Gavin pulang ke Jogja. Kali ini dengan pesawat. Sebenarnya ia tidak ingin pulang, sebab gerhana lebih menyenangkan meski tidak ada kegiatan yang ia kerjakan di sana. Keberadaan Jian menjadi salah satu alasan ia betah di gerhana. Tapi ketika mengetahui hubungan Elang dan Jian rasanya akan menjadi bumerang untuk hatinya jika tetap berada di sana.
Ini seperti perpisahan terakhir, karena itulah dia memberanikan diri untuk memeluk Jian tadi. Memeluknya erat sekali. Elang tidak cemburu dan yang lainnya pun juga tidak menganggap itu aneh. Mereka menyadari hubungan sesama penghuni gerhana sangat dekat layaknya keluarga.
Atmosfer hari ini terasa berbeda. Begitu dingin dan sedikit membuat sesak. Pesawat itu lepas landas membawa Gavin di dalamnya. Sejak ia keluar dari pintu gerhana ia tidak bersuara lagi setelah itu. Gavin pulang ke Jogja membawa perasaannya yang kacau.
Justru setelah ia mengetahui hubungan Elang dan Jian, dia menyadari bahwa perasaannya pada gadis itu sangat besar. Karena Gavin merasa sangat terluka saat ini, membuat dadanya sakit tiap detik. Bahkan meski itu Elang, ia tetap tidak rela Jian memberikan hatinya pada pria itu.
Gavin sampai di rumahnya dan liburan hari pertama di kampung halaman terasa biasa saja. Tidak ada yang menyenangkan, meski ia bisa berkumpul lagi dengan keluarga besarnya, meski banyak kegiatan yang bisa ia lakukan. Mungkin karena hati Gavin tidak berada di sana melainkan di gerhana, jadi hari-hari yang di lalui di Jogja terasa membosankan.
"Assalamu'alaikum." Terdengar suara Vina, dia baru pulang sekolah, sedang Gavin saat itu sedang berada di dapur memperbaiki keran yang rusak
"Waalaikumsalam." Jawab Gavin saat melihat adiknya itu kini masuk ke dapur lalu membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa buah apel untuk membuat jus
"Nggak mau salim dulu." Tegur Gavin
"Nggak mau, tangan bang Gavin kotor." Tolak Vina
"Buatin bang Gav juga dong!" pinta Gavin saat melihat adiknya membuat jus apel, dia tiba-tiba merasa haus juga.
Tak membantah Vina pun membuat tiga gelas jus apel
"Kok tiga, satunya buat siapa?" tanya Gavin penasaran
"Buat teman aku bang dia ada di ruang tamu sekarang." Jawab Vina sambil meletakkan dua gelas jus apel di atas nampan. Gavin hanya ber-oh dan Vina kemudian keluar dari dapur.
Selesai memperbaiki keran yang rusak Gavin kemudian meminum jus apel buatan adiknya, menghabiskannya dalam satu kali tegukan kemudian dia keluar dari dapur berniat ingin pergi ke rumah Om Farhan. Mereka memang sudah berjanji akan bertemu, Om Farhan bilang ada yang ingin dibicarakan dengan Gavin, entah apa itu.
"Mau ke mana bang?" Tanya Vina yang sejak tadi kelihatan asyik mengobrol dengan teman perempuannya
"Ke rumah Om Farhan." Jawab Gavin sekenanya lalu mengambil jaket kulitnya yang digantung di gantungan kayu dekat televisi.
"Hai bang Gavin!" gadis muda yang duduk di dekat Vina menyapa Gavin dengan ramah sambil tersenyum manis
"Hai!" Gavin menjawabnya dengan raut datar tapi suaranya cukup lembut membalas sapaan gadis itu. Dia kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari rumah.
"Udah aku bilang, abangku itu orangnya cuek sama cewek, sulit buat deketin dia." Kata Vina pada Bella, temannya.
"nggak apa-apa namanya juga usaha." Kata Bella sambil senyum-senyum sendiri
Gavin pergi ke rumah Om Farhan dengan menaiki motor peninggalan ayahnya. Siang yang terik ketika ia sampai di sana. Om Farhan yang merupakan saudara ayahnya menyambutnya dengan hangat, mereka berbincang-bincang di serambi rumah menikmati secangkir kopi buatan tante Fatimah berikut sepiring pisang goreng yang masih panas.
"Lulus kuliah nanti apa rencana kamu?" Tanya om Farhan
"Ya pastinya kerja sih om."
"Enggak mau nikah dulu? kalau urusan kerja jangan khawatir kamu bisa kerja di perusahaan Om. Pilih aja jabatan yang kamu sukai." Kata Om Farhan
Om Farhan itu adalah pengusaha batik yang cukup sukses di Jogja. Dia hanya memiliki seorang putri itu pun masih duduk di bangku SMP. Itulah kenapa om Farhan tidak ragu-ragu memberikan jabatan apapun di perusahaannya pada Gavin karena memang tidak ada yang bisa ia percaya selain keluarganya sendiri untuk saat ini.
"Belum kepikiran untuk menikah sih om. lagi pula belum ada calonnya." Kata Gavin memberikan jawaban apa adanya.
Om Farhan tersenyum penuh maksud. "Kalau kamu mau, Om bisa jodohin kamu sama anak teman Om. insyaallah anaknya sholehah. Om saranin sih mending nikah aja dulu. untuk urusan kerja kan sudah terjamin. menikah muda itu bagus loh Gav." Kata Om Farhan membujuknya.
Sepertinya niat Om Farhan mengajak Gavin bertemu saat ini memang untuk membicarakan masalah itu. dia ingin menjodohkan Gavin dengan Putri temannya
"Nanti Om kenalin sama dia. anaknya cantik kok siapa tahu kalian cocok" tambah om Farhan
Gavin manggut-manggut. tampak setuju dengan usulan om-nya. Yah tidak ada salahnya kan mencoba bertemu gadis baru, siapa tahu memang cocok seperti yang dikatakan om Farhan.
"Part lengkap tersedia di KBM app"
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN GERHANA ✔
Teen FictionTERSEDIA VERSI LENGKAP DI KBM APP "Kapan lo pindah dari sini?" - Jian si penghuni kosan baru harus berjuang mendapatkan hati para penghuni lainnya agar menerimanya di kosan itu. Memang tidak mudah menjadi satu-satunya penghuni cewek di kosan itu, it...