19. secangkir kopi

510 122 60
                                    

Ini menjadi hari yang tidak menyenangkan untuk Jian. terjadi perdebatan kecil antara dirinya dan Jenny. Jenny akhirnya tahu kalau Jian ngekos di gerhana. Jian menyadari bahwa dia memang salah sejak awal. Dia tidak memberitahu Jenny tentang kos barunya itu dan siapa saja penghuni gerhana, tidak seharusnya Jian menutupi itu dari sahabatnya, padahal Jenny cukup peduli dengan keadaan Jian di kos barunya itu.

Mereka biasanya nongkrong di kafe setiap habis kuliah, tapi hari itu Jenny langsung pulang membawa kemarahan. Padahal ada tugas kuliah, mereka harus membuat makalah dan diserahkan besok pagi pada Pak Gunawan. Hari itu akhirnya hanya Jian dan Cindy yang nongkrong dengan membawa laptop masing-masing untuk mengerjakan tugas mereka.

"Udahlah nggak usah dipikirin. Jenny boleh kesal tapi dia nggak bisa nyalahin lo sepenuhnya Ji, lo pasti punya alasan kenapa nggak mau ngasi tau kita sebelumnya, lagian nggak semuanya harus diceritain kan." kata Cindy menghibur saat melihat Jian melamun dan tidak fokus dengan tugasnya.

Jian mengangguk dan mencoba untuk mulai mengetik di atas laptopnya. Sekalipun dia tidak salah sepenuhnya tapi Jian berniat akan minta maaf pada Jenny besok, bagaimanapun Jian tidak ingin hubungannya dengan Jenny renggang.

Seorang barista kafe tiba-tiba menghampiri mereka dan meletakkan secangkir kopi di hadapan Jian, "kopi buat mbaknya dari mas yang di sebelah sana." Katanya sambil mengarahkan tangannya pada seseorang yang duduk tidak jauh dari posisi Jian.

Jian menoleh ke arah orang yang dimaksud dan dia melihat seorang cowok dengan kemeja kotak-kotak dan rambut agak pirang melambaikan tangan sambil tersenyum. Jian menundukkan kepalanya sedikit sebagai isyarat terimakasih pada cowok itu.

Pria itu juga memberi isyarat dengan tangannya supaya Jian meminum kopi yang ia berikan, bibirnya yang agak kemerahan alami itu bergerak mengucapkan beberapa kata, kalau tidak salah menafsirkan dari gerakan bibirnya dia seakan mengatakan "dinikmat...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu juga memberi isyarat dengan tangannya supaya Jian meminum kopi yang ia berikan, bibirnya yang agak kemerahan alami itu bergerak mengucapkan beberapa kata, kalau tidak salah menafsirkan dari gerakan bibirnya dia seakan mengatakan "dinikmati ya cantik!"

Jian mengangguk lagi dan kembali memutar posisi ke arah Cindy di hadapannya, dalam penilaian sekilas, pria tadi sangat tampan, kulitnya putih seperti susu, badannya tinggi dan kekar meski posisinya sedang duduk tadi. Kalau berdiri di dekat Alby atau Shakeel, kemungkinan Jian tidak akan bisa membedakan mana yang lebih tampan.

"Anjay, itu kan Jeffrey." seru Cindy dengan tatapan seakan tak percaya bahwa yang memberikan kopi gratis untuk temannya itu adalah Jeffrey, salah satu pria terpopuler di Binus.

"Lo kenal dia, Cin?"

"Nggak sih. tapi tau aja, dia anak DKV semester lima, terkenal paling ganteng di jurusannya." Kata Cindy

Jian mengerutkan kening, kalau anak DKV semester lima kemungkinan dia mengenal Juna atau Zhafir.

"Dia ngasi lo kopi pasti ada maksud lain. Beruntung banget sih lo Ji dapet perhatian dari Jeffrey, kalo lo digebet sama dia mau nggak Ji?"

Jian menoleh lagi ke arah Jeffrey yang tampak asyik mengobrol dengan teman-temannya. Memang tampan sih, mirip oppa-oppa korea.

"Kalo itu Jeffrey, gue gak pake mikir lagi deh." Kata Jian padahal sebenarnya dia tidak terlalu yakin dengan ucapannya itu, hanya menanggapi keingintahuan cindy saja.

Jam enam Jian baru pulang setelah selesai mengerjakan tugasnya, tinggal di print dan dikumpulkan besok. Sebelum pulang dia mampir dulu ke mini market dekat kosan, dia ingin membeli beberapa camilan untuk menamaninya nonton drama korea nanti.

-oOo-

Part lengkap tersedia di KBM app


KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang