CHAPTER 2

12.9K 1.3K 155
                                    

Chapter 2

Hai..

Jennie membuka pintu lebar lebar, ia menarik baju tidur yang membalut tubuh polosnya makin erat. Ia bawa sebotol whiskey kehalaman dan setangkai gelas. Kepalanya terlalu pusing, dan ia tak bisa fokus. Minum adalah caranya untuk mencahar sakit kepala yang tak bisa ia jelaskan. Sesekali ia menatap langit biru lalu menyesap minuman. Biarlah pahit dimulut, dari pada ia menanggung sakit kepala berkepanjangan yang terus ia hadapi.

Langit masih terang tapi ia telah mencari alkohol sebagai tempat peraduannya. Tiap hari ia begitu, karena menurutnya benda memabukkan itu lebih memahami dirinya dibandingkan suaminya sendiri. Setidaknya botol whiskey ada untuknya 24 jam, sementara laki laki nya hanya kembali untuk beberapa jam, justru sekarang ia pergi untuk sebulan.

Ia tak bisa melupakan semua yang Jungkook katakan padannya pagi ini. "Cih, masa depan katanya ? Masa depan ku ? Atau itu kah tabiat mu sebenarnya?"

"Pekerjaan itu cocok untukmu, karena kau seperti burung yang tak ingin dikurung dalam sebuah sangkar"

Decihnya begitu. Ia masih merasakan kekesalan yang meluap terhadap suaminya yang sering lupa bahwa dia adalah seorang istri. Seorang istri yang juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Tak lama ia minum, Jennie menyadari, bahwa kebetulan lagi gadis yang kemarin menatapnya terlalu lama, juga sedang berada diatap rumahnya. Ia sedang duduk dihadapan sebuah kanvas besar dengan pallete dan kuas ditangannya.

Jennie menaikan alis, ia mendapati gadis muda berambut hitam itu curi curi pandang padanya sekilas. Ketika Jennie menatapnya gadis itu menunduk, dan kembali menggurat kanvas. Lalu diam diam dia kembali melirik, dari sudut mata Kim Jennie tau bahwa ia sedang diperhatikan.

"Dari kemarin dia selalu melihatku seperti itu"

"Apa ada yang salah dariku ?"

Ia tak ambil pusing, karena sudah biasa ia dilihat seperti itu oleh orang lain dengan popularitasnya. Mana ada orang yang tidak akan terpaut ketika berpapasan dengan Dewi secantik dirinya. Mungkin gadis didepan itu mengaguminya sama seperti orang orang yang mengaguminya diluar sana.

Jennie teralihkan, saat ponsel didekatnya berdering, ia lihat nama kakaknya tertera disana. Langsung saja gadis itu mengangkat. "Nde eonni ?"

"Jendeuk ah jangan lupa untuk datang ke perayaan perusahaan suamiku, kau harus datang sebagai tamu kehormatan"

Kata kakaknya yang bernama Kim Jisoo. Ah, nyaris saja kalau ia lupa hari ini kalau ada sebuah acara yang harus ia datangi, terlebih itu adalah acara milik kakaknya sendiri.

"Ajak Jeon Jungkook bersamamu, ara?"

Ia lantas membuang nafas gusar, suaranya jadi menciut ketika kakaknya malah bertanya tentang suaminya. "Dia tak bisa datang eonni, karena dia sudah pergi"

"Apa ? Bukankah dia baru pulang semalam ? Kapan dia pergi ?"

"Pagi ini" jawab Jennie singkat. Kemudian ia terdiam, tak lama suara sebak terdengar oleh Jisoo. Adiknya itu tak kuasa menahan penderitaan, ingin rasanya ia bercerita pada kakaknya lebih jauh.

"Ya ? Do kwincana ?"

"Jangan bersedih, aku tunggu kedatanganmu dirumah, dan aku akan mendengarkan keluhanmu"

"Jangan sampai tidak datang karena hanya kau sedang dalam keadaan tidak baik..."

"Baiklah, aku pasti datang, kau tenang saja"

***

Lampu kerlap kerlip mengelilingi sebuah taman, orang orang datang dengan menggunakan jaz dan gaun yang indah. Mereka semua bersalaman dengan seorang pengusaha muda yang kaya raya dan begitu ramah. Disambut pula dengan istrinya yang setia mendampinginya sambil menggandeng lengan pria itu. Hiruk pikuk pesta, denting gelas sampaigne dan saxophone yang mengalun merdu. Mempertegas bahwa acara ini bukanlah untuk kalangan biasa.

TEACH ME IN YOUR PAIN. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang