CHAPTER 18

9.3K 1.1K 179
                                    

CHAPTER 18

"Suatu hal yang jarang pasangan tahu tentang apa itu Intim sebenarnya. Tak melulu tentang hasrat yang sesat melainkan soal bahasa jiwa, hei kamu yang mengarungi malam denganku, ketika kita menyatu bukanlah tentang napsu, tapi soal aku yang menuang setengah jiwaku kedalam dirimu. Harusnya kamu tidak meninggalkanku begitu, bagaimana aku hidup dengan sebelah paru paru ?"



(Vote dan Komen, Males ah kalo sepi komenan. Kalian egois, sudah menarik perhatian seorang pria, Menyita waktu dam kesetiaan seorang suami,  tapi tak mau merawat kembali
🙁)

***

Jennie sudah mengumpulkan beberapa pakaiannya kedalam sebuah Koper, tak banyak, hanya satu koper penuh setinggi pinggang. Seperti yang dipinta Jisoo padanya melalui telepon, kakaknya meminta agar dirinya menginap dikediaman Jisoo dulu untuk beberapa hari kedepan karena kakaknya tak ingin Jennie menderita sendirian disana. Hanya sewaktu waktu, keadaan rumah itu terasa berbeda, terasa hampa. Dingin penuh kekecawaan. Terlebih melihat foto dirinya yang mengenakan pakaian pengantin sedang berciuman dengan suaminya. Mempertegas, bahwa Jennie telah merusak kebahagiaan yang ada didalam foto itu. Air matanya jatuh denga sendirinya. Gadis itu menggigit bibir, tak kuasa menahan rasa penyesalan. Dengan menyeka air matanya, ia akhirnya putuskan untuk meninggalkan rumah ini dengan berat hati. Membawa pergi koper besarnya menuju pintu keluar, ia bahkan tak pernah berpikir pergi dari rumah dengan cara yang sangat tidak hormat seperti ini.

Ketika ia menarik gagang pintu, disana telah menunggu dengan diam seseorang dengan wajahnya yang Tak kalah datar dengan pintu. Sedari tadi gadis itu berdiri didepan rumah Jennie, tanpa memencet Bel, atau memanggil, bahkan bersuara. Dia hanya berdiri disana sambil tertunduk dengan putus asa, setelah berusaha berkali kali mencari Jennie kesana kemari dan menemuinya, yang ia dapat hanyalah sebuah penolakan. Jennie bahkan terkejut, Kenapa Lisa masih saja terus mencarinya bahkan ini sudah hari ke 16 ia mencoba untuk menjauh.

Tak banyak kata kata yang Jennie keluarkan, hanya sebait kata yang membuat Lisa makin tidak mengerti. "Apa yang kau lakukan disini ? Bukankah pesan yang aku kirim sudah cukup jelas ?"

"Aku ingin kita mengakhiri ini dulu Lisa"

Lisa hanya diam membeku, ia tak bisa memberitahu Jennie betapa sakitnya dadanya sekarang. Matanya tertuju pada koper yang ada ditangan Jennie. Apakah Jennie akan benar benar meninggalkannya dengan cara seperti ini ?

"Kamu mau kemana Jen ?"

Jennie diam, dia tak menjawab, dia menutup pintu, mengabaikan Lisa sambil menyeret kopernya. Lisa menghadang hingga roda Koper Jennie menabrak sepatunya.

"Jawab dulu Jen" sedemikian Rupa Lisa menahan agar rasa sakitnya tak terlihat didepan Jennie. Saking rindunya ia dengan gadis itu, ia langsung mendekap Jennie erat. Untuk bebrapa saat ia menunggu, berharap Jennie akan memeluk tubuhnya pula untuk sejenak. Tapi semua itu tidak ia temukan, Tangan Jennie tetap pada gagang Koper, menggantung kaku disana seperti tiada guna.

Jennie terasa Dingin.. Tak sama Seperti biasanya. Lisa tak beda dari memeluk seonggok kapuk, lembut tapi tak paham perasaanya

"Jangan Pergi..." Bisiknya lirih. "Aku membutuhkanmu Jen, Bagaimana kau akan bertahan jika aka da dirimu."

Entah kenapa situasi ini membuat jennie merasa sesak, seperti dipaksa menenggak kepahitan, tak Ingin tapi harus diselesaikan. Mungkin membiarkan ini cepat berakir adalah jalan terbaik agar sakitnya tidak terlalu lama.

Jennie melepaskan tangan Lisa, lalu memenggenggam tangan itu untuk sejenak. Jemarinya otomatis mengelus punggung tangan dengan jemari panjang yang dingin itu.

TEACH ME IN YOUR PAIN. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang