PIKIRAN Langit berkelana, hatinya merasa senang. Namun, entah mengapa juga jadi gelisah. Foto yang dilihatnya tadi, benar-benar mirip dengan adiknya. Gino.
Tidak mungkin, 'kan jika Gino punya saudara kembar? Jika dinalar juga, dulu waktu bundanya melahirkan Gino, Langit turut ada disana. Dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika dari perut ibunya hanya keluar satu nyawa saja, dan itu Gino.
"Kenapa bisa persis?" gumamnya pelan.
Saat ini Langit sudah berada di rumahnya, duduk diatas balkon kamar memandangi langit yang masih nampak dipenuhi oleh awan mendung.
"Gimana kalau Dian sampai ketemu Gino, reaksi dia gimana?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Mungkin ini akan menjadi kejutan untuk Dian, dan menjadi petaka untuk Langit jika hal itu sampai terjadi.
"Abang Langit, lihat kolor warna ijo punya Gino nggak?"
Langit menoleh, menatap adiknya yang kini sudah berdiri di belakangnya, masih dengan mengenakan handuk sebagai penutup bawahannya. Lelaki itu sepertinya habis mandi.
"Ya gue mana tahu," balas Langit.
"Lo ngapain aja tadi, jam segini baru mandi?" tanyanya.
"Gabut, makanya Gino mandi," balas Gino dengan polosnya.
"Pinjemin kolor dong Bang," lanjut Gino kini memasang wajah memohon.
"Nggak! Cukup ya Miskah, cukup lo ngebangsatin kolor gue, kolor gue habis lo ambil semua!" ucap Langit.
"Ya habisnya, kolor Bang Langit cakep semua motipnya. Mana ada yang gambar macan tutul, 'kan jadi gemes!" balas Gino.
"Amit-amit gue punya adik kaya lo," ucap Langit.
"Tapi faktanya kan emang adik Bang Langit itu Gino," ucap Gino.
"Bodoamat!"
"Ngambek, gitu aja ngambek," ledek Gino.
"Eh Bang, gimana tadi? Lancar?" tanya Gino mengambil tempat di sebelah Langit.
"Lancar, seneng banget gue," balas Langit antusias.
Namun, detik setelahnya. Ia merubah mimik wajahnya.
"Tapi, ada yang bikin gue bingung," ucapnya.
"Apa?"
Langit menatap Gino, memperhatikan setiap lekuk tubuhnya, memang sama persis dengan foto yang tadi dilihatnya.
"Gue tadi sempet lihat-lihat foto di rumah Dian, ada satu yang menarik perhatian gue."
Gino mendengarkan itu dengan seksama, menyimak apa yang kakaknya ini ceritakan.
"Foto Dian sama cowok. Dan lo tau apa?" jeda Langit, Gino menggeleng menanggapi itu.
"Cowok itu mirip banget sama lo, Gino," ucapnya lirih.
"Mirip gue?" tanya Gino.
Langit mengangguk, "namanya Dion, yang Abang tahu. Dion itu pacar Dian yang udah meninggal," balas Langit.
"Keren, namanya couple," ucap Gino.
"Abang tau darimana?" tanyanya penasaran.
"Setiap Abang pergi ziarah ke makam Jessica, Abang selalu lihat Dian. Pas Abang ikutin, ternyata dia pergi ke makam pacarnya," balas Langit.
"Sama kaya Abang, Jodi," ucap Gino.
"Jodi?"
"Jomblo ditinggal mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boyfriend 2
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Sequel of Crazy Boyfriend... Silakan baca Crazy Boyfriend terlebih dahulu sebelum baca cerita Crazy Boyfriend 2... Crazy boyfriend 2 Perjalanan cinta dua manusia yang berbeda usia, perjalanan cinta segitiga yang...