BAB 6

54 13 2
                                    

Disinilah Monica sekarang. Setelah melewati perjalanan selama 30 menit, ia sampai disebuah rumah besar peninggalan pemerintahan Belanda yang sudah lama dialih fungsikan sebagai Panti Asuhan.

 Setelah melewati perjalanan selama 30 menit, ia sampai disebuah rumah besar peninggalan pemerintahan Belanda yang sudah lama dialih fungsikan sebagai Panti Asuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiraeth.

Monica melangkah seraya menggandeng anak kesayangannya Bimo, menuju pintu rumah yang terbuka sangat lebar itu.

“Ini bukuku Chytra! Balikin ngga!”

“Ih apaan sih Melda! Gantian dong!”

“Ngga! Aku belum selesai bacanya! Kamu cari yang lain sana!”

“Kamu tuh kelamaan kalo baca ah! Lelet!”

“Ih kok ngatain sih? Aku laporin Bunda nih!”

“Lapor aja sana! Dasar lelet!”

“Awas kamu ya!” teriak gadis bernama Melda itu seraya hendak memukul saudara sepantinya tersebut.

“EHEM!” dehaman Monica sontak mengalihkan perhatian mereka.

“Kak Monik?!”

“Kakak!!”

Teriak dua gadis tersebut serepak. Mereka berlari menuju Monica yang masih bertengger manis didepan pintu masuk.

Setelah kedua gadis itu mendekat hendak memeluk Monica, ia langsung menundukan tubuhnya dan menjewer kedua telinga adik kecilnya itu.

“Auukh”

“Arrghh”

Erangan mereka berdua lolos begitu kerasnya.

“Kalian ini dah gede, bukannya akur dan bantuin Bunda buat ngurus adik adik yang lain malah bertengkar masalah sepele hah?”

“Ampun kaak ampuuun” ucap Melda seraya menyatukan kedua tangannya dihadapan Monica.

“Chytra yang salah kak, maaf kak maaf.” Kini Chytra melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Melda.

Sebenarnya Monica tak benar benar menyakiti kedua adiknya tersebut. Tapi, bertenggernya dua buah jari orang di telinga kita, pastinya akan menimbulkan rasa yang tak nyaman.

Monica melepaskan jewerannya tersebut, lalu memeluk kedua adiknya secara bersamaan.

“Kalian ini saudara. Kita semua yang berasal dari sini itu bersaudara. Kita memiliki satu Bunda yang sama.”

“Maaf kak.” Ujar kedua gadis tersebut seraya membalas pelukan Monica.

Monica merenggangka pelukannya, menatap mereka dengan tatapan penuh kasih sayang lalu mengarahkan kedua jari kelingkingnya.

“Janji jangan diulangi lagi okay?”

Kedua gadis itu lantas tersenyum dan menautkan jari kelingking mereka ke jari kelingking milik Monica.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang