"Bahkan anak kembar sekalipun ada bedanya, Dian. Jadi, siapapun itu, dia jelas beda dengan Dion. Dia bukan Dion."
«»«»«»«»
"SEJAK Dian jarang main kesini, banyak hal yang terjadi sama Dian."
Mereka kini berkumpul di ruang keluarga, Mili, Santana, dan Cristin menyimak cerita Dian.
"Dian punya pacar," tatapan terkejud langsung terpancar begitu Dian mengucapkan kalimat itu.
"Siapa?" tanya Mili.
"Namanya Langit, kita juga belum lama pacaran. Jujur, Dian nerima Langit karena Dian kasian sama dia, mungkin bahasa kasarnya pelampiasan. Karena menurut Dian, mungkin dengan Dian punya pacar, Dian perlahan bisa lupain perasaan Dian ke Dion," balas Dian.
"Langit sama kaya Dian, sama-sama ditinggal meninggal sama orang yang di sayang."
Dian menjeda, ia menarik napas panjang. Dadanya kembali sesak.
"Mili, Om, Tante. Langit punya adik cowok, namanya Gino. Muka Gino, tingkahnya, bahkan kepribadiannya, sama persis kaya Dion," lanjutnya.
"Persis Dion?" lirih Cristin.
Dian mengangguk, "Dian nyaman sama Gino. Dian selalu ngerasa kalau Dian lagi sama Dion kalau sama Gino, Gino selalu bisa buat Dian bahagia, sama kaya Dion dulu," ucapnya.
"Tapi satu sisi, Langit juga baik banget sama Dian. Langit tulus sama Dian, tapi Dian? Dian malah nyaman dan sayang sama adiknya. Dian nggak tau harus gimana," lanjutnya.
Cristin mengusap punggung Dian, memeluknya dari samping. Menenangkannya agar tidak menangis.
"Dian, kita semua emang enggak pernah mau Dion pergi. Bahkan Om sama Tante sampai sekarang masih menyesali kebodohan kita," ucap Cristin.
"Tapi Dian, bahkan anak kembar sekalipun ada bedanya. Jadi, siapapun itu, dia jelas beda dengan Dion. Dia bukan Dion, sayang."
"Iya Dian, kalau kamu suka sama seseorang itu gapapa. Kita enggak ngelarang, karena emang udah seharusnya buat kamu move on. Tapi, jangan suka sama seseorang karena terpaksa atau nganggep kalau orang itu orang yang sama dengan Dion," ucap Santana menambahi.
"Bener kata Mama sama Papa, Kak. Kasihan Bang Langit nya, kasihan Kakak juga," ucap Mili.
"Dion pasti juga nggak mau kalau kamu jadi orang yang plin-plan gini," ucap Cristin.
"Coba kamu beberapa waktu menjauh dari dua-duanya, siapa diantara mereka yang kamu rinduin. Kalau orang itu Langit, kamu jauhin Gino. Tapi kalau orang itu Gino, kamu jauhin Langit."
Dian mengangguk mendengar saran dari Cristin, mungkin memang sebaiknya harus begitu. Sedikit menjaga jarak agar Dian tahu, untuk siapa perasaannya ini.
"Dian lega bisa cerita ini ke kalian," ucap Dian.
"Kita juga seneng kalau kamu mau terbuka sama kita," balas Cristin mengusap lembut kepala Dian.
"Makasih ya Tante, Om, Mili."
"Sama-sama Kak Dian!" balas Mili lalu memeluk Dian erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boyfriend 2
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Sequel of Crazy Boyfriend... Silakan baca Crazy Boyfriend terlebih dahulu sebelum baca cerita Crazy Boyfriend 2... Crazy boyfriend 2 Perjalanan cinta dua manusia yang berbeda usia, perjalanan cinta segitiga yang...