❣❣❣
5
SEKOTAK PIZZA
Gedung fakultas Teknik itu lebih bagus dibanding fakultas Ekonomi, dari segi warna dan gaya bangunan, meski peminat lebih banyak fakultas Ekonomi. Ini pertama kalinya Jian pergi ke fakultas itu meski jaraknya dari fakultas ekonomi tidak seberapa jauh. Di sana masih ramai mahasiswa berlalu-lalang bahkan beberapa menatap ke arah Jian dengan tatapan merasa asing dan penasaran. Terlihat dari almamater yang dipakai Jian hari ini, tentu saja menandakan bahwa dia bukan bagian dari fakultas ini.
Mempercepat langkah untuk sampai di ruangan yang dituju, Jian sebenarnya merasa terganggu dengan tatapan tak bersahabat dari beberapa mahasiswa yang dijumpainya itu. Dia tidak akan repot-repot ke sini andai Shakeel mengembalikan flashdisk miliknya tepat waktu. Jian membutuhkan benda itu sekarang.
Satu hal yang harus Jian ingat adalah jangan percaya dengan perkataan Shakeel. Saat meminjam flashdisk, Shakeel bilang akan mengembalikannya dua jam lagi, tapi lihatlah! bahkan meski Jian menelpon sampai ratusan kali, pemuda itu tidak mengangkat telponnya, entah itu sengaja atau tidak.
Jian sedikit berlari untuk sampai di kelas Shakeel, dia hanya punya waktu satu jam lagi untuk mengumpulkan tugas kuliahnya yang sialnya tugas itu tersimpan di dalam flashdisk yang dipinjam Shakeel. Gadis itu mulai berjalan normal ketika dia berpapasan dengan Byan.
"Hai By!" sapanya
"Hai juga babyku." Kata Byan dengan senyum jahilnya yang menyebalkan itu.
Jian mendengus kesal. Meski Byan adalah salah satu orang yang mulai menerima kehadiran Jian di gerhana, tapi tidak bisa dipungkiri kalau pemuda itu masih suka jahil.
"Shakeel mana?" tanya Jian
"Lo ke sini nyari Shakeel? Gue nya nggak dicari nih? nggak adil lo." Byan mulai bertingkah dramatis, Jian tidak akan heran lagi dengan tingkah laku pria di hadapannya ini.
"Gue ada perlu sama Shakeel, cepetan kasi tau dia dimana?" Jian mulai tidak sabaran
"Ada tuh di kelas, lagi godain kembang muda." Jawab Byan sambil menunjuk salah satu kelas di pojokan
"Oke, makasih ya By."
"Sama-sama baby ku."
Jian memutar bola mata kesal dijahili Byan begitu, sementara pemuda itu malah tertawa cekikikan melihat wajah kesalnya. "Eh Ji, lo balik ke kos jam berapa?" tanya Byan lagi
"Habis ini, tapi mau ngumpulin tugas dulu, kenapa emang?"
Tersenyum penuh maksud, Byan menghampiri Jian lagi dan tanpa basa-basi langsung menggantungkan tas ranselnya di pundak cewek itu yang menatapnya dengan tatapan melongo.
"Gue titip tas ya, bawain ke kos." Byan nyengir tanpa dosa
"Kenapa nggak Lo bawa sendiri sih Byan?"
"Gue mau keluar maen sama temen gue, males bawa tas apalagi isinya buku doang, bawain ya." Byan mengacak rambut Jian gemas lalu pergi begitu saja.
Meski jengkel tapi pada akhirnya Jian tetap membawa tas Byan di punggungnya. Mau nolak juga percuma, Byan sudah berlari jauh dari hadapannya. Dengan membawa dua tas di pundaknya, dia berjalan lagi ke kelas Shakeel, tapi di depan pintu kelas malah bertemu Elang.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Elang dingin.
Duh, bisa tidak sih itu nada suaranya lebih ramah dikit?
"Gue nyari Shakeel, mau ambil fd gue."
"Shakeel nggak ada, dia bolos kuliah, cuma ngumpulin tugas aja tadi ke kampus." Kata Elang
Sialan! Rupanya Jian dibohongi oleh Byan, katanya si Shakeel ada di kelas godain kembang muda.
"Yah!" Jian membuang napas kasar. Merasa sia-sia datang ke fakultas teknik dengan berlari sampai ngos-ngosan, yang dicari rupanya bolos kuliah. Tiba-tiba Elang menyodorkan sebuah Flashdisk "32 GB Toshiba".
"Nih Shakeel tadi nitip ini ke gue, suruh kasiin ke lo."
Kedua mata legam itu langsung berpijar, Jian kegirangan menerima benda kecil berwarna putih itu dari Elang. Hampir saja dia menggorok leher si Shakeel, kirain itu si kancut bolong lupa mengembalikan flashdisk Jian.
"Makasih." Ucap Jian lalu pergi dari hadapan Elang. Dia berlari lagi keluar dari fakultas teknik. Namun sepertinya dia tidak bisa keluar dari fakultas itu begitu saja, karena tanpa diduga Jian tiba-tiba dihadang oleh tiga cewek. Mereka langsung mendorong tubuh Jian ke dinding.
"Lo siapanya Byan?" tanya salah satu dari mereka, tatapannya tajam seakan ingin menusuk Jian lewat tatapan itu.
Jian kaget beberapa saat dengan serangan tiba-tiba itu. "E ...gue cuma kenalan dia aja kok." Jawabnya kemudian setelah mulai paham situasinya.
"Terus ini kenapa tas Byan ada sama lo, gue juga liat Byan ngacak rambut lo tadi, lo pacarnya Byan kan?" si cewek paling tinggi menoyor kepala Jian.
Sepertinya Jian dalam masalah sekarang. Dia tidak tahu ketiga cewek ini siapa. Pacarnya Byan kah? selingkuhannya atau orang yang naksir Byan? Satu-satunya yang Jian yakini sepertinya mereka sedang cemburu pada Jian. Ini adalah kesalahpahaman.
"Nggak, kita cuma temenan kok." Jian meringis ketika pergelangan tangannya dicengkeram kuat oleh salah satu dari mereka.
"Nggak usah bohong deh lo."
Pltakkk!
Gadis dengan baju warna krem itu memukul kepala Jian. Cukup keras. Merasa tak terima dengan perlakuan cewek asing itu, Jian hendak melawan, tapi sebuah suara di belakang mereka lebih dulu menginterupsi.
"Lepasin cewek itu atau gue laporin kalian ke rektor."
Semuanya kompak menoleh ke sumber suara. Dua orang pemuda berdiri di belakang mereka dengan tatapan garang, salah satunya memegang handpone yang di arahkan pada tiga cewek itu. kalau tidak salah menebak, dia tampaknya sudah merekam adegan kekerasan tadi.
"Mau gue sebarin ke seantero kampus kalo kalian ini tukang bully?" ancamya lagi sambil menggoyangkan handpone di tangannya dan tersenyum sinis.
Ketiga gadis itu menelan ludah gugup. "Sorry!" ucap salah satu dari mereka lalu berlari pergi yang kemudian di susul oleh kedua temannya itu. huh ...pecundang ternyata.
Jian menghela napasnya lega. kedua pemuda tadi langsung menghampirinya. "Lo nggak apa-apa?"
"Iya nggak apa-apa, makasih udah ditolongin."
Dia mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang menawan. Lalu dia mengajak temannya pergi. Tidak ada adegan dramatis seperti di film-film—si cowok mengajak kenalan cewek yang ditolongnya lalu mereka tukaran nomor telpon dan akhirnya berlanjut jadi teman— oh, tidak ada adegan semacam itu. yang terjadi adalah pemuda itu benar-benar pergi setelahnya.
"Lo kenal sama dia Jeff?"
Jian mendengar percakapan mereka di tengah langkahnya yang perlahan menjauh.
"Nggak."
"Oh kirain kenal makanya lo tolongin."
"Mau kenal atau nggak, nggak ada salahnya kan nolongin orang yang kesusahan."
Jian tersenyum tipis menatap punggung kedua pemuda itu sebelum dia sendiri melangkah pergi dari fakultas teknik. Di sudut lain yang tak terlihat, Elang berdiri di sana dengan wajah tanpa ekspresi—menyaksikan apa yang terjadi pada Jian sejak awal, namun memutuskan untuk tidak ikut campur. Bukan urusannya.
ⓖⓔⓡⓗⓐⓝⓐ
Part lengkap tersedia di KBM app
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN GERHANA ✔
Teen FictionTERSEDIA VERSI LENGKAP DI KBM APP "Kapan lo pindah dari sini?" - Jian si penghuni kosan baru harus berjuang mendapatkan hati para penghuni lainnya agar menerimanya di kosan itu. Memang tidak mudah menjadi satu-satunya penghuni cewek di kosan itu, it...