18. kondangan

489 118 70
                                    

Kondisi Juna membaik dengan pesat. Hanya butuh waktu dua minggu setelah ia sadar dari koma dan dokter membolehkannya untuk pulang. Beruntungnya memang tidak ada cacat tubuh yang dialami pemuda pemilik dimpel menawan itu. Awalnya keluarganya ingin membawanya kembali ke Malang untuk sementara sampai dia benar-benar pulih. Tapi Juna menolak karena dia merasa ia akan baik-baik saja di sini, terlebih anak gerhana siap untuk merawat dirinya dengan baik, bahkan selama 24 jam.

Omong-omong sikap Juna terhadap Jian sudah tidak secuek sebelumnya. Malah Juna lebih nyaman meminta bantuan pada Jian untuk mengurus dirinya dibanding penghuni lainnya. Kata Zhafir, Juna itu orangnya memang ramah, dia tidak sedingin yang terlihat. Mungkin kemarin-kemarin dia belajar untuk membiasakan diri menerima kehadiran Jian di sini, sama seperti Elang. Barangkali mereka berpikir Jian adalah sosok pengganggu yang harus diwaspadai, agar tidak melunjak. Tapi ternyata Jian itu adalah sosok yang benar-benar baik.

"Jian!" Elang datang menghampiri Jian saat gadis itu ada di dapur, sedang membuat makanan untuk Juna yang mendadak ingin makan bubur beras yang dicampur gula merah.

"Apaan?" Jian menoleh sebentar pada Elang yang kini berdiri di sampingnya lalu kembali fokus mengaduk bubur dalam panci.

"Besok temenin gue ke kondangan dong! lagian besokkan lo juga libur ." Pinta pemuda itu sambil memasang wajah melas. Nah beginikan lebih baik, mereka sudah jadi teman sekarang. Tidak saling memaki dan bersikap dingin lagi.

"Dih ke kondangan aja minta ditemenin, masa nggak berani pergi sendiri." Cibir Jian

"Sebenarnya gue pergi sama mama, tapi gue yakin nanti nyampe di kondangan mama pasti ngumpul sama geng ibu-ibu, gue pasti ditinggal, makanya males kalo nggak ada temennya, jadi gue ngajak lo biar gue nggak kesepian di sana. Mau ya Jian ya pliiiiiis! Jian yang cantik, mungil, imut tolongin gue!"

"Iya iya, besok gue temenin." Jian setuju sambil menahan tawa melihat tingkah Elang. Tidak menyangka bahwa pria di sampingnya itu bisa bersikap menggemaskan begini.

"Oke, besok jam tujuh kita berangkat." Kata Elang sambil mengacungkan jempolnya lalu pergi dari dapur sambil melompat-lopmpat kegirangan.

Itu Elang yang Jian kenalkan? Si penghuni gerhana paling dingin? Jian keheranan melihat perubahan sikap Elang sekarang.

Keesokan harinya jam setengah tujuh Jian sudah siap, pakaiannya benar-benar simple dan sopan dengan make up yang natural juga. Elang juga sudah selesai bersiap, dia sudah memanggil-manggil dari tadi.

Jian akhirnya keluar dari kamar, Elang sudah menunggu di ruang tengah. Dia memakai batik hari ini, itu membuatnya terlihat lebih dewasa tapi manis. Penghuni yang lain belum bangun, tidak ada yang tahu kalau Jian dan Elang pergi kondangan pagi itu.

"Gimana penampilan gue?" tanya Elang meminta pendapat Jian, pemuda itu berpose dengan meletakkan dua jarinya di bawah dagu dan tersenyum lebar, kacamata besar berwarna cokelat menghiasi matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana penampilan gue?" tanya Elang meminta pendapat Jian, pemuda itu berpose dengan meletakkan dua jarinya di bawah dagu dan tersenyum lebar, kacamata besar berwarna cokelat menghiasi matanya.

KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang