali lagi, Paman itu mengarahkan revolvernya ke arahku.

Sial, Apa tidak ada jalan lain lagi?

Aku terus memutar otak untuk berpikir selagi memegang perut ku yang kesakitan.

Ada sebuah cara yang muncul dalam benakku. Tapi ini taruhan.

Tak ada jalan lain, Aku bertaruh dengan taruhan ini!

Darr!

Aku berlari kekiri bersamaan dengan tembakan itu.

Aku lalu berlari menuju paman itu dengan kecepatan tinggi.

Darr!

Aku berhasil menghindari tembakan berikutnya dengan bergerak zig-zag menuju paman itu.

Paman itu tidak segera menembakku dengan peluru berikutnya, Itu karena dia hanya mengisi 4 peluru saja.

Kenapa aku berpikir seperti itu? Itu karena saat tadi kutemukan revolver itu, Aku menyimpan 2 peluru lainnya di dalam kantongku.

Memang belum pasti jika hanya ada 6 peluru yang tergeletak di lantai. Tapi, Dia tidak menembakku dengan peluru berikutnya itu berarti taruhanku berhasil.

"Itu artinya, Sekarang menjadi pertarungan jarak dekat!"

Dengan semua keyakinan itu, Aku menerjang ke arahnya.

Paman itu melempar revolver tadi ke arahku, Secara refleks aku menghindarinya.

Gerakan menghindar itu adalah suatu kesalahan. Dalam detik itu, Sesaat setelah aku menghindar, Paman itu meluncurkan pukulan lurus ke arahku.

Buakk!

Pukulan kali ini, Lebih kuat dari pukulan sebelumnya, Buktinya aku mundur lebih jauh dari sebelumnya.

Saat aku kembali menoleh ke paman itu, Pukulan kedua lagi lagi datang dan mengenai pipi kananku kali ini.

Paman itu lalu berjalan mendekati ku dan mulai melancarkan serangannya.

Last! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang