CHAPTER 1

40.2K 1.5K 264
                                    

Chapter 1

Tetangga

Lisa Pov

Bola basket yang memantul, dan keringat mulai agak bercucuran dari dahi, mengantarkan ku dengan melompat tinggi ke arah ring. Bam ! Bolanya masuk dan memantul lagi kearah ku. Hari ini Korea selatan begitu panas, bahkan di media berita heboh karena kota ini sedang dilanda musim ekstrem, akan panas disiang hari lalu hujan badai ketika malam tiba.

Angin bertiup sepoi sepoi mengantarkan panas menerpa kulit, Selimut putih yang berada di jemuran ikut melambai tertiup angin, saat ini aku sedang bermain bola di atap, tempat dimana aku menghabiskan waktu untuk berolahraga, atau menari. Sedangkan bagi saudara kembar ku, atap adalah tempat sempurna ia menjemur pakaiannya. Tenang saja, dia sedang bekerja sekarang, jadi dia tidak akan mengusikku karena ia takut aku akan mengacau jemurannya.

Namaku Lalisa Manoban, aku tinggal dirumah ini bersama saudari kembar ku Roseanne, kami kembar tapi tak identik, wajah kami sedikit berbeda, Rosie lebih chubby dan sipit, sementara aku memiliki bibir seksi dengan mata besar yang menawan. Haha, bergurau, kami memiliki kecantikan yang berbeda. Kalau adikku itu begitu anggun dan sangat feminin, sementara aku berbeda darinya. Aku agak tomboi, hobi mengenakan baju longgar dan celana jeans robek robek, tak lupa sebuah topi balenciaga berwarna hitam yang menangkup kepalaku.

Aku tau sekarang sangat panas, justru aku malah bermain basket diatap, tak ada manusia yang bisa bertahan dengan cuaca se terik ini. Tapi itulah perbedaanku dari orang orang biasanya. Walau peluh telah menetes deras dari tubuhku, aku tak merasakan panas sedikit pun. Karena tubuhku mati rasa, begitulah kadang yang menimpa anak anak kembar, kadang ada yang sempurna, kadang ada yang memiliki kekurangan. Aku mengidap Riley day Sindrome.. kalian pasti tidak tau apa itu bukan ? Itu adalah kondisi dimana seseorang mengalami mutasi genetik, hingga tak bisa merasakan sakit, sekaligus jika ada orang yang memotong tanganku maka aku hanya akan diam saja, karena aku tak merasakannya.

Kulitku mati rasa, aku tak bisa merasakan panas atau dingin, ataupun merasakan cita rasa dari sebuah makanan. Selama 26 tahun umurku yang aku makan semuanya tawar, plus aku juga tidak bisa mendeteksi kalau perutku kekenyangan. Dan secara emosional aku juga mengalami gangguan, aku tak pernah cemas atau berdebar debar. Masih banyak hal lain yang aku tak pernah rasakan dalam sejarah aku hidup sebagai manusia. Kadang aku heran aku ini robot apa orang ? Hampir dari semua hal yang manusia biasa rasakan aku tidak merasakannya. Ironi bukan ? Hanya sedikit orang bertahan dengan mengidap kelainan ini. Banyak dari mereka yang meninggal setelah dilahirkan, atau tak bisa bertahan kala dewasa dan cacat seumur hidup.

Aku bersyukur setidaknya aku lebih beruntung. Karena mau bagaimanapun dengan syarafku yang tidak peka, aku masih bisa mengeluarkan keringat, serta merasakan metabolisme tubuh, karena kebanyakan dari penderita kelainan ini mereka tidak mampu akan hal itu dan juga tidak merasakan tanda tanda ingin buang air besar. Itu alasan kebanyakan dari mereka tidak bisa bertahan. Karena jika tidak bisa berkeringat maka kau juga tidak akan merasa haus, kalau begitu seseorang akan mati kekeringan tanpa ia menyadarinya sedikit pun

Syukurnya, tubuhku masih bisa menyampaikan sinyal sinyal kecil itu, seperti haus, lapar, dan berkeringat. Seperti sekarang, walau aku tidak merasakan kelelahan setelah berolahraga dipanas terik, tapi setelahnya aku merasakan haus. Itu artinya tubuhku telah kehilangan cairan dalam jumlah banyak. Jika aku teruskan maka itu akan membuat pembakaran lemak terjadi ditubuhku secara berlebihan. Sudah saatnya untukku berhenti sambil mendinginkan badan. Aku pun mengambil air dingin yang sudah aku sediakan diatas sebuah kursi. Lalu duduk sambil mengunjurkan lurus kakiku, menatap lurus langit biru sambil meredakan haus yang melanda.

TEACH ME IN YOUR PAIN. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang