333

4K 757 76
                                    



"Aku baru pindah ke kota ini beberapa hari lalu."

Aku tidak menjawab, lebih memilih menatap lurus ke depan. Kami sedang berjalan di trotoar, aku hendak pulang dan entah Rosé hendak kemana karena dia hanya mengikuti saja, sepertinya.

Rosé terlihat manis terbalut kaus kekecilan yang menampakkan perut ratanya, aku tidak tahu kenapa dia memakai kaus kekecilan seperti itu, tapi sepertinya itu sedang tren di kalangan perempuan. Aku pun tidak tahu apa kaus kekecilan tersebut boleh digunakan di lingkungan sekolah, tapi sepertinya Rosé tidak terkena masalah.

"Kau tahu, Anderson? Aku sebenarnya kabur dari rumah lama, dulu aku terkurung di sana, tidak boleh keluar kecuali untuk hal yang sangat sangat penting."

Sebenarnya aku tidak pernah tertarik dengan topik ini, tapi gadis itu terus mengoceh, membuat mataku sesekali melirik ekspresi lucu yang dikeluarkannya saat megoceh.

Kira-kira ekspresi apa yang akan dikeluarkannya saat aku membunuhnya?

Mungkin sedikit menarik.

"Aku tidak tahu menahu soal dunia luar sampai akhirnya aku diam-diam mengambil ponsel ibuku, dan melihat banyak dari sana." Rosé menoleh menatapku. "Itu kenapa aku tahu apa itu berkencan."

"Sepertinya kau tidak terlalu tahu."

"Oh, aku tahu."

Sialnya, aku sendiri tidak terlalu tahu. Apa yang orang-orang lakukan saat berkencan?

"Apa yang dilakukan orang-orang saat berkencan?"

"Hal-hal seru."

"Hal seru apa?"

"Entahlah, apa yang bagimu seru?"

Oh, dia memancing.

Aku memilih untuk tidak menjawab lagi, dia pun tidak bertanya lagi, mungkin kesal karena aku tidak menanggapi, masa bodoh, nanti juga dia bosan dan pergi.

Tiba-tiba langkah Rosé terhenti. "Oh my god! Anderson!"

Aku ikut berhenti dan menoleh. "Apa?"

"Aku mau eskrim!!" Pekiknya semangat, dia berlari kecil memasuki kedai eskrim di dekat mereka, tepat saat itu aku menghela napas dan memilih untuk duduk di kursi pinggir jalan.


Tidak lama, Rosé keluar dari kedai itu dengan dua cone eskrim di tangan, dia duduk di sebelahku lalu menyodorkan eskrim rasa vanila. "Untukmu."

Aku menerimanya.

Sedangkan itu Rosé memakan eskrim rasa stoberi. Hening lagi.

Entah bagi Rosé ini membosankan atau tidak, lagipula kenapa dia tiba-tiba mengajakku berkencan? Aku tidak menyetujuinya—tapi tidak menolaknya juga, jadi sebenarnya aku juga tidak tahu apa kami sedang kencan atau tidak saat ini.

"Anderson."

"Hm."

"Apa memakan eksrim bersama menurutmu termasuk 'hal-hal seru'? Karena menurutku iya."

Aku tidak menjawab, tepatnya tidak tahu mau menjawab apa.


Tapi tiba-tiba aku merasakan tangan lentik Rosé mendarat di paha dalamku, membuat aku otomatis menoleh, dan dia menoleh juga, kami bertatapan.

"Kau tahu, Anderson?"

Aku menelan saliva susah payah saat tangannya bergerak. "Apa?"

"We should have sex."



Gadis gila.

𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐨𝐬❜🪵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang