Jian akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi guru privat Gwen. Baiknya Jeffrey mau mengerti saat ia mengundurkan diri, Jeffrey tidak marah meski Jian melanggar kesepakatan. Meski Gwen menangis karena dia tidak ingin berpisah dengan Jian, gadis kecil itu sudah terlanjur menyayangi Jian dan menganggapnya sebagai kakak perempuannya. Tapi Jian harus tetap pergi, barangkali keputusannya itu bisa menjadi bukti baktinya pada bundanya.
Jian menmberitahukan alasan sebenarnya pada Jeffrey kenapa dia berhenti jadi guru privat. Dia tidak mau Jeffrey salah paham. Dia juga memutuskan untuk tidak mengambil bayaran sepeser pun meski Jeffrey memaksanya. Dia akan menganggap waktu dua pekannya dengan Gwen adalah waktu yang berharga yang tidak bisa dibayar dengan uang.
Anak gadis itu sudah mulai fokus dengan kuliahnya setelah melalui kesedihan dan waktu sulit selama beberapa hari ini karena sikap bundanya yang egois. Buruknya, Jian itu adalah tipe yang tertutup, padahal kalau dia bercerita maka seleuruh penghuni gerhana akan membantunya atau menghiburnya. Tapi dia memilih untuk memendam masalah itu. dia berjuang sendiri untuk membuat dirinya baik-baik saja.
Ujian semester akhir tinggal seminggu lagi. Jian lebih banyak menghabiskan waktunya di luar untuk belajar bersama Jenny dan Cindy. Dia sering pulang telat, anak-anak gerhana protes karena merasa suasana gerhana berbeda jika tidak ada Jian. Tapi Jian mengabaikan itu, persiapan uas lebih penting, dia tidak ingin remidi jika nanti mendapat nilai C atau bahkan D. Selama kuliah Jian tidak pernah mendapatkan kedua nilai itu, paling rendahnya dia mendapat nilai B.
Lagi-lagi dia pulang telat malam itu, sekitar jam sembilan malam dia baru sampai di kosan dengan wajah lelah. salah satu dosen memberi bocoran bahwa tugas ujian akhir, mereka hanya akan disuruh membuat makanan lalu menjualnya. Tadi, Jian dan kedua sahabatnya sepakat makanan apa yang akan mereka buat minggu depan dan dimana mereka akan menjualnya, mereka harus menemukan tempat yang strategis untuk berjualan. sebab biasanya tugas seperti itu diberi waktu yang terbatas.
Ketika sampai di kosan, Jian tidak mendapati siapapun di ruang tengah, kosan tampak sepi. Pintu kamar semua penghuni juga tertutup. Tidak mungkin kalau mereka sudah tidur jam segini. biasanya yang suka begadang itu Byan dan Shakeel, mereka akan menghabiskan waktu dengan bermain game di ruang tengah. Lalu kemana mereka sekarang?
Jian kemudian menangkap sebuah suara dari kamar Juna. Maka dia yakin Juna ada di dalam kamarnya, dia pun pergi ke sana, membuka pintu kamar Juna dan melongokan kepalanya sedikit.
"Bang!" panggilnya
Juna yang tampak serius menonton film di laptopnya tersentak kaget mendengar panggilan Jian yang cukup lantang itu. "Eh ...iya Ji, kenapa? Masuk aja." Pria yang sedang duduk di atas kasurnya dengan posisi bersila itu tersenyum ramah. Laptop dengan logo apple berada di hadapannya
"Anak-anak udah pada tidur ya bang, kok sepi banget?" Tanya Jian
"Kenapa emang Ji, kamu butuh sesuatu?" Juna balik bertanya
"Nggak sih, cuma nanya aja."
"Shakeel sama Elang pergi main futsal, kalo yang lainnya gue nggak tau pergi kemana."
Jian mengangguk lalu memutuskan untuk pergi ke kamarnya, tidak ada kepentingan lagi, dia bertanya karena penasaran saja. tapi sebelum dia menutup pintu dia tersenyum jahil ke arah Juna dan berkata, "Bang Jun kalo nonton bokep volumenya dikecilin dong."
"Lah anjir! kedengaran ya? padahal udah pake headset loh ini." Bukannya malu, pemuda pemilik dimple manis itu malah segera memeriksa headsetnya dengan ekspresi datar.
"Pake headset tapi gak dicolokin sama aja boong, IQ doang tinggi kelakuan tetap abnormal." Cibir Jian
"Duh pinter banget kalo ngomong."
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN GERHANA ✔
Fiksi RemajaTERSEDIA VERSI LENGKAP DI KBM APP "Kapan lo pindah dari sini?" - Jian si penghuni kosan baru harus berjuang mendapatkan hati para penghuni lainnya agar menerimanya di kosan itu. Memang tidak mudah menjadi satu-satunya penghuni cewek di kosan itu, it...