Mereka tampak bahagia dan bersemangat, menikmati makanan kesukaan masing-masing, tak ada pembicaraan berlangsung sejak lima menit yang lalu—tepatnya sejak makanan yang mereka pesan disajikan di hadapan mereka. Iya, mereka sedang berada di sebuah restoran terkenal di Jakarta Selatan, menikmati makanan gratis, sebab Gavin ulang tahun saat itu. dan seperti sebuah tradisi, yang berulang tahun akan mentraktir teman-temannya makan.
Seharusnya Gavin bahagia hari ini, bahagia karena dia ulang tahun, bahagia karena sahabat-sahabatnya makan dengan lahap. Biasanya Gavin begitu, dia suka melihat seseorang makan dengan lahap karena itu artinya mereka menikmati makanan itu. itu salah satu alasan dia suka memasak di kos, dia suka melihat penghuni gerhana menikmati makanan buatannya, apalagi kalau yang makan itu Elang— tapi malam ini Gavin justru merasakan perasaannya hancur, dia masih belum bisa melupakan perkataan Elang kemarin kalau dia dan Jian sudah official.
Meski sebenarnya mereka berdua tidak terlihat sedang berkencan, tapi Gavin tebak sepertinya Elang dan Jian ingin menyembunyikan hubungan mereka dari yang lain. Hubungan mereka terlihat seperti biasanya. Gavin nyaris tak bisa menyembunyikan raut sedihnya malam itu, dia juga hanya merespons sesekali obrolan mereka. Beruntungnya Gavin memang dikenal sosok pendiam, jadi tak ada yang menyadari apa yang terjadi padanya malam itu.
"Ulang tahun lo kapan Ji?" tanya Byan yang posisi duduknya di depan Jian, sedang gadis itu sendiri duduk di samping Elang, itu adalah obrolan pertama setelah beberapa menit hanya terdengar suara sendok dan garpu yang beradu.
"Enam belas Mei." Jawab Jian
"Oya? Sama kaya gue dong." Alby menyela
"Jangan-jangan kalian jodoh." Timpal Byan lagi
"Kalo ngomong jangan sembarangan." Elang menatap tajam ke arah Byan
"Siapa yang ngomong sembarangan. Justru itu tuh doa siapa tau kan bang Al sama Jian emang jodoh." Sanggah Byan.
"Siapa tau juga Jian malah jodohnya sama gue." Shakeel juga menyela.
"Ini kenapa pada sibuk nebak jodoh gue sih." Jian merasa obrolan itu lucu, alih-alih membicarakan sesuatu yang penting.Tapi tidak heran sih, mereka biasanya memang membicarakan hal random.
"Ji, jujur deh, lo nggak tertarik sama salah satu dari kita apa?" tanya Byan, itu bukan pertanyaan basa-basi tapi dia benar-benar penasaran tentang hal itu. siapa tahu kalau ternyata Jian malah menyukai Byan, jadi Byan sudah menyiapkan kata-kata untuk menolaknya.
"Salah satu dari kita nggak ada yang mendekati tipe lo apa Ji?" tambah Shakeel, ternyata makhluk satu ini juga penasaran
Jian langsung bersemu merah, baru kali ini dia malu-malu di depan penghuni gerhana. Dan seperti reflek alami, Jian langsung menoleh pada Elang yang duduk di sampingnya. Ternyata pria itu sudah lebih dulu menatapnya. Pandangan mereka bertemu. Jian merasakan jantungnya berdebar hebat seketika.
Jian akui, pria yang saat ini ditatapnya itu adalah orang yang ia cintai sekarang. Elang telah membuat Jian jatuh cinta dengan cara sederhana. Jian suka berdebat tentang hal-hal kecil dengan Elang. Hatinya akan berdebar ketika Elang memberinya perhatian sekecil apapun itu. dia suka bagaimana Elang merayunya secara blak-blakan, anehnya itu tidak terkesan gombal tapi tulus.
"Mikirnya lama amat Ji, ada atau nggak sih sebenarnya?" tanya Byan tidak sabar
Jian tersentak, segera mengalihkan pandangan dari Elang lalu menatap Byan canggung. "Nggak ada, gue nganggep kalian semua saudara gue." Jawabnya namun terdengar ragu-ragu.
"Emang lebih baik gitu, mending anggap semua saudara aja. Dengan begitu gue bisa lebih terima ketimbang lo pacaran sama salah satu dari kita. Ntar gue patah hati." Kata Shakeel
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN GERHANA ✔
Novela JuvenilTERSEDIA VERSI LENGKAP DI KBM APP "Kapan lo pindah dari sini?" - Jian si penghuni kosan baru harus berjuang mendapatkan hati para penghuni lainnya agar menerimanya di kosan itu. Memang tidak mudah menjadi satu-satunya penghuni cewek di kosan itu, it...