CHAPTER 3

12.3K 1.4K 179
                                    

Chapter 3

Mari berteman.

Lisa mengedipkan mata, gadis itu terbangun dari tidurnya dan mendapatkan matahari telah naik tinggi keatas langit. Namun ketika ia bangun, ia lihat adik kembarannya Rosie sedang bersandar menyilang kan tangannya di dada, ia menatap tak suka pada gadis bermata cokelat itu. Lisa coba kumpulkan kesadaran, lalu menyapa adiknya yang seperti ibu ibu mau menyembur anaknya dengan kata kata mutiara.

"Eoh ? Chaeyoung ah ? Kau sudah pulang ?" tanyanya pada Rose.

"Chaeyoung ah, aku lapar, buatkan aku makan" pinta Lisa pada sang adik dengan manja.

Ia pun menyongsong sang adik, memegangi pipi bulat yang sedang menatapnya dengan emosi, Rosie hanya melengos tak percaya, bagaimana anak ini bisa tertidur pulas dengan setelan Blazer seperti itu. Seperti biasa Lisa memang manja, apalagi tiap kali Rose pulang kerumahnya, ditatapnya adiknya dengan penuh kemesraan, sambil berusaha untuk mencuri ciuman dari bibir adiknya yang seksi.

Mereka memang begitu, kalau dilihat lihat sering menimbulkan gagal fokus, melihat interaksi mereka kalian akan menyadari apa itu arti dari saudari rasa pacar. Mereka kadang sering berpelukan, tak jarang Lisa kadang mencuri ciuman dari bibir adiknya. Berawal dari kebiasaan waktu masih balita yang sering berciuman dibibir satu sama lain, sampai mereka terbiasa hingga dewasa. Rosie pun tak keberatan, karena sudah dari kecil pun kakaknya itu memang sering nyosor sembarangan.

"Buatkan kakakmu sarapan ? Hm ?"

"Pali, aku lapar.." bisiknya ketelinga Rosie.

Lisa membujuk adiknya yang hendak marah, berkali kali ia kecup bibir sang adik, sambil memeluk pinggang rampingnya. Benar-benar terkesan seperti seorang kekasih padahal bukan.

"aaaaa, Park Chaeyoung.. kenapa diam saja ? Aku lapar.."

"Kalau kau diam sama saja aku tak akan berhenti mencium bibirmu"

Namun karena Lisa tau Rosie marah, adiknya itu hanya diam saja walau ia telah menghadiahi ciuman semaunya. Ide nakal pun timbul dipikiran, mungkin dengan sedikit jahil akan membuat kembarannya itu buka mulut.

Ia raih leher jenjang sang adik, lalu memiringkan kepala, gaya ciumannya berganti, tak ada lagi kecupan menggemaskan, tapi seperti ciuman yang ditujukan pada orang yang sedang kau inginkan. Dengan sedikit mendorong tubuh adiknya kepintu, Lisa memiringkan kepalanya, hidung mereka bersentuhan, dan ia tutup matanya, kapan perlu kalau mengemut sedikit bibir adiknya tak masalah bukan ? Lagipula itu adiknya. Tak akan ada terjadi apa apa.

Tapi sepertinya ide jahilnya berbuah hasil yang cukup mengenaskan, Rosie menahan bibir Lisa dengan telapak tangan, lalu mendorong bibir bebek itu jauh jauh. Ia juga menyentil bibir nakal itu dengan telunjuknya cukup keras.

"Hentikan ! Aku muak dengan tingkahmu"

Akhirnya ia bicara juga, Lisa agak terhuyung setelah didorongnya. Tentu ia tak bisa merasakan rasa panas terbakar sentilan Rosie karena ia mati rasa. Tapi bibirnya tak bisa bohong, usai disentil Rosie, bibirnya memerah dan bengkak.

"Aku sudah bilang padamu, berhati hati lah ketika aku sedang tidak ada dirumah"

"Apa yang kau lakukan kemarin Lusa ?"

"Mau jadi pahlawan ? Dengan meminum sesuatu yang membahayakan tubuhmu ? Kau gila ? Mau mati ?"

Rosie benar benar marah, hingga ia membentak kakaknya, Lisa hanya terdiam sambil kebingungan seperti kucing kena pukul.

"K-kau tau dari mana ?" susulnya heran. Kenapa Rosie bisa tahu tentang peristiwa malam kemarin lusa.

"Tetangga didepan yang memberitahuku, ketika ia melihatku pulang kerumah, dia memanggilku"

TEACH ME IN YOUR PAIN. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang