CHAPTER 21

7.3K 985 178
                                    

CHAPTER 21

Tolong KOMEN !VOTE!
BIAR CEPET CERITA NI SELESEI

Ting Tong..

Ting Tong..

Jennie lekas menoleh kearah pintu saat dia mendengar suara bel dari luar. Kira kira siapa yang datang kerumahnya di hari libur begini ? Apakah itu Suaminya yang akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah ? Mungkin Jungkook telah meredakan emosinya dan memilih untuk pulang lagi. Membayangkannya saja sudah membuat Jennie bergegas bunyi bel itu keluar. Ia menarik nafasnya dalam, Jika benar itu memang suaminya maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk meminta maaf dan menyelesaikan masalah diantara mereka dengan baik baik.

"Haahh... Kwincana Kim Jennie. Kau dan Jungkook masih bisa diperbaiki" Begitulah kata kata yang ia tanamkan pada dirinya.

Namun ketika ia membuka pintu, gadis itu terlihat tak bisa berbuart apa apa. Bukan suaminya yang datang, namun ini lebih rumit dari sekedar kedatangan Jungkook. Ayah dan ibu mertuanya berdiri diambang pintu sambil menjenjeng bawaan. Kedua mata mereka menatap Jennie dengan wajah yang bahagia, wajar, Ayah dan Ibu Jungkook sangat menyayangi Jennie.

Wajah Jennie yang tadinya berusaha untuk tersenyum menyambut kepulangan sang suami, kini berubah rona dengan penuh ketegangan. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Kenapa mertuanya malah berkunjung disaat ia dan Jungkook sedang bermasalah. Jennie dengan kikuk terpaksa menyambut kedua orang tua Jungkook itu dengan berusaha bersikap sebiasa mungkin.

"E-eommoniem.. A-abuniem.. Kalian datang" Kata Jennie. ia sungguh tak menginginkan kunjungan ini sekarang.

"Putriku.. Aku sangat merindukanmu" Ibu Jungkook langsung memeluknya dengan erat, Jennie hanya bisa pasrah tak bertulang. Sedangkan Presdir Jeon memberikan sebuket bunga pada menantu kesayangannya.

"Kau terkejut bukan ? Aku sengaja mengajak istriku mengunjungimu diam diam" Kata Presdir Jeon.

"Kalau mau mengunjungi menantu, pasti harus berkabar terlebih dahulu. Namun aku mengunjungi putriku. Jadi aku bisa datang kapanpun"

Mendengar perkataan Ayah Jungkook, dinding pertahanan Jennie pecah. Ia berusaha menelan tangisnya agar tetap dikerongkongan. Perasaan takut akan mengecewakan kedua orang yang rasanya kini menjadi orangtuanya juga. Mereka bahkan menganggap menantu sebagai anak sendiri, jarang di Korea ada mertua yang mencintai menantunya sama seperti mereka mencintai anak kandungnya.

Jennie pun mempersilahkan terlebih dahulu kedua mertuanya masuk kedalam rumah. Terlebih, sang ayah mertua yang pasti tangannya sudah kesemutan menenteng bawaan sebanyak itu terlalu lama.

"Ayah, kemarikan bawaannya. Sikumu bisa nyeri kalau menentengnya terlalu lama" Kata Jennie ingin mengambil alih sebuah kotak kayu mewah entah apa isinya yang dibawa oleh Presdir Jeon.

"Heeiihh.. Kalau untuk putriku, jangankan kotak ini, pohon kayupun akan aku tenteng demi masa depannya" Jawab Presdir Jeon

"Dalam kotak ini isinya masa depan, jadi aku harus membawanya langsung dengan kedua tanganku"

Perumpamaan Presdir Jeon menimbulkan pertanyaan. Tapi, yasudahlah. Lebih baik persilahkan mereka masuk dulu. Kata Jennie dalam hati.

Menit berjalan terasa lambat, Jennie menemani Ayah dan Ibu mertuanya yang sibuk memasak didapur. Terutama sang ayang mertua yang rela samapi berkeringat hanya untuk menghidangkan Sepanci sup rumput laut untuk menantu kesayangannya. Sedangkan ibu Jungkook menyalin semua makanan rumahan yang ia bawa kedalam wadah. Lusinan jenis lauk pauk yang telah ia persiapkan dari rumah langsung memenuhi kulkas Jennie yang kosong.

TEACH ME IN YOUR PAIN. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang