777

3.3K 650 109
                                    

Note; aks gabut jd up aja hehe



Di titik ini aku tidak akan kaget jika Rosé menggoda pria lain, dia lebih terlihat seperti jalang daripada gadis yang pernah dikurung orangtuanya. Terbalut pakaian mahal, tapi tangannya bisa meraba apa pun yang dia mau tanpa perlu sogokan atau semacamnya.

Dan di titik ini aku sedikit kesal, aku merasa aku-lah korbannya, bukan dia.

Sudah kuduga, dia tidak hanya dekat denganku, dia dekat dengan banyak pria yang jauh lebih populer, tapi di depan pria-pria itu dia terlihat submissive, dan aku tidak bisa tidak terkekeh tiap melihatnya.

Rosé mungkin menggoda pria-pria itu dan mengajaknya berhubungan juga, kan? Aku salah satu dari mereka, bukan satu-satunya.

Hanya saja, mungkin caranya beda. Jika denganku, dia berusaha jadi dominan, mungkin karena aku cupu di matanya? Pfft, apa aku terlihat seperti pria yang tidak tertarik pada lawan jenis sehingga dia merasa harus menyelipkan kakinya di antara dua kakiku pada pertemuan pertama?



"Kau mengencani banyak pria?"

Rosé menegakkan kepalanya. "Apa?"

"Ada berapa banyak pria yang kau kencani saat ini?"

Gadis itu terdiam, setelah itu tertawa kecil. Kami sedang makan siang bersama, Rosé mengajakku makan siang di tempat duduk penonton di lapangan bisbol, menonton beberapa anak seumurannya sedang bermain-main di lapangan.

Rosé menunjuk salah satu dari beberapa pria yang ada di lapangan; berambut pirang berantakan, hidung mancung, postur tubuh tinggi berotot, memakai jaket dan celana jeans, aku tidak tahu itu siapa. "Kau lihat dia? Namanya Lucas, orang-orang memanggilnya Luke."

Rosé mendekatkan bibirnya pada telingaku, lalu berbisik. "Dia salah satu pria yang aku kencani saat ini."

Aku hanya diam saat Rosé menunjuk pria lain; memakai kemeja kotak-kotak yang kancingnya semua terbuka menampakkan kaus hitam yang dipakainya, kaca mata bulat frame tipis, berambut hitam, sedang duduk menyender di bawah pohon sambil membaca buku. "Dia pria kedua, orang Korea, namanya Jungkook."

Saat Rosé hendak menunjuk yang lain, aku menurunkan tangannya. "Aku yang keberapa?"

"Keempat." Dia tersenyum manis.

"Jalang."

"Apa?"

"Kau. Jalang," ulangku. Rosé terkekeh. "Bukannya sudah aku bilang bahwa aku mudah? Kau pikir aku hanya mudah untukmu?"

Jalang sialan ini bersikap seolah dia yang mengambil kontrol penuh atas semuanya, benar-benar menjijikan, kalau saja aku bisa membuatnya kehilangan wajah sombong itu saat ini, dia depan semua orang, tanpa terkena masalah, maka aku akan melakukannya.

"Tapi aku benar-benar menyukaimu," ucap Rosé sambil tersenyum.

"Fuck that."

"Oh? You don't want me?" Tanyanya tanpa melunturkan senyum sama sekali.

Sekali lagi aku menatap wajah cantik yang sombong itu, dan tanganku terkepal kuat, benar-benar muak, tapi aku tidak tahu yang membuatku marah adalah dia yang bersikap semaunya sehingga menginjak-injak harga diriku atau dia yang mengencani banyak pria setelah berkata bahwa dia adalah milikku.



Apa pun alasannya, gadis ini harus diajari sedikit pelajaran soal menundukkan kepala dan tidak berlagak sok dominan.








Note;

Mau dark atau happy end?

(Dark itu misalnya salah satu dari mereka mati)

𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐨𝐬❜🪵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang