30. kencan

359 100 28
                                    


Rencana pulang ke Gorontalo berakhir gagal total. Jian harus menelan kembali keinginannya untuk menikmati keindahan kampung halamannya dan mengenang masa kecilnya di sana. rencana itu gagal karena Elang tiba-tiba saja berubah menjadi anak kecil, merengek agar Jian tidak pulang.

"Kita baru resmi pacaran, dan aku pengen menikmati momen bahagia sama kamu dulu, tapi kamu malah mau pulang kampung, jahat banget." Elang merajuk untuk kesekian kalinya, bahkan hari itu dia menyembunyikan handpone Jian agar gadis itu tidak bisa memesan tiket, dan Jian juga tidak akan pergi tanpa handponenya kan?

Kalau sebelum-sebelumnya Jian berusaha membuat Elang mengerti bahwa dirinya harus pulang kampung, maka sekarang Jian mengabaikan Elang, tidak merespons perkataannya sedikitpun.

"Yank, kok kamu nyuekin aku sih?" Elang langsung memeluk pinggang Jian saat gadis itu sedang sibuk membuat makanan, ini sudah waktunya makan siang dan ia sudah lapar. Beruntung tidak ada siapa-siapa di gerhana kecuali mereka sehingga tidak ada yang melihat saat Elang memeluk Jian. Selain mereka, masih ada Byan dan Shakeel yang memutuskan untuk tidak pulang kampung setelah acara ulang tahun Gavin, dan tentunya ada Alby juga. Tapi mereka bertiga keluar sejak tadi pagi.

Jian tetap bertahan dalam kebisuan, dan Elang sendiri juga tidak menyerah untuk mendapat perhatian lagi dari kekasihnya itu."Nanti kalau aku kangen kamu gimana? Bisa gila aku tau nggak." Dia merengek lagi bahkan sekarang mendusel di leher Jian, mencium aroma alami Jian yang segar, seakan itu adalah candu baru untuknya.

Lama-lama Jian luluh juga, dia akhirnya memutar posisi menghadap Elang, "aku harus pulang, aku kangen kampung. Kamu bisa ngerti itu kan?" katanya lembut, keputusannya memang tidak berubah, dia hanya mencoba membuat Elang mengerti.

"Liburnya kan lama, sebulan lebih. Masa kamu mau ngabisin waktu selama itu di kampung, terus waktu buat aku kapan?" Kata Elang. Jadi ceritanya dia menuntut kekasihnya itu untuk memberinya waktu dan perhatian. Lucu sekali, Jian jadi gemas.

"Gini aja deh, aku minta separuh dari waktu libur kamu." Kata Elang akhirnya, dia tetap gigih rupanya

"Maksudnya?"

"Aku minta selama lima belas hari kedepan kamu tetap di sini sama aku, baru setelah itu kamu pulang ke goron, gimana? Mau kan?" tanya Elang sambil mendekatkan wajahnya ke arah Jian dan menatapnya begitu lekat dan dalam.

Menghela napas panjang, seakan tahu kalau Elang tidak akan menyerah begitu saja, maka akhirnya Jian pun menganggukkan kepalanya, setuju. "Oke, aku bakal di sini selama lima belas hari ke depan."

Elang langsung semringah. "makasih sayangku." Ucapnya dan satu ciuman ia berikan di pipi kekasihnya.

"Terus selama lima belas hari di sini kita mau ngapain aja, masa cuma diem terus di kosan?"

"Jalan-jalan? Belanja? Terserah kamu mau ngapain aja, yang penting kamu di dekat aku." Kata Elang

"Belanja ya? Iya sih aku udah lama nggak belanja. Yaudah nanti sore balanja yuk!"

"Oke, my queen." Elang langsung setuju

Sore itu akhirnya mereka pergi ke salah satu mal di Jakarta selatan. Sebenarnya dia hanya butuh membeli sepatu baru. tapi tetap saja yang namanya belanja sedikit apapun itu menyenangkan, meski hanya bolak-balik dari store satu ke store lainnya, melihat-lihat barang lucu yang pada akhirnya tetap nggak dibeli.

Sejak tadi Elang menggenggam tangan Jian, seperti takut Jian akan hilang dan jauh dari jangkauannya. Setelah mendatangi beberapa store, Jian akhirnya menemukan sepatu yang cocok, size-nya juga langsung pas di kaki Jian saat ia mencobanya, tanpa berpikir lama akhirnya dia membeli sepatu itu.

KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang