17. Sembuh

507 122 12
                                    

Alby sudah mengatur siapa yang harus menjaga Juna hari ini, sudah di sesuaikan dengan jadwal kuliah anak-anak yang lain. Minimal yang jaga dua orang. Juna belum ada perkembangan sama sekali, tapi dokter sudah mengizinkan mereka menjenguk Juna ke dalam ruangannya. Sedang Zhafir juga belum berani mengabari keluarga Juna

"Kenapa nggak mau ngabarin sih bang. Kan lebih baik keluarganya bang Jun tau dari awal aja?" tanya Jian. sore itu Jian dan Zhafir mendapat giliran menjaga Juna

"Ibunya Juna itu lumpuh Ji, beliau jalan di bantu kursi roda. Terus punya riwayat lemah jantung gitu, makanya gue masih mikir-mikir mau ngabarin beliau. Seenggaknya sampe Juna sadar."

Jian mengangguk paham setelah Zhafir menjelaskan. Baik Alby dan Zhafir adalah sosok dewasa yang bisa membuat keputusan dengan baik, dia selalu mempertimbangkan sebelum bertindak.

Terdiam beberapa saat Jian kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. itu kado yang dititipkan Wendy kemarin. belum sempat Jian berikan pada Zhafir. Kemarin mereka akhirnya gagal merayakan ulang tahun Zhafir gara-gara Juna kecelakaan ini.

"Bang selamat ulang tahun ya, maaf nih kita gak bisa rayain ultahnya bang Zhaf!" ucap Jian

"Makasih Ji. Gapapa nggak dirayain bukan itu yang penting sekarang, yang penting adalah kesembuhan Juna." Kata Zhafir

"Buat lo bang." Jian menyerahkan kado yang dititipkan Wendy

"Kenapa harus repot-repot ngasi gue kado sih?"

"Itu dari Wendy, bukan dari gue."

Zhafir terdiam beberapa saat, sejenak menatap Jian lalu beralih pada kado yang sudah dalam genggaman tangannya itu. "Lo ketemu Wendy?" tanyanya

"Dia nyamperin gue ke kelas kemarin, dia nanyain kabar lo dan nitipin ini." jelas Jian

Zhafir membuka kotak kado itu dan isinya jam tangan, Zhafir tersenyum perih tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Bang lo baik-baik aja kan?"

"Iya, gue udah bisa lupain Wendy secara perlahan kok, jadi gue baik-baik aja." Kata Zhafir lalu menyimpan kado itu ke dalam tasnya. Jian menghela napas lega melihat Zhafir yang tampak lebih baik dari hari sebelumnya.

Zhafir kemudian mengeluarkan handpone dari saku bajunya ketika seseorang menelpon.

"Halo!

"...,"

"Oh lo udah nyampe bang, yaudah langsung ke kamar 307 aja."

Lalu panggilan telpon terputus.

"Siapa bang?" tanya Jian penasaran

"Bang Gavin, dia baru nyampe di Jakarta dan langsung ke sini." Jawab Zhafir

Jian tersenyum senang dengernya. Akhirnya bertemu Gavin lagi. beberapa saat kemudian pintu ruangan itu terbuka dan Gavin muncul. Jian dan Zhaf langsung berdiri menyambut pemuda itu, mereka berpelukan melepas rindu.

"Berangkat jam berapa dari Jogja bang?" tanya Zhafir

"Jam enam pagi tadi, oh ya gimana perkembangan Juna?" Tanya Gavin sambil melepas ransel dari punggungnya lalu di letakkan di samping nakas.

"Belum ada tanda-tanda bakal sadar bang." Jawab Zhafir setengah putus asa.

Gavin menatap Juna yang masih terbaring tenang dengan tatapan kawatir. Jian menyuruhnya duduk dulu. kasihan wajahnya terlihat kelelahan.

"Seharusnya bang Gav pulang ke kosan aja dulu, kesininya kan bisa ntar malem atau besok aja." Kata Jian

"Gapapa, gue pengen liat keadaan Juna langsung." Kata Gavin.

KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang