BAB 18

31 10 9
                                    

Bryan terburu-buru memasuki sebuah tempat praktek kesehatan mental yang paling terkenal di kota Mojokerto.

Seorang gadis yang menjadi resepsionis klinik itu sampai dibuat terkejut oleh kehadiran seorang Abraham yang memasang tampang sangat mengerikan itu.

"Selamat Pagi Tuan, ada yang bisa saya ban.." belum selesai ia berucap, Bryan sudah membuka pintu ruangan praktek yang didominasi warna putih itu.

"Alysaa" wanita yang dipanggil namanya itu hampir saja melompat dari tempat duduknya.

"Astaga!! Bryan! Kowe wis gendeng aa!" bentak wanita itu seraya berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak kencang.

"Sorry, but help me please" 

"What's wrong with you?"

"Bukan aku, tapi Monik" Alysaa memutar bola matanya.

"Ada apalagi dengan istrimu itu?!" dari cara ia berbicara, siapapun pasti akan tau bahwa ia tak menyukai Monica.

Bryan mulai menceritakan semua yang terjadi, dari kepergian Monica ke acara reuni SMA hingga keanehan-keanehan yang muncul pada Monica pagi ini.

"Simply aja Yan, itu adalah salah satu bentuk pertahanan dari dalam diri Monica sendiri. Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang memiliki trauma berlebihan terhadap sesuatu. Secara alami, Hippocampus-nya akan berusaha menghilangkan peristiwa yang menyakitkan bagi orang tersebut. Terlebih lagi Monica merupakan mantan pasien terapi Memory Suppression"

"Terus? Aku harus gimana Sa?"

"Pantau terus istrimu itu, jika dia mengalami gejala yang sama seperti dulu bawa saja kesini. Kita lakukan terapi untuknya" Bryan menghembuskan nafasnya penuh kelegaan.

"Tertekan banget ya jadi kau" sindir Alysaa seraya meraih air mineral yang ada dihadapannya.

Bryan melirik sinis wanita itu. Andai saja dia bukan satu-satunya psikiater yang berhasil menangani Monica dimasa lalu, ia tak akan mungkin datang dan meminta bantuan kepada Alysaa.

"Aku ngga pernah sekalipun merasa tertekan ataupun terbebani oleh kehadiran Monica, jadi aku tekankan sekali lagi jangan pernah merendahkan dirinya"

Alysaa tertawa hambar mendengar ucapannya Bryan.

"Okay, mulutmu bisa berkata demikian tapi tidak dengan hatimu Yan. Aku tau bahkan sampai detik ini kau masih mencintai sepupuku"

"Tidak" 

"Ngga usah mengelak Yan, ngga cuma aku yang tau kalau kau masih menyewa beberapa orang untuk mencari keberadaan Alee" Bryan terdiam sesaat.

"Itu karna.."

"Karna apa? Karna Alee masih membawa salah satu dari anak kalian? Kau itu manusia paling egois yang pernah aku kenal, Yan!!" Alysaa berusaha menahan emosinya.

Demi apapun ia sangat membenci pria dihadapannya ini, namun ia terlanjur bersumpah kepada sepupu kesayangannya untuk membantu Monica dan Bryan sampai kapanpun.

"Cukup"

"Cukup apa hah?! Kalau memang kau sudah bahagia bersama keluargamu tolong berhenti mencari keberadaan Alee sekarang. Biarin dia hidup dengan tenang"

"Kau tak mengerti Sa…"

"APA YANG NGGA AKU MENGERTI?! Asal kau tau, sampai detik ini aku masih bersabar Yan. Tapi kemarin, Alee menghubungiku ia ketakutan karena diikuti oleh dua orang asing. Yan, Alee hidup sendiri sekarang dia cuma punya anaknya seorang yang menemaninya, jadi aku mohon tolong jangan ganggu dia lagi"

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang