31. penguntit

414 91 16
                                    

Setelah mengantar Jian pulang ke kosan, Elang pergi lagi. Katanya mau ketemu temennnya, ada urusan penting. Akhirnya Jian ditinggal sendirian di kos. Bang Alby belum pulang kayaknya lembur lagi deh. Byan dan Shakeel juga belum pulang. Anak berdua itu juga tidak pulang kampung, memilih untuk berlbur di sini.

Jian memutuskan untuk menonton drama sambil menunggu mereka semua pulang. Itu sekitar dua jam kemudian atau tepatnya pukul sepuluh malam saat Jian merasa haus akibat teriak-teriak sendiri di kamar menonton film horor. Dia pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Kos masih sepi, mereka belum pulang.

Bukannya Jian takut, hanya saja ini pertama kalinya ia ditinggal sendirian di kos. Saat ia sedang berada di dapur mengambil minuman dan camilan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

Siapa yang datang? Perasaan tadi yang lain mengabari kalau akan pulang sekitar jam dua belasan. Dan lagi, kalau itu salah satu anak Gerhana untuk apa mengetuk pintu, kan mereka punya kunci cadangan masing-masing.

Ada yang janggal, karena hanya terdengar suara ketukan pintu. Alih-alih mengucapkan permisi atau salam tapi tamu yang tidak diketahui itu malah diam saja.

Jian berjalan ke arah pintu dengan langkah pelan dan awas. Ah! Seharusnya tadi tidak menonton film horor. Dia kan jadi parno sekarang. Jian tidak langsung membuka pintu, dia mengintip di jendela dengan perasaan berdebar.

Oh sial! Kenapa tiba-tiba dia merinding. Ada seorang pria berperawakan tinggi berdiri di luar pintu, pakaiannya serba hitam, dia juga memakai topi berwarna hitam yang menutupi sebagian wajahnya, samar-samar Jian melihat bekas luka di bagian pipi kanannya. Jian bersyukur lampu di depan kosan menyala terang.

Tapi tetap saja saat ini dia diserang rasa takut, suaranya seperti tercekat di tenggorokan. Dia menutup mulut rapat-rapat. Kenapa orang itu mengingatkannya pada sosok aneh yang akhir-akhir ini mengusiknya. Postur tubuh mereka sama.

Jadi sebenarnya, selama beberapa hari ini Jian sering melihat seseorang yang tampaknya mengawasi anak-anak Gerhana. Jian bisa merasakan kehadiran sosok misterius itu dari jauh, dia kan sering pualng malam. Tapi dia tidak bercerita pada yang lain karena itu belum jelas apakah orang itu penguntit atau hanya seseorang yang kebetulan dia lihat hampir tiap hari. Barangkali dia penghuni kos sebelah, begitu pikir Jian.

Tok ...tok ...tok!

Jian terperanjat saat terdengar pintu diketuk lagi, kali ini lebih nyaring dan terus berulang.

"BUKA PINTUNYA JALANG! GUE TAU LO DI DALEM!"

Tubuh Jian langsung bergetar seketika saat mendengar suara berat menyeramkan itu. Pintu terus digedor dengan kencang, dari suara pintu itu Jian bisa tahu kalau orang asing itu sedang marah sekarang.

"Buka pintunya atau gue bunuh lo!" teriaknya

Jian semakin ketakutan, dia mundur beberapa langkah, lalu berlari ke kamar untuk menelpon yang lain.

BRAKKK!

Orang itu berusaha mendobrak pintu. Sedang Jian juga berusaha menghubungi anak-anak Gerhana yang sialnya tidak ada satupun yang meresponsnya. Bang Alby, Byan Shakeel, Elang, Sesibuk apa mereka di luar sana?

Mengumpulkan sisa-sisa keberanian, Jian berlari lagi ke depan, menyeret barang apapun yang bisa dia jangkau dan meletakkannya di belakang pintu. Dari meja kayu sampai rak sepatu, setidaknya itu cukup membantu agar si orang asing itu tidak bisa mendobrak pintu dengan mudah.

Tubuh Jian semakin gemetaran. Dia berharap anak-anak yang lain segera pulang. Dia tidak tahu kenapa orang asing itu sampai kemari dan mengincarnya. Kesalahan apa yang sudah ia buat?

"BUKA PINTUNYA SIALAN!"

Brakkkk

Jian mundur ke belakang bahkan nyaris terjatuh saat knop pintu mulai rusak. Kemudian dia berlari ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.

KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang