04. perkara bengbeng

641 142 20
                                    

4

PERKARA BENG BENG

keberadaan Jian yang sudah hampir sebulan ini tidak lantas membuat Elang merasa nyaman, malah semakin tidak nyaman. Elang tidak bisa lagi memakai kolor dengan bebas, sering ditegur Zhafir dan Gavin, katanya harus menjaga pandangan Jian dari pemandangan vulgar, apa salahnya jika Jian melihatnya hanya memakai kolor atau topless, itulah resikonya tinggal di kosan yang penuh dengan laki-laki. Karena dia, hal yang dulu biasa bagi Elang jadi tidak boleh dibiasakan, Elang jadi makin kesal karenanya. Alasannya, karena dia adalah satu-satunya cewek di sini yang harus menjaga privasi.

"Emang privasi Jian doang" batinnya.

Elang jadi bertanya-tanya sejak kapan Gavin mulai merasa nyaman dengan keberadaan cewek itu. Dia masih berupaya untuk mengusir cewek itu, hidupnya tidak akan tenang jika Jian masih berkeliaran di Gerhana ini. Untungnya dia tidak sendiri, ada Juna yang juga merasa terganggu dengan keberadaan Jian, Byan dan Shakeel sudah tidak bisa diharapkan.

Hari ini Elang memutuskan untuk tidak keluar kamar setelah pulang dari kampus, dia menghabiskan waktunya bermain game di kamarnya. Dia benar-benar malas untuk sekedar keluar kamar, apalagi di ruang tamu ada Jian yang lagi mengerjakan tugasnya, entah kenapa dia merasa risih kalau melihat Jian, dia selalu berharap agar cewek itu segera keluar dari Gerhana.

Sebenarnya malam itu kosan sepi. Hanya ada Gavin dan Jian, tapi mereka sama-sama sibuk. Gavin sibuk mengerjakan skripsi di kamarnya dan Jian juga sibuk dengan tugas kuliahnya di ruang tengah.

Sampai jam delapan malam, Elang merasa lapar, sejak tadi siang dia memang belum makan. Tadinya bang Gavin menawarkan makanan tapi dia menolak, terlalu malas makan bersama penghuni baru itu alias si Jian.

Akhirnya Elang pun memutuskan untuk pesan gofood saja, dia pesan ayam geprek dua bungkus berserta penyetan satu bungkus. Elang menunggu pesanannya datang sambil lanjut bermain game. Tapi karena keasyikan dia sampai tidak mendengar kalau ada yang menekan bel rumah, itu abang gofood yang datang.

Karena kebetulan Jian ada di ruang tengah dan mendengar suara bel rumah itu maka dia pun bergegas membuka pintu.

"Mbak, ini pesenan atas nama mas Elang." Kata abang gofood yang kelihatan masih muda itu.

"Oh iya. Ini udah dibayar belum?

"Sudah, mas Elang nya udah bayar pake gopay."

"Makasih." Jian menutup pintu lagi setelah menerima dua kantong plastik dari abang gofood lalu dia menuju kamar Elang untuk memberikan pesanan itu.

Tok ...tok ...tok!

Elang baru mengalihkan fokus saat mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Lo pesen gofood ya." kata Jian begitu Elang buka pintu dan berdiri di hadapannya dengan muka datar

"Nih!" Jian menyodorkan makanan itu.

"Hey!" panggil Elang saat Jian hendak kembali lagi ke ruang tengah.

"Kenapa?"

"Nggak usah sok kenal gue kalo di kampus." Kata Elang dingin.

Jian tersenyum masam. Dia pikir Elang mau mengucapkan terimakasih. Sebenarnya Jian sudah mulai bersikap ramah dengan orang-orang yang tidak mempedulikannya, dan tadipun sebenarnya dia hanya mencoba menyapa Elang lagi, berhubung keadaan juga sedang sepi dan tidak sengaja bertemu di koridor kampus, itupun dicuekin.

"Oke, gue nggak bakal nyapa lo lagi kalo kita papasan di kampus."

"Kapan lo mau pindah dari sini?" tanya Elang dengan wajah juteknya. Ini yang membuat Jian tidak nyaman sebab Elang secara blak-blakan selalu memintanya untuk pindah dari Gerhana. Jian terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan Elang itu. Tersenyum manis ke arah Elang meski sebenarnya Jian merasa sakit hati dengan pertanyaan Elang, tapi dia mencoba menahannya.

Gadis itu kemudian berkata. "Gue bakal pindah kalo udah lulus." Jian memasang wajah ceria, berusaha agar tidak terlihat sedih karena sikap Elang.

"Gue harap secepatnya deh lo pindah dari sini."

Brakkk!

Setelah berkata begitu Elang langsung menutup pintu kamarnya. Jian merasa dadanya sesak. Lebih baik dia menghadapi sikap Shakeel atau Byan yang jahil daripada Elang yang sarkas begini.

Apa salahnya tinggal di sini? Toh mereka sama-sama bayar, dan Jian juga tidak mengganggu privasi siapapun di sini, yang lainnya sepertinya baik-baik saja dengan keberadaannya kenapa cuma Elang yang bersikap sarkas begitu?

Jian sampai bingung menghadapi cowok itu, dia benar-benar kesal hingga rasanya mau meledak, rasanya ingin mengumpati Elang, tapi Jian tidak ingin suasana bertambah tidak nyaman, Jian masih ingin tinggal di Gerhana meski Elang membuat dia sakit hati dan tidak nyaman.

Jian balik lagi ke ruang tengah untuk melanjutkan tugasnya tapi dia menjadi tidak fokus karena sikap Elang tadi, sampai kemudian Zhafir dan Juna datang.

"Jian belum tidur?" sapa Zhafir langsung menghampiri Jian, sedang Juna langsung pergi ke kamarnya. Seperti biasa, Juna langsung tidak memedulikan keberadaannya. Selalu begitu, untungnya masih ada Zhafir dan Gavin, jadi Jian merasa diterima karena perlakuan mereka. Terutama Zhafir, Jian merasa seperti memiliki kakak laki-laki, maklum dia anak tunggal, tidak ada saudara dan tinggal jauh dari keluarga, jadi perhatian Zhafir seperti ini membuatnya senang.

"Belum bang, lagi ngerjain tugas nih." Ujarnya sedikit manja, mukanya memelas membuat Zhafir terkekeh pelan sembari mengusap kepala Jian.

"Udah makan belum? Nih gue bawain makanan sama camilan." Zhafir meletakkan satu kotak KFC di meja dan satu kotak bengbeng lalu tiga bungkus kripik kentang. Mata Jian membulat senang, langsung berucap dalam hati "rezeki orang yang terzolimi emang ada aja hikmahnya" Jian jadi tidak perlu mengeluarkan uang lagi, kebetulan juga dia memang butuh makan untuk mengembalikan moodnya.

"Makasih bang." Ucap Jian terharu. Lagi-lagi Zhafir menjadi orang yang mengembalikan mood Jian.

"Dimakan ya!" Zhafir mengacak rambut Jian lalu melangkah menuju kamarnya, mukanya memang kelihatan lelah sekali. Senang rasanya sebab masih ada yang baik padanya di kosan ini. Jian melirik sekotak beng-beng yang Zhafir belikan, lantas membuka sebungkus dan langsung memakannya dengan nikmat, lalu dia berdiri, berjalan ke dapur memasukan sekotak beng-beng kedalam kulkas, Jian sudah membayangkan memakan beng-beng yang dingin adalah versi makan beng-beng terbaik menurutnya.

ⓖⓔⓡⓗⓐⓝⓐ




part lengkap tersedia di KBM app

KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang