Mobil Langit kini sudah berhenti di halaman rumah miliknya, dengan segera ia turun dari mobil untuk membantu membawa barang milik orang tuanya.
"Habis ini Dian pulang ya Om, Tante," ucap Dian sekalian berpamitan, pikirnya mungkin orang tua Langit memerlukan waktu untuk melepas rindu bersama Langit dan Gino.
"Kok langsung pulang, disini dulu. Kita makan bareng ya? Nanti tante yang masakin," ucap Bulan.
"Dian takut ngrepotin," ucap Dian yang masih merasa canggung.
"Enggak, gini aja deh. Biar nggak ngerasa ngerepotin, gimana kalau Dian bantuin tante masak? Setuju?" tawar Bulan.
"Emm, yaudah deh tan, Dian ikut aja," balasnya.
Bulan tersenyum lebar mendengar respon itu, ah ngomong-ngomong. Ia begitu merindukan Gino sekarang.
"GINO!! BUNDA PULANG NIH!!" teriak Bulan begitu memasuki rumah, Dian sampai sempat memejamkan matanya begitu mendengar lengkingan di sampingnya itu.
"Bunda, jaga sopan santun di rumah orang," ucap Gio.
"Emang ini rumah siapa?" tanya Bulan.
"Rumah Dian," balas Langit merasa jengah melihat kedua orang tuanya yang begitu susah diajak serius.
"Gino mana sih?" tanya Gio.
"Paling dibelakang lagi main sama kelincinya, bentar biar Langit panggilin. Ayah buatin minum buat Dian sama bininya," balas Langit.
"Nyuruh-nyuruh, sok tua lo!" sinis Gio.
Dian terkekeh, "udah om, gapapa. Biar Dian aja yang buatin, ya?"
"Eh nggak usah, biar tante aja yang buatin," balas Gio.
"Eh?"
"Udah Bun, sana buruan. Ayah udah kehausan nih, bentar lagi pingsan," ucap Gio.
"Pingsan aja, nggak peduli Bunda mah," balas Bulan mulai beranjak menuju dapur.
"Pingsan beneran nanti nangesss," sindir Gio pelan.
"Ini dapur sebelah mana ya?" tanya Bulan, sedikit lupa dengan letak ruangan di rumah sendiri, efek kelamaan di luar negeri.
"Biar Dian anter ya, tan," ucap Dian.
Bulan mengangguk setuju mendengarnya.
Langit melihat Gino yang kini tengah asyik berenang dengan kelincinya, seperti yang ia pikirkan sebelumnya.
"Ngapain lo?" tanya Langit.
"Ngajarin Simon berenang," balas Gino santai.
"Ayah sama Bunda udah di rumah tuh," ucap Langit.
"Rumah siapa?" tanya Gino.
"Rumah ini lah!"
"Buruan keringin tu badan, udah ditunggu sama Ayah Bunda di ruang tengah," ucap Langit sebelum meninggalkan Gino.
"Iya ah, bawel banget," balas Gino kemudian segera bergegas keluar dari kolam.
°°°°°
"Gino tahu nggak, masa tasi pas diatas pesawat. Tebak apa yang Ayah lihat!"
Gio bercerita dengan penuh antusias, tanpa memperdulikan jika kini mereka tengah makan malam.
Sedari pertemuan tadi, interaksi antara bapak dan anak yang satu ini tak pernah usai, ada saja yang dibahas. Dan itupun bahasan yang tidak berbobot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boyfriend 2
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Sequel of Crazy Boyfriend... Silakan baca Crazy Boyfriend terlebih dahulu sebelum baca cerita Crazy Boyfriend 2... Crazy boyfriend 2 Perjalanan cinta dua manusia yang berbeda usia, perjalanan cinta segitiga yang...