Juna melepas stress dengan karaokean pagi itu. Semalam dia hampir pipis di atas panggung gara-gara takut lehernya ditebas bang Gavin kalau sampai bikin kesalahan.
Dia melampiaskannya sekarang dengan bernyanyi sekeras-kerasnya. Jian yang lagi enak tidur harus terbangun karena suara fals Juna. Itu mah bukan nyanyi tapi manggil arwah orang mati.
Jian keluar dari kamarnya dengan perasaan jengkel. Ini masih jam enam pagi, bisa-bisanya Juna kepikiran karaokean di jam segini.
Itu adalah lagu ketiga yang dinyanyikan Juna yang ujung-ujungnya berhenti di tengah lagu karena tidak hafal liriknya.
"Dan terjadi lagiiiii....kisah lama yang terulang kembali, kauuuu temukan lagiiiii....hoooooo...."
Bukan hanya Jian. Tapi Alby yang ada di dapur mulai jengah mendengar suara Juna. Sudah lagu ketiga dan semuanya membuat telinganya nyaris pecah.
Tak tahan! Alby menghampiri Juna, merampas mikrofon yang di pegang pemuda itu dan memukulkan ke kepalanya.
"Berenti nggak, suara mirip burung kejepit bambu aja sok-sokan nyanyi." Kata Alby kesal
Juna tersenyum polos dan malu-malu sambil mengelus kepalanya yang sakit. Shakeel datang dengan wajah mengejek, membusungkan dada sombong lalu mengambil alih mikrofon di tangan bang Alby.
"Udah gue bilangin tadi ngga usah nyanyi bang, suara lo tuh astagfirullah. Dah biar gue aja yang nyanyi." Kata Shakeel
Alby kembali ke dapur. Kalau Shakeel sih lumayan bagus suaranya, Alby tidak akan melarang pemuda itu bernyanyi. Tapi masalahnya....
"Ya tuhantu ya tuhantu papanya meninggal jadi hantu. Ya tuhantu ya tuhantu ibunya meninggal jadi hantu....
Ini bukan waktu yang tepat menyanyikan lagu semacam itu.
Alby memijat pelipis. Ia mendadak pusing. Kesalahannya membiarkan Shakeel bernyanyi, sudah tahu anaknya aneh bin ajaib.
"Papanya meninggal...ibuknya meninggal anaknya baca koran gak mau ke al alkuran....
Anak berdua itu sudah tidak waras. Entah kerasukan setan apa semalam.
Alby keluar lagi, kali ini membawa centong nasi. Berdiri tidak jauh di samping Shakeel dengan sorot tajam, siap menggebuki pemuda itu.
Aneh- aneh aja sih milih lagu.
Shakeel yang menyadari kehadiran bang Alby dengan tatapan tajamnya spontan langsung melempar mikrofon begitu saja, terbirit-birit bersembunyi di belakang punggung bang Gavin yang kebetulan muncul di waktu yang tepat.
Shakeel pernah melihat tatapan tajam itu. Dan itu adalah sinyal bahaya.
"Bang ...tolongin gue." Dia berbisik di telinga bang Gavin
"Makanya nggak usah aneh-aneh." Gavin menjauhkan dirinya dari Shakeel tidak ingin ikut campur. Dia segera masuk ke kamar mandi.
Shakeel menelan ludah. Sebenarnya dia salah apa? Dia tidak menyadari kesalahannya, dia tadi spontan berlari karena melihat tatapan bang Alby saja.
Kini bang Alby sudah ancang-ancang melemparnya dengan centong nasi. Dalam langkah seribu Shakeel berlari ke dalam kamar.
Plis! Kasi tau Shakeel, dirinya salah apa?
Sekarang di ruang tengah hanya terdengar suara tawa Byan yang keras, ia berguling di lantai sambil memegangi perutnya. Dan Jian yang sampai sesak napas gara-gara melihat ekspresi ketakutan Shakeel tadi.
Alby kembali ke dapur dengan menghela napas panjang.
--oOo--
Jian sedang sarapan pagi itu saat Zhafir datang dengan wajah terlihat lelah dan mengantuk. dari semalam setelah acara selesai, dia memang langsung pergi, dia tidak mengatakan pergi kemana, semalam dia terlihat buru-buru, baik Jian dan yang lainnya tidak sempat bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN GERHANA ✔
Teen FictionTERSEDIA VERSI LENGKAP DI KBM APP "Kapan lo pindah dari sini?" - Jian si penghuni kosan baru harus berjuang mendapatkan hati para penghuni lainnya agar menerimanya di kosan itu. Memang tidak mudah menjadi satu-satunya penghuni cewek di kosan itu, it...