Chapter 1

3K 168 4
                                    

Seorang murid yang yang berjalan menyusuri lorong kelas dengan buku yang tertupuk di tanganya. 'Lelah' hanya itu yang bisa ia katakan sekarang. Banyangkan saja kelas yang terletak sangat jauh dengan perpus apalagi anak tangga yang sangat banyak harus ia lewati demi membawa buku paket berjumlah 30 itu menuju kelasnya. Siapa lagi yang menyuruhnya kalau bukan ketua kelas yang sok berkuasa itu

Jennie Brinkley anak 12-2 ya! dia anak kelas yang sekarang tengah membawa puluhan buku itu telah sampai dikelasnya.

“ Nih! ” serunya yang menaruh buku itu di meja guru dan mengapus pelipisnya yang mengeluarkan keringat.

“ Kalian gaada yang jemput aku ke perpus?! ” tanyanya yang tidak sama sekali di jawab oleh semua anak kelas itu

“ ayolah Jen! Kau itu bukan princes yang harus kita tutun jalannya ” tertawa remeh para lelaki yang sedang menimbrung di belakang dengan para perempuan yang ikut tertawa. Jennie hanya terdiam menghela nafas dengan kelakuan teman-temannya itu. Ralat- hanya Jennie yang mangangap mereka teman sementara mereka? Entalah Jennie hanya tidak ingin mendengar kenyataannya dan kembali duduk di mejanya yang juga di belakang dan terpojok

“ Jennie maaf ” ucap teman sebangkunya Yerim. Jennie tau Yerim hanya berpura-pura baik didepannya Karena dia tidak ingin bila Jennie enggan memberinya contekan. Dan Jennie juga tau bahwa Yerim berdekatan dengannya dia bisa dibabukan seperti Jennie saat ini. Jennie hanya mengulas senyum di wajahnya dan anggukan membuat Yerim ikut tersenyum.

















🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️


Seperti dua tahun biasanya saat bel istirahat berbunyi dia tidak pergi ke kantin hanya duduk di tempat nya dan memakan bekal buatannya sendiri. Bukannya Jennie tidak mau ke kantin hanya saja habis ini dia harus kembali mengambil buku-buku itu

“ Hah ” helaan nafas seseorang itu membuat Jennie mendongkakan kepalanya. Senyum smirk yang ditampilkan oleh gadis didepannya ini membuat Jennie bergedik ngeri dan tak menghiraukan kedatanganya dan kembali memakan sandwich buatnya



Brak



Jennie hanya menghela nafasnya setalah mejanya dipukul oleh gadis itu dan bekalnya yang sudah jatuh kelantai. Kemudian di cengkram kedua pipi bulat Jennie sangat keras oleh gadis itu.

“ Ah--hk Sann-na sakit ” ringisan Jennie yang membuat sang nama yang ia sebut itu semakin kuat mencengkram nya



Bruk



Dihempasnya wajah Jennie dan badanya yang ikut terjatuh hingga keningnya sedikit tergores ujung meja “ Jennie! Jangan salahin kita kalau kau terus kami siksa ” ucap temannya yang duduk di tempat dimana kening Jennie tergores.

“ Yaiyalah ngapain salahin kita! Itu semua salah dia sendiri! Kenapa seorang anak miskin bisa masuk ke sekolah ini! Seharusnya dia sadar diri! Disini dia cuman numpang belajar jadi gausah so! Apalagi harus so cantik, Cih! ” Tatapan tajamnya yang membuat Jennie bangun dari tersungkur nya dan merapikan bajunya membuat kedua orang itu malas melihat nya.

“ Terimakasih sudah mengingatkanku untuk sadar status ku di sekolah ini ” senyumnya selalu ia keluarkan disaat seperti ini. “ Aku harus ke perpus. Kalian tidak mau kan belajar tanpa buku?. Kalau begitu aku pamit ” ucapnya lembut meninggalkan kedua orang itu terngaga bisa-bisanya Dia tidak tersulut emosi dari keduanya.

Ya Jennie adalah di pandang sebagai seorang gadis yang kurang berkecukupan ekonomi nya karena ia tinggal sendiri tidak dengan kedua orangtuanya. Bukan karena kedua orangtuanya sudah tiada tapi karena Jennie sendiri yang memutuskan pergi dari rumah. Siapa yang tidak menyangka kalau sebenarnya Jennie Anak dari orang berada yang bahkan kastanya bisa dibilang lebih tinggi dari anak-anak yang selalu mencacinya. Karena pertengkaran sangat besar itu membuat Jennie pergi dari rumah dan bertekad untuk tinggal sendiri

Two LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang