22. serangan tiba-tiba

529 116 41
                                    

Menjadi pemenang di acara kontes kemarin membuat Jian sekarang menjadi pusat perhatian. Sungguh, itu tidak menyenangkan, dia bahkan merasa risih ketika semua mata tertuju pada dirinya, tatapan itu tidak semuanya menggambarkan kekaguman, ada juga tatapan benci, tatapan berkobar yang seakan ingin membunuhnya. Jian bisa merasakan itu.

Aura menakutkan di sekelilignya semakin terasa ketika dia berada di kantin kampus bersama Jeffrey, pria yang beberapa jam lalu mengiriminya pesan dan mengajaknya bertemu.

Kalau tahu begini maka Jian akan menolak bertemu Jeffrey di sini, mereka bisa bertemu di tempat lain. Jian merutuki dirinya karena dia lupa bahwa Jeffrey adalah salah satu pria populer di kampus. Kejadian seperti saat penggemar Byan membully-nya tidak akan terulang lagi kan? Penggemar Jeffrey tidak akan melakukan hal yang sama kan?

"Jef, mau ngomongin apa sih?" tanya Jian. Ia ingin pertemuan ini segera berakhir dan ia bisa pergi secepatnya.

"Makan dulu, ntar makanannya keburu dingin loh." Kata Jeffrey

Jian benar-benar merasa tidak nyaman di sana, dia merasa diawasi oleh beberapa pasang mata yang berada di kanan kirinya. Sialnya, Jeffrey malah terlihat santai seakan tidak menyadari atmosfer berbeda di sekelilingnya.

Namun,Tidak ada yang bisa Jian lakukan selain segera menghabiskan mie ayam di hadapannya dan menunggu Jeffrey menyampaikan apa yang ingin dia bicarakan.

"Makannya kok buru-buru sih, lihat tuh sampe blepotan gitu." Kata Jeffrey lalu mengambil tisue di hadapannya dan berniat menyeka bibir Jian dengan benda itu, tapi dengan sigap Jian menahan pergelangan tangan Jeffrey dan mengambil tisue itu di tangannya, dia membersihkan sendiri makanan yang menempel di sekitaran bibirnya. kalau Jeffrey yang melakukannya bisa heboh nanti.

Sampai akhirnya mereka selesai makan dan Jeffrey pun menyampaikan maksudnya kenapa dia mengajak Jian ketemuan di sini. "Ji, lo butuh kerja sampingan nggak. Soalnya gini, gue butuh guru privat buat adek gue, dan gue rasa lo cocok jadi guru privatnya dia." Kata Jeffrey

"Kenapa harus gue?"

"Karena lo pinter, dan gue nilai lo juga orang yang telaten. Adek gue kelas enam sd kok. Ngajarnya cuma sabtu minggu aja, untuk jamnya itu terserah lo, gimana Ji, mau nggak?"

Jian berpikir beberapa saat, sebenarnya dia merasa tertarik dengan tawaran jeffrey. Dia memang ada rencana mencari kerja sampingan, diaa tidak mungkin mengandalka uang yang dikirim bunda untuk biaya hidup sampai lulus nanti, siapa yang tahu kalau nanti ada kebutuhan lain di luar perkiraan. Jadi dia rasa dia memang harus bekerja sampingan untuk jadi tambahan uang jajan dan bayar sewa kos.

"Oke deh Jeff gue mau, kebetulan gue emang nyari kerja sampingan dan untuk semester ini jadwal gue emang nggak padat."

Jeffrey tersenyum mendengar keputusan Jian. "gue seneng banget dengernya Ji, akhir pekan ini udah bisa ngajar kan? tenang aja gue bakal antar jemput lo kok." Kata Jeffrey. Ini kenapa dia yang kelihatan antusias sih?

"Nanti gue siapin kontra kerjanya ya Ji, lo bisa nolak kalo emang ada yang nggak lo suka."

"Oke Jeff, kontraknya kita bicarain akhir pekan nanti sekalian."

"Siap deh kalo gitu." Kata Jeffrey

"Yaudah Jeff gue duluan ya mau ngumpulin tugas ke ruangan bu Nova dulu." Pamit Jian tapi Jeffrey malah ikutan berdiri

"bareng aja, gue juga mau ke ruang seni nih." Kata Jeffrey padahal Jian sengaja pamit duluan biar nggak barengan sama Jeffrey

Jian mengangguk pasrah dan akhirnya pergi dari kantin bersama Jeffrey, dan mereka berpisah saat Jian sudah sampai di depan fakultas ekonomi.

"sampai ketemu nanti ya Ji." Jeffrey melambaikan tangan dan dia pergi. Jian juga segera berjalan menuju ruang dosen untuk mengumpulkan tugas, sudah sepi, tampaknya yang lain sudah pada pulang. Jian cuma berpapasan dengan dua teman sekelasnya yang baru keluar dari ruangan bu Nova.

"Bu Nova nggak ada di ruangannya, tapi tugas suruh taro di meja kerjanya aja." Kata Dewi memberitahu, Jian mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

Jian bergegas pulang setelah mengumpulkan tugas kuliah, tapi ketika dia berjalan di koridor tiba-tiba ada yang menyerangnya dari belakang, mata Jian di tutup dengan kantong dan mulutnya dibekap.

Gadis itu ingin berteriak tapi tidak bisa. Mau melawan namun kedua tangannya sudah diringkus. Sepertinya yang menyerangnya lebih dari dua orang. Dari aroma parfum yang tercium Jian yakin mereka semua cewek,. Gila, tapi tenaga mereka kuat sekali. Tapi mereka siapa? Siapa yang usil di siang bolong begini.

"Emmmppphh...." Jian mencoba teriak dan melepaskan diri

BUGGG!

Sampai akhirnya dia merasakan pening saat kepalanya di pukul, itu bukan pukulan tangan kosong, tapi itu pukulan benda padat. Dan Jian kehilangan kesadaran beberapa detik kemudian.

--oOo--

Part lengkap tersedia di KBM app


KOSAN GERHANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang