Ten

355 41 2
                                    

Kehidupan di Amerika Serikat sama sepertinya dengan negara negara lain, mereka berlalu lalang berjalan kaki mencari sebuah kenyamanan tersendiri, bahkan pukul enam pagi sudah banyak orang yang berangkat bekerja, bersekolah, mengantarkan anaknya, mengantarkan pesanan, dan yang lainnya. Mereka sudah mulai beraktivitas dari pagi hari hingga sore hari, bahkan ada yang sampai malam hari dan ada yang sampai rela tidak pulang demi mencari sebuah rezeki.

Namun, aku Pria dewasa kelahiran Korea Selatan seorang ayah dari satu anak lelaki yang berumur enam tahun, sedang mencari pekerjaan yang baru dengan ide ide yang ada di dalam otaknya.

"Tidak, sayang."

Istriku terus merapihkan baju baju yang baru saja ia jemur malam kemarin di dalam Apartemennya. Ia berterus terang menolak dengan ide yang kupunya.

"Kenapa? aku bisa melakukan semuanya, ideku ini bisa saja disukai orang banyak, bu."

Ya, terlintas di pikiranku untuk membangun sebuah perusahaan kecil kecilan bersumber dari dalam diriku sendiri, mungkin saja suatu saat nanti akan ada banyak investor yang percaya dan menjadikan perusahaan idamanku lebih baik nantinya.

"Tidak, masih banyak pekerjaan lain yang lebih jelas." ucap istriku, ia benar benar bersikukuh tidak mengizinkanku

Seorang anak berumur enam tahun dengan mata yang bulat hitam itu mulai memperhatikan kami yang terus berdebat. Ia tengah asik memakan makanan yang diberikan oleh ibunya.

"Kalau begitu, bagaimana aku bisa bekerja?! buktinya hingga saat ini tidak ada yang menerimaku!"

Aku seorang anak pria berumur enam tahun itu terkejut melihat ayahku dan ibuku bertengkar hebat. Aku sebenarnya hanya bisa melihatnya dan tak berani melakukan apapun, aku takut dibuang pikirku. Ibuku yang mulai melepaskan pekerjaannya dan mulai meladeni ayahku yang terus mengajak ibuku berdebat, perselisihan.

"Mungkin saja belum, kau bisa bersabar!"

Ayahku tersenyum seperti senyuman licik dan jahat. Ia menatapku sebentar, "Jungkook, masuk ke dalam kamar!"

Begitu namaku disebut, aku langsung berlari menuju kamarku karena akupun cukup takut dengan suasana yang menyeramkan ini, jujur ini bukanlah sebuah tontonan yang harus ditonton oleh anak yang masih dibawah umur.

Aku berlari menuju kamar dan menutup pintunya sekeras mungkin, dibalik pintu aku terduduk dan menangis memikirkan 'situasi macam apa ini?'

Terdengar dari balik pintu, semua orang saling melemparkan barang barang yang ada, suara pecahan, suara pukulan, ahh mirisnya.

"Kalau begitu carilah semaumu! Kau tak pernah mendengarkanku sebagai istrimu!"

"Asal kau tau, aku berbuat seperti ini untuk kebaikan kau, dan Jungkook juga!"

"Tapi aku tidak mengizinkanmu untuk masalah yang itu! kau masih bisa mencari pekerjaan yang lain disini, tidak dengan membangun perusahaan!"

"Kau benar benar tidak percaya dengan kepintaranku ini? Wahh, Jinjja..."

"Terserahlah! lakukan saja semaumu!"

"Baiklah bila seperti itu!"

Ayahku ternyata sempat mengecek ke dalam kamarku sebelum ia pergi,entah kemana...... Aku hanya bisa menangis hingga tertidur dan tak sadarkan diri. Hingga saat aku terbangun dari tidurku, aku melihat jendelaku, langitnya gelap, hembusan angin sangat sejuk, tapi sedikit dingin. Aku berusaha menutup pintu jendelanya.

Blue and Grey [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang