Donat

565 102 17
                                    

"Haruskah merasa tersaingi oleh adik sendiri?"

«»«»«»

GINO merasa bersalah karena sudah menanyakan soal Dion pada Dian. Seharusnya ia tidak menanyakan hal itu padanya.

Teman-teman Gino sudah pulang, kini hanya tersisa Dian dan Gino. Meskipun Dian sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya, namun tetap saja. Sesekali Gino memergoki Dian tengah melamun.

"Mau masak bareng enggak?" tawar Gino.

"Masak apa?" tanya Dian.

"Acha lagi pengen apa?" Gino balik bertanya.

Dian nampak berpikir, "donat, gimana?"

"Boleh, kita buat donat, ya?" balas Gino.

Dian mengangguk, "Aku bantu siapin adonannya," ucapnya.

"Tapi Acha janji dulu," ucap Gino.

"Janji apa?" tanya Dian.

"Jangan sedih," balas Gino menatap lekat manik mata Dian.

"Iya, janji," ucap Dian sembari tersenyum.

"Yaudah kalau gitu, yuk bikin donat yang banyak!" ucap Gino semangat.

"Dicariin, ternyata ada disini. Lagi pada ngapain?" ucap Langit yang baru saja pulang.

"Langit, udah pulang?" ujar Dian bertanya.

"Iya Sayang," balas Langit lalu merentangkan kedua tangannya. Bersiap menerima pelukan dari Dian.

Seperti sudah menjadi ritual khusus jika bertemu harus berpelukan.

"Lagi buat donat sama Gino. Mau ikutan?" ucap Dian mendongak, masih dengan memeluk tubuh Langit.

Langit mengusap kepala Dian, memberinya senyum manis seperti biasa, "aku ganti baju dulu ya. Habis itu kita buat donat bareng," balasnya.

Dian mengangguk, lalu melepas pelukan mereka.

"Mandi sekalian Bang, bau," ucap Gino.

"Nanti aja, toh nanti pas buat donat juga bakal kotor," balas Langit.

"Aku ke atas dulu," pamitnya.

"Iya."

‹›‹›‹›‹›

"Donat lo aneh banget njir. Itu donat apa triangle?"

Langit menatap karya milik Gino, donat yang umumnya berbentu bulat dengan lubang besar di tengah. Lain halnya dengan donat milik Gino, donat miliknya berbentu segitiga dengan lubang di tengahnya.

"Ini tuh inovasi Bang, biar nggak bosen. Masa donat dari jaman gue masih di perut sampe sekarang, bentuknya bulet mulu," balas Gino masih fokus membentuk donatnya.

"Tapi kan aneh anjir," ucap Langit.

"Diam, jangan protes. Kalau enggak suka, biar Acha sama Gino aja yang makan. Langit nggak usah," ucapnya.

"Kurang asem lo ya Gin!" kesal Langit.

"Jangan asem-asem, emang takaran Gino dari sananya udah manis," balas Gino nyeleneh.

Crazy Boyfriend 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang