111111

3K 589 68
                                    



"Aku suka mencoba hal yang baru."

Oh.

"Dari hobi sampai pria, aku suka yang baru." Rosé menyunggingkan senyum kecil, tangannya dengan perlahan mengenggam tanganku dan aku benci itu. "Mencoba pria baru selalu menyenangkan. Bukankah begitu? Kau harus mencobanya, berkencan dengan gadis lain setelah berkencan denganku."

Aku sama sekali tidak tertarik.

Sepertinya tidak ada gadis lain yang sebodoh Rosé.

"Aku sudah mencoba hampir semua pria berbeda sifat. Contohnya Jungkook yang pendiam tapi pintar merayu, Lucas yang romantis sekaligus pencemburu, dan kau yang aneh."

"Kau tidak tahu apapun tentang aku, diam saja."

"Kalau begitu beritahu sesuatu tentangmu."

Mataku meliriknya saat dia memepetkan badannya padaku. Kami sedang di perjalanan pulang, Rosé memaksaku untuk mengunjungi rumah pamannya yang jadi tempat tinggal dia. Awalnya aku sama sekali tidak mau, tapi Rosé benar-benar memaksa.

Katanya ada banyak makanan enak di sana.

Dan dia akan menginap di rumahku malam ini.

Aku setuju.

Melihat aku yang diam saja, Rosé memajukan bibirnya kesal. "Apa kau suka berolahraga? Badanmu bagus."

Sebenarnya tidak juga, aku lebih suka berbaring di kasur sambil mendengar radio, tapi karena uangku yang terbatas aku jalan kaki ke sekolah tiap harinya, mungkin itu yang membuat badanku bagus.

Dan juga aku lumayan peduli soal wajah, aku mencuci muka 2 kali sehari. Walau pakai sabun mandi.

Kadang shampo.

"Tidak."

"Tapi kulitmu mulus." Saat tangan Rosé hendak menyentuh wajahku, aku menggigit jari lentik itu sekuat mungkin, bagian lipatan kuku, dia memekik. "Aw!!"

"Jangan sentuh seenaknya."

"Oke." Tangan Rosé bergerak cepat meremasku, lalu tertawa puas.

"Hei!!" Metaku melotot galak. Ah sialan, aku mempercepat langkahku. Ayolah, lama-lama kesal sendiri sama sifat Rosé yang semaunya, apalagi membayangkan berapa banyak pria yang sudah merasakan ini agak menggangguku.

"Jeffreyyy~~ jangan maraaahh." Aku mendengar derap langkah Rosé yang berusaha menyusul, lalu sepasang tangan cantik melingkar di pinggangku.

Langkahku terhenti, dan aku tidak mengerti kenapa jakunku baik turun saat merasakan badan Rosé yang menempel sempurna di punggung. Sial, apa pikiran kotor Rosé tertular padaku?

"Kemari."

Rosé tidak melepaskan pelukannya saat dia berpindah tempat jadi di hadapanku. Aku menangkup wajah cantiknya, lalu menunduk demi menggapai bibir itu.


Apa aktingku sudah bagus?







Note;

Demiapazi hari valentine gaada yg mau ngasih gw coklat apa

𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐨𝐬❜🪵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang