𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐨𝐬❜🪵

252525

Aku memiliki banyak sepupu, tapi hanya satu yang aku ingat namanya karena dia satu-satunya yang sering muncul di hadapanku: Johnny.

Ia seumuran denganku, dan kelakuannya tidak lebih baik dari sampah.

Iya, dia yang mengataiku weirdo—bukan karena itu aku bilang dia tidak lebih baik dari sampah, orang yang mengataiku weirdo sudah tidak bisa dihitung jari, jadi mari kita berhenti bicarakan itu lagi, terima kasih.

Yang membuat Johnny seorang bajingan adalah: dia tidur dengan banyak wanita.

Aku tidak bicara soal 'banyak' yang biasa, maksudku, benar-benar banyak, sangat banyak sampai dimana dia meniduri adikku, pacar palsuku yang dulu, dan kakak perempuannya sendiri, for god's sake, dia adalah jalang laki-laki.

Jangan buat aku memulai dengan sepupu yang lain dan teman-teman sekolahnya.

Bagaimana aku tahu? Karena selain mengataiku weirdo dan bilang wajahku mirip ikan pari, dia memberitahuku tiap wanita yang ditidurinya. Tapi dia tidak bilang meniduri adikku, aku mengetahuinya sendiri, dia ada di kamar adikku dan menimbulkan suara kasur berdecit saat seharusnya tidur di sofa ruang TV.

Ini bukannya aku iri atau semacamnya, aku hanya tidak habis pikir karena dia tidak pandang bulu, aku bahkan tidak akan heran jika suatu saat dia menyetubuhi ibuku di dinding kamar mandi saat acara keluarga.

Atau Ayahku. Mungkin saja dia gay, siapa yang tahu?

Tapi mari lupakan itu, bukan urusanku selama dia tidak mengetahui Rosé dan menidurinya—sialan, i will rip his cock off and shove it in his mouth if he do—Aku membicarakannya karena aku ada urusan dengannya. Ini soal membunuh paman Rosé, aku butuh sedikit saran.

Itu kenapa kami ada di taman sekarang, kami tidak akan bertemu di rumah, ada Rosé di sana, aku serius saat aku bilang akan membenturkan wajahnya ke meja dan menusuk matanya dengan pisau roti jika mata itu menatap Roséku.

"Aku butuh sedikit saran," ucapku sambil membakar ujung rokok yang berada di antara dua belah bibirku. Johnny menyender nyaman di bangku taman. "Apa?"

"Saat kau membunuh bajingan yang paling kau benci, apa yang kau pakai?"

"Ini soal membunuh ayahmu?"

"Sebenarnya bukan, tapi mungkin boleh dicoba," gurauku. Ayolah, ayah memang brengsek tapi darimana aku akan dapat uang setelah itu?

"Kau harus beritahu dulu siapa yang akan dibunuh."

Aku menoleh ke arahnya, lalu menghembuskan asap ke wajah pas-pasan itu. "Bagaimana kalau aku bilang dia seorang pemerkosa?"

"... Jangan menatapku seperti itu, semua wanita yang aku tiduri sukarela melebarkan kakinya."

"Dapat dipercaya," sarkasku, setengah serius, karena aku memang tidak tahu pasti apa itu sebuah kebenaran.

"Ini bukan soal aku yang meniduri adikmu, kan?"

"Dia sudah mati, untuk apa aku peduli?"

Hening sebentar, Johnny meletakkan kedua tangannya di punggung kursi, duduk dengan kaki lebih mengangkang, dia menoleh sebelum bertanya, "kau punya pacar?"

Tunggu, dia tahu soal Rosé? Bagaimana bisa? Jangan bilang Rosé sudah pernah tidur dengannya? Sialan, harusnya aku sejak awal sadar dia seorang penjahat kelamin bangsat yang tidak lebih berakal dari hewan—

"Aku tidak mengenalnya, lagipula memang kau punya?"

Oh.

"Tidak."

Johnny terkekeh pelan, menegakkan duduknya lalu merebut rokok yang semula ada di bibirku, dilempar dan diinjak, aku ikut menegakkan duduk, mengernyit kesal. "What was that for—"

"Jeff, gunakan tangan kosong."

Aku terdiam.

"Jika dia benar-benar seorang bajingan yang paling kau benci, gunakan tangan kosong, pukuli sampai sekarat, siapkan sebatang rokok untuk menemanimu saat menontonnya meregangkan nyawa."

Terdengar menyenangkan. "Bagaimana dengan alunan musik romantis?"

"Itu pemanis yang sempurna."

Senyumku mengembang, melihat itu Johnny berkata, "kau seperti orang yang akan menyelamatkan dunia, bodoh, apa-apaan senyum itu?"

Benar, aku akan menyelamatkan duniaku.

Rosé sayang, duduk yang manis, akan aku pukuli pamanmu sampai mati. Berterimakasihlah saat kau sedang memelukku nanti.

Note;

aslinya mah udh gatel bgt ni draft dari chapter 22 udh nangkring hampir 2 bulan :"

pengen lngsng publish sekaligus plis