Jujur

423 75 14
                                    

Di sebuah warung makan pinggir jalan, Mentari dan Gino sibuk menyantap makanan mereka. Bukan bermaksud Gino pelit, tapi Mentari sendiri yang mengajak untuk makan disana.

Dalam diam, Gino menatap Mentari yang tengah menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Mentari ini sebenarnya cantik, hanya saja, sulit bagi Gino untuk mencintainya.

"Emm, kenapa liatin aku? Aku makannya belepotan ya?" tanya Mentari begitu sadar dirinya tengah diperhatikan Gino.

Gino menggeleng kemudian tersenyum, "enggak kok," balasnya.

Ia kemudian meraih tangan Mentari dan digenggam erat, Mentari yang mendapat perlakuan seperti itu dibuat terkejud. Pasalnya, ini kali pertama Gino menggenggam tangannya.

"Ada yang mau Gino omongin sama Tari," ucap Gino dengan wajah seriusnya.

"Mau ngomong soal apa?" tanya Mentari.

"Jujur, sebenernya Gino mau putusin Mentari," balas Gino.

Dengan wajah yang berubah menjadi begitu polos seolah tak ada beban di benaknya, Gino berkata seperti itu.

"Karena sikap Mentari selama ini sama Gino, ya? Jadinya Gino mau putusin Mentari?"

Gino mengangguk, ia masih menatap netra coklat itu. Sulit baginya untuk berpaling dari sana.

"Mentari juga sadar kalau apa yang selama ini Mentari lakuin ke Gino itu udah kelewatan, Mentari juga tau kalau dari awal Gino emang enggak pernah ada rasa sama Tari. Jadi, kalau emang Gino mau putus, Mentari gapapa."

Jujur memang berat bagi Mentari untuk mengatakan itu, disaat ia bertekad untuk berubah dan memperbaiki semua dari awal, justru salah satu orang yang ia sayang. Berencana untuk meninggalkannya.

"Mentari yakin ngomong kaya gitu?" tanya Gino memastikan.

"Iya," balas Mentari yakin.

"Kalau Gino ajak Mentari putus, Mentari bakal kecewa enggak? Kalau Mentari bakal kecewa. Nggak usah putus aja," ucap Gino.

"Gapapa kalau emang mau putus, dari pada maksain buat bertahan? Buat kedepannya juga enggak baik buat kita," ucap Mentari.

"Kita masih bisa temenan," lanjutnya diiringi lengkungan lebar di sudut bibirnya.

"Maaf ya Mentari, harus berhenti sampai disini," ucap Gino.

"Iya, Mentari ngerti," balas Mentari.

"Yaudah lanjut makan aja yuk! Malah jadi menegangkan gini situasinya, udah kaya mau uji nyali," ucap Mentari mengganti topik.

"Tambah aja kalau mau tambah, hari ini Gino deh yang traktir," ucap Gino.

"Bener ya? Gue mau nambah soalnya."

"Kalau mau sama penjualnya juga gapapa."

Mata Mentari menyipit kemudian setengah berbisik, "mau sih, tapi sayang. Udah punya bini."

Mendengar itu, keduanya tertawa. Sereceh itu humor keduanya, andai jika situasi seperti ini tercipta sejak dulu, mungkin tidak akan ada rasa bimbang dalam hati Gino.

‹›‹›‹›

"ABC lima dasar!"

"A B C D, D! Hewan dari huruf D."

"Domba!"

"Dinosaurus."

"Dugong-dugong!"

Crazy Boyfriend 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang