CHAPTER 25

5.2K 241 67
                                    

Jangan Lupa Vote Dan Komen karena itu wajib ya...

Rambut yang acak acakan, Rosie dan Jennie langsung dilerai oleh beberapa orang perawat yang ada disana. Keduanya langsung berhenti saat seorang dokter yang masih mengenakan pakaian bedah lengkap berteriak kencang. Dua gadis itu berpisah dengan posisi yang masih saling tatap-tatapan dengan penuh amarah.

"Berhenti !! Apa-apaan yang kalian lakukan !!" Teriak dokter itu memisahkan Jennie dan Rosie.

"Bisa bisanya kalian bertengkar disaat yang seperti ini ?"

"Sekarang aku ingin bicara dengan Keluarga Nona Lalisa Manoban. Adakah dari kalian yang merupakan keluargaya"

"Saya !" Kedua gadis itu saling lirik saat mereka melihat satu sama lain serentak mengangkat tangan. Keduanya sama sama mengaku kalau mereka adalah keluarga terdekat Lalisa Manoban. (udah sakit baru pada ngaku bangke)

Namun Rosie tak terima jika Jennie mengaku ngaku sebagai keluarga dari Lalisa Manoban "Tidak ! Saya keluarganya, saya adalah adik kandungnya !" Kata Rosie mendelik tajam pada Jennie.

"Apa katamu ? Aku ini pacarnya !!" Jawab Jennie tak kalah menantang. Dan itu seketika membuat Rosie mendecih.

"Pacar ? Cih !"

"Haiiisshh !! Sudah !! Sampai kapan kalian akan berdebat, kalau begitu kalian berdua ikutlah denganku, karena ada hal penting yang akan aku sampaikan pada kalian tentang kondisi terkini Nona Lalisa Manoban."

Rosie dan Jennie masih terlihat saling bermusuhan, namun mereka menurut saja saat dokter spesialis bedah membawa mereka keruangannya.

Sesampainya diruangan dokter tu langsung menyalakan sebuah monitor yang memperlihatkan hasil MRI Lisa yang diambil sebelum operasi dilaksanakan. Pemindaian MRI tak hanya pada tangannya yang luka saja. Namun juga dilakukan disekujur tubuh termasuk bagian kepala.

Lalu layar monitor itu berlaih pada foto MRI Lisa di bagian kepala, Dokter itu memperlihatkan pada Jennie dan Rosie tentang kondisi kanker yang ada pada otak Lisa saat ini. Dibagian tengah dair ptak terlihat makin melebar kerusakannya.

"Aku ingin memberi tahu kalian tentang kondisi Nona Lalisa Manoban sekarang"

"Operasi yang kami lakukan hari ini adalah untuk menjahit nadi dan luka yang ada pada tangan Nona Lalisa"

"Sebenarnya, apa yang terjadi padanya ? Sayatan ditangannya sangat jelas kalau ia melakukan percobaan bunuh diri. Apakah ada sesuatu mengintimidasinya ?" Tanya dokter bedah itu.

Rosie pun menjawab, namun sebelum itu dia menatap tajam pada Jennie setelah mendengar dokter berkata bahwa Lisa mencoba untuk bunuh diri. "Lalu bagaimana keadaan dari kakak saya sekarang dokter ?"

"Hm. Soal luka ditangannya syukurnya kami sudah mengatasinya dengan sangat baik. Karena lukanya dalam kita hanya perlu untuk memperhatikan dan menjaga agar Lukanya tidak infeksi. Terutama, karena nona Lisa adalah seorang pasien dengan Riley Day Syndrome, ia akan kurang peka dengan perubahan yang terjadi pada lukanya." Jawab dokter itu.

"Namun, masalahnya aku malah menemui maslaah yang lebih serius. Ini bahkan sangat serius dan mampu membahayakan keselamatan Nona Lisa."

"Tumor yang ada diotaknya sepertinya tumbuk makin merambat. Tidakkah kalian memperhatikan Nona Lisa selama ini ? karena sepertinya tempat tumor ini berkembang biak didalam otaknya sangat tergantung pada kondisi emosi pasien. Tumor ini akan berkembang makin cepat jika ia menderita pikiran berat atau tekanan emosional, karena tumor ini tumbuh pada bagian otak yang mengatur emosi dan kejiwaan seseorang."

"Jadi, apa bila bagian otak itu tertekan dalam mengelola perasaan, maka itu akan menggerakkan akar dari tumor ganas yang menghinggapinya"

"Karena melihat kondisi tumor nona Lisa yang makin membesar, sepertinya kalian tidak berhasil menjaga kondisi fisik dan mentalnya dengan baik."

TEACH ME IN YOUR PAIN. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang