BAGIAN 1 || 3A

282 26 15
                                    

Daun-daun itu berguguran, melayang tertiup angin, dan terjatuh di atas tanah. Angin kencang menerpa sosok wanita berambut pendek sedang bermain gitar, duduk di kursi panjang yang terletak di halaman rumah.

Sesekali ia memetik senar, menyanyikan sebuah lagu yang mewakili perasaannya saat ini.

Rintik hujan perlahan turun, wanita ini mendongak, menatap langit mendung. Hingga suara yang datang dari arah depan pagar rumah, membuat dirinya menoleh. Mobil dengan kaca terbuka, menampilkan dua sahabat yang melambaikan tangan ke arahnya.

"Aqila! Kita mau pergi ke mall! Aqila mau ikut gak?" tanya Angel.

Aqila membawa gitar, mendekati sahabatnya. Berbicara lewat kaca mobil yang terbuka. "Kenapa gak bilang kalo mau pergi ke mall? 'Kan biar gue siap-siap dulu," kata Aqila.

"Gue tadi mau kabarin lo, Qil. Tapi, gak sempat karena Angel maunya kita buruan jemput lo," ujar Aksel yang duduk di mobil sebagai pengendara. Kedua tangan lelaki itu menyender di stir mobil, menoleh ke samping untuk melihat Aqila.

"Nyokap gue belum pulang," papar Aqila.

"Santai aja, kita tungguin," jawab Aksel membuatnya tersenyum.

"Bukain pagar, dong. Mau masuk, nih," perintah Angel.

Aqila berdecak, membuka pagar rumah besar-besar. Menyuruh Aksel membawa mobil tersebut masuk ke halaman rumahnya. Aksel dan Angel keluar dari mobil, lalu segera masuk ke rumah Aqila untuk meminta izin pergi.

"Lo berdua tunggu di sini, gue ganti baju dulu," ucap Aqila. Beranjak dari ruang tamu menuju lantai atas, kamarnya.

"Angel ikut Aqila, dong. Biarin Aksel sendirian di sini nunggu Umi-nya Aqila," tutur Angel. Aqila hanya mengangguk saja.

Beberapa tahun yang lalu adalah pertemuan mereka di taman TK. Dari situ, Aqila, Angel dan Aksel bersahabat. Bertahun-tahun sudah mereka dekat, selalu satu sekolah dan satu kelas. Aqila, rumahnya begitu mewah dan bernuansa terisi dengan barang-barang antik koleksi ayah-nya. Serta gambaran Kota Madinah yang tertempel di dinding ruang tamu.

Sambil menunggu, Aksel melihat-lihat isi ruang tamu ini. Padahal, setiap kali Aksel ke sini terus memperhatikannya. Tak ada bosan-bosannya Aksel melihat gambaran-gambaran kaligrafi dengan lantunan ayat suci Alquran.

Aksel dan Angel keyakinan mereka sama, berbeda dengan Aqila. Keyakinannya berbeda, tetapi rasa saling menyayangi tetap ada dan akan selalu ada.

"Assalamualaikum," ucap wanita paruh bayah berjalan memasuki ruang tamu. Menggunakan kerudung putih yang bersih.

"Syalom, Umi. Aksel mau izin sama Umi, kayak biasa mau pergi nemenin dua cewek shopping," sambut Aksel sembari terkekeh pelan. Mencium lengan kanan wanita itu.

"Baru pulang sekolah mau keluar lagi? Kalian gak capek? Mendingan di sini aja, nonton film di lantai atas," balas Umi Aqila, namanya Aya. Umi Aya.

"Iya, Umi. Setelah pulang dari mall aja," kata Aksel sopan.

"Umiii! Udah pulang? Angel kangen sama Umi, sama masakannya juga. Nanti kalo pulang dari mall, kita main ke sini," sahut Angel menuruni anak tangga dengan cepat.

Aqila yang masih berjalan pelan di anak tangga, mulutnya berkomat-kamit melihat tingkah kekanakkan Angel. Sedangkan Aksel tersenyum saja, matanya menyorot ke arah Aqila yang berjalan lambat.

"Buruan, Qil. Mau hujan," kata Aksel.

"Sabar, Aksel," imbuh Aqila.

Aksel dan Aqila berpakaian kasual, mereka tak mau ribet dan berlebihan. Berbeda dengan Angel si cewek manja dan juga boros. Penampilan Angel dan Aqila itu jauh berbeda. Aqila cukup menggunakan OOTD saja, sedangkan Angel menggunakan dress seakan mau kencan.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang