11. hari ibu

515 125 69
                                    

Kehidupan di gerhana itu layaknya cerita putri salju dan tujuh kurcaci dalam dongeng buku yang sering ia baca saat kecil. Itu menurut Jian. dia putri saljunya sedang Alby dan kawan-kawan adalah tujuh kurcaci. Tapi seharusnya sebagai satu-satunya putri di gerhana, dia di perlakukan istimewa. Tapi kenyataannya enggak. Gadis itu malah sering dibikin darah tinggi. Apalagi kalau sudah berurusan dengan Shakeel atau Byan.

Shakeel sama Byan selalu saja menemukan cara dan ide konyol untuk membuatnya kesal, seolah meliahat wajah kesal Jieun adalah ekspresi favorit mereka. Jian berharap dia tidak mati muda karna darah tinggi sebab nyaris tiap hari dibuat kesal oleh kedua makhluk jahil itu.

Dan pagi ini Byan lagi-lagi bikin ulah, dia sengaja berlama-lama di kamar mandi, dia tahu kalau Jian sedang mengantre di luar. Padahal tadi Byan bilang mau cuci muka doang. Padahal Jian sudah kebelet pipis, ia tidak tahan lagi.

"Byan, cepetan dong. Gue kebelet pipis nih." Jian menggedor pintu dari luar. Lagian tumben sekali Byan bangun pagi. Padahal ini masih jam setengah lima, biasanya jam segini dia masih ngorok di kamarnya.

"Bentar Ji, gue belum selesai bertelur nih." Teriak Byan dari dalam. "pake kamar mandi yang satunya aja." Lanjutnya

"Di pake bang Juna, Dia juga lagi mandi." Balas Jian.

Di gerhana memang hanya ada dua kamar mandi. Biasanya yang mandi duluan Alby atau Gavin, mereka jam empat pagi sudah mandi sekalian shalat subuh. Kalau yang lainnya biasanya jam enam atau setengah tujuh.

"Iya bentar lima menit lagi." kata Byan , padahal Jian sudah tidak bisa menahan untuk lima menit ke depan. Untung saja Juna keluar duluan dari kamar mandi sebelah.

"Udah bang?" tanya Jian tak sabaran

"Udah." Jawab Juna singkat.

Jian langsung berlari masuk ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat. Aroma sabun Juna masih tertinggal di kamar mandi. Wangi sekali. Lalu Jian segera melakukan ritual mandi pagi itu.

Jian keluar dari kamar mandi dan hanya memakai dengan rambut basah yang dibungkus handuk berwarna putih. Dia berpapasan dengan Elang di depan kamar mandinya, spertinya pemuda itu hendak mandi juga.

Jian mengerutkan kening heran ketika melihat Elang seperti orang salah tingkah. Wajahnya bersemu merah, ini pertama kalinya Jian melihat sosok yang biasanya dingin itu bersemu merah, kenapa ya?

"Jian, lu habis kuliah nanti ada acara enggak?" tanya Elang

"Gak ada, kenapa emang?"

"Temenin gue ke toko perhiasan yuk, gue mau beli kado buat mama gue."

"Mama lo ulang tahun?" tanya Jian

"Ini kan hari ibu, jadi gue mau ngasih kado sama mama."

"Oh oke, gue temenin nanti." Kata Jian terus melangkah ke kamarnya.

Jian melihat kalender di atas meja. Tanggal 22 desember. Benar, hari ini hari ibu. Jian sampai lupa tentang hari ini. apa nanti sekalian nanti dia membeli kado untuk bundanya juga ya? Tapi kalau membeli kado perhiasan sepertinya uang tabungan Jian tidak cukup, akhirnya dia putuskan untuk membeli kue saja.

Hari itu setelah kelas terakhir, sesuai janji Jian pun menemani Elang ke toko perhiasan. Ternyata Elang sudah menunggu Jian di depan kelasnya, sontak itu menarik perhatian semua mahasiswa yang melihatnya, di depan kelas mendadak heboh.

Jian mendengus kesal. Tidak suka dengan kehadiran Elang yang mengundang perhatian mahasiswa yang lain. Kan jadinya Jian sendiri yang repot, harus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Kok bisa kenal Elang? Punya hubungan apa sama Elang? Dan blablabla.

KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang