Bryan memperhatikan raut wajah kesal sang anak yang begitu lucu. Sejak keputusannya untuk membiarkan Monica beristirahat di Hiraeth, ia melarang Bimo untuk mengikuti sang Mommy, yang berujung bocah menggemaskan itu mengibarkan bendera perang yang ditujukan langsung untuk Bryan.
"Hei, apakah kau masih marah kepada Daddy?" tanya Bryan seraya mengusap lembut kepada Bimo yang duduk disampingnya.
Keduanya tengah berada di perjalanan menuju sekolah Bimo. Bocah manis itu tak menjawab pertanyaan dari sang Daddy.
Bahkan ia tak menoleh maupun memberikan respon lainnya. Masih tak menyerah, Bryan mencoba untuk meruntuhkan benteng pertahanan Bimo dengan menawarkan beberapa hal.
"Bimo mau ice cream ngga? Kalau mau, Daddy akan membelikannya setelah Bimo pulang sekolah."
Pria kecil itu tetap kukuh pada pendiriannya.
Diam.
Tak merespon.
"Apakah kamu tau, sebentar lagi oma Eugenie akan datang ke Indonesia?" bocah itu sempat melirik sesaat, sebelum akhirnya kembali ke posisinya semula.
Okay, Bryan sedikit lagi...
"Jadi, apa kamu tak ingin meminta sesuatu kepadanya? Mungkin ia akan membelikan oleh-oleh favoritmu seperti coklat dan apa itu namanya yang memiliki bentuk seperti wafel tapi kering?"
"Stroopwafel, Dad! Namanya Stroopwafel!" Bryan tersenyum lebar mendengar jawaban dari Bimo.
"Ah iya itu, Daddy jadi ingin memakannya. Menurutmu, apakah kita harus beli persediaan ice cream di rumah ketika Oma datang?"
"Itu ide yang bagus, Dad. Tapi, Mommy pasti akan marah jika kita membeli terlalu banyak ice cream." Binar di mata Bimo kembali surut.
"Dad! Kenapa Bimo tidak pernah boleh membantu merawat Mommy? Dulu, ketika Mommy sakit juga Daddy membawa Bimo pergi ke Eyang, dan sekarang malah Mommy yang Daddy bawa ke tempat Eyang. Bimo kan sudah berjanji ngga akan merepotkan, bahkan Bimo bisa membantu jika dibutuhkan."
Bryan tidak langsung menjawab pertanyaan sang anak. Tepat setelah ia memarkirkan kendaraannya di depan Kindergarten tempat Bimo bersekolah, Bryan menatap sang anak. Ia memegang kedua bahu Bimo dan menatap mata yang begitu mirip dengan mata seseorang yang paling ia rindu.
"Bimo sayang," ujarnya seraya mengusap pipi Bimo lembut.
"Sulit menjelaskan bagaimana kondisi Mommy saat ini, tapi yang perlu Bimo ketahui Mommy hanya membutuhkan istirahat sepenuhnya. Ada kalanya seseorang membutuhkan waktu untuk rehat dari semua aktifitas rutinnya. Daddy janji, daddy akan segera membawa kembali Mommy. Secepatnya"
"Secepatnya itu kapan, Dad?" kedua manic manis itu menatap ia dengan tatapan penuh harap.
"Jika Bimo bisa menjadi anak yang baik selama Mommy tak disini, paling cepat lusa kita akan menyusul Mommy. Tapi jika tidak, mungkin Daddy akan menjemput Mommy seminggu lagi"
"Baik! Bimo akan menjadi anak yang sangat amat baik mulai sekarang, agar Mommy bisa segera kembali kesini" ujar pria kecil itu seraya mengepalkan tangan kanan dan meletakan kepalan tangan itu pada dada kirinya.
"Good Boy! Sekarang, ayo kita keluar dan menyapa Miss Allyson disana"
Keduanya keluar dari mobil, dan Bryan langsung menggendong sang anak menuju pintu utama Kindergarden itu lalu menyapa guru favorit sang anak.
"Good Morning Bimo!!" sapa Miss Allyson ramah.
"Good Morning Miss Allyson!" ujar pria kecil itu seraya turun dari gendongan sang Daddy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Romance"Kamu adalah rumahku, aku mohon jangan tutup pintu itu lagi. Aku lelah. Aku ingin pulang sekarang." Bisma Anggara Putra, Seorang prajurit Kepolisian Republik Indonesia yang memiliki karir cemerlang diusianya yang terbilang masih muda. Memiliki wajah...