CHAPTER 4

11.7K 1.5K 158
                                    

CHAPTER 4

Sebuah Awal


Komen dong...
Aku kangen balasan komen kalian. Kalian ada, kalian baca, tapi ga komen, kaya punya perasaan sama orang, tapi dicuekin. 😌

****

Jennie Pov.

Malam mulai larut, harusnya setelah aku mencuci wajah, dan mencuci kaki biasanya aku pasti menghambur keranjang dan bersiap untuk tidur. Tapi sekarang aku malah mendapati diriku sedang mondar mandir dengan masker yang masih menempel di wajah. Sesuatu mengganggukku ketika aku hendak mencoba tidur, ini mengenai kejadian siang tadi. Tentang tetanggaku yang bernama Lalisa Manoban Itu, kejadian tadi siang selalu menghantui pikiranku hingga aku merasa tak tenang.

"Haaaahh.. sumpah aku benar benar tak tenang"

Mondar mandir lalu menoleh kearah jendela, lagi lagi aku melirik rumahnya yang berada diseberang. Ini sudah pukul 10.00 malam, namun rumahnya masih gelap, tak ada satupun lampu yang nyala di sana.

Perasaan apa ini, kenapa aku malah mencemaskan nya. Sambil gigit jari tetap aku perhatikan rumah itu. Tidak biasanya kalau rumah itu mati lampu, kemarin kemarin setahuku dilantai atas pun lampunya masih menyala saja.

"Ahhh.. apakah dia sebegitu terpuruknya karena perlakuanku ?"

"Heiihhhh .. mana mungkin, kenapa dia begitu sensitif."

"Dia begini bukan karena ku kan ? Huh, tentu saja tidak."

"Sudahlah lebih baik aku tidur saja, kadang berpikir terlalu berlebihan itu tidak ada gunanya"

Begitulah aku menghilangkan kekhawatiran dengan bermunafik diri. Karena serius, memikirkannya membuatku tak tenang.

Lima menit aku mencoba untuk memejamkan mata, aku kembali duduk. Kali ini aku tak bisa menahan diriku lagi, rasa penasaranku lebih besar, aku bangun dari ranjang lalu duduk diatas kursi, kubuka Mac book untuk mencari sesuatu yang ingin aku ketahui.

"Riley Day Syndrome"

Kalimat itu yang aku ketik di mesin pencari. Berbagai artikel pun muncul memuat segala informasi tentang penyakit itu, kemudian aku bilah satu persatu dari mereka. Semakin banyak membaca, aku mengetahui dengan baik sesuatu yang hampir semua artikel ini selalu bahas.

"Penderita penyakit ini sulit untuk bahagia, dan tubuhnya begitu rentan, karena setiap saat dia bisa terluka"

"Haaahhh... Jadi ini alasannya, kenapa anak ini seperti itu"

Aku memijat keningku yang terasa sakit, ingatan tentang bagaimana dia menyeruput kuah mendidih itu hingga mulutnya melepuh, haahh.. aku menyesal. Aku keterlaluan.

Mungkin itu juga alasannya kenapa dia berani meminum Macallan tanpa takut, karena dia tau dia tak bisa merasakan efeknya, sementara jika aku meminumnya mungkin aku tak bisa berdiri sampai beberapa hari. Tapi walaupun begitu dia bukan superman, tubuhnya tetap akan terluka.

"Ck, anak ini bukan bodoh, tapi dia terlalu baik"

"Ya tuhan ... Apa yang telah aku lakukan.. aku harus meminta maaf padanya besok"

.

Pagi pun datang dengan begitu cepat. Aku bangun lalu membuka semua tirai, langsung menuju balkon sambil peregangan. Sebenarnya peregangan bisa saja didalam, tapi tujuan ku lain, aku hanya ingin melihat seseorang yang berada dirumah seberang. Aku harap dia telah bangun dan bermain di atap rumahnya. Kemarin kemarin ini rajin sekali dia di atap, kadang dia melukis, main basket, atau mengukir kayu. Sesekali ia juga menarikan tarian seksi. Jangan tanya, dia sepertinya memang multi bakat, aku pernah sekali waktu itu melihatnya menari diatap dengan diiringi musik, itu wahh.. terlalu seksi untuknya, aku hampir mengira dulu kalau dia adalah penari striptis.

TEACH ME IN YOUR PAIN. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang