Aku berjalan ke dapur yang dekat dari posisi semula, hanya butuh 5 langkah lebar, dan kembali dengan permen batangan di mulut serta lampu senter yang biasa digunakan untuk camping, ukurannya lumayan besar, aku letakkan di samping bajingan itu.Dengan sinar senter, aku bisa melihat seluruh badannya bergetar, wajahnya pucat, sedikit darah mengalir dari mulutnya.
Aku memasukkan tangan kiri ke saku saat tangan kananku mengeluarkan permen batangan dari mulut. Melangkah mendekati bajingan itu, lalu memberikan tendangan di selangkangannya.
"AAAKHH!!"
Satu tidak cukup, aku melakukannya lagi, dan lagi, menikmati bagaimana ekspresi kesakitan yang dia keluarkan. Aku tahu, sakitnya pasti menjalar ke perut, sangat sakit sampai kepala pening dan pandangan kabur. Aku juga pernah ditendang di selangkangan tentunya, tapi tidak pernah separah ini, kira-kira bagaimana sakitnya?
"Kumohon ... huu huu."
Menangis?
"Kau kira menangis akan membuatku berhenti?" Aku tersenyum kecil, kembali mempertemukan ujung sepatuku dengan selangkangannya dengan sekuat tenaga. Sudah berapa tendangan, ya? Mungkin penisnya hancur.
"Benda sialan ini." Aku masih menendangnya beberapa kali. "Yang memperkosa pacarku, bangsat!"
Aku berhenti saat melihat darah merembes dari celananya ke ujung sepatuku, tertawa melihatnya, apalagi melihat wajah kesakitan dan ketakutan bajingan itu. "Wah, masa depanmu sudah rusak, tuh?" Ledekku.
"Huu ... kumohon ... a-apa yang kau inginkan d-dariku?" Dia bicara dengan pelan dan kurang jelas.
"Apa?" Tanyaku.
"A-apa—"
BUGH!!
"Bicara yang benar, bodoh," ucapku setelah menendang wajahnya tepat di hidung. Hanya dengan satu tendangan, darah segar mengalir dari hidung mancung Bajingan itu. Kedua mata itu terpejam erat, pening bukan main pasti yang ia rasakan.
"Sudah tua kok gagap, sih?"
Dia tidak menjawab lagi, sekarang posisinya meringkuk dengan tangan tergeletak ke depan. Aku kembali mengemut permen, dan mengambil kursi dari meja makan.
Kursi itu aku letakkan di depannya, salah satu dari 4 kaki kursi sengaja aku injakkan ke punggung tangan bajingan itu. Sebelum aku duduki, dia berteriak, membuat kupingku sakit. Menjengkelkan, aku mempertemukan ujung sepatuku ke rahangnya dengan keras.
BUGH!
"Diam, sialan."
Aku duduk di kursi. Ah, rasanya lucu saat terdengar bunyi tulang patah saat aku duduk. Mulut bajingan itu bergetar, tapi tidak mengeluarkan suara, mungkin takut rahangnya ditendang lagi.
"Jadi, bagaimana rasanya memperkosa keponakan sendiri?"
"K-kau—"
"Aduh, jawab saja, brengsek." Aku memiringkan dudukku, membuat kaki kursi yang menginjak punggung tangan si Bajingan Tua makin berat. Dia berteriak kesakitan, tidak menjawab pertanyaanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐨𝐬❜🪵
Fanfiction𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐱 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 ❝Jeffrey yang aneh bertemu Rosé yang sama anehnya.❞ Inspired by a Netflix's series The End of The F***ing World.