BAB 11

42 11 8
                                    

Setelah lima belas menit perjalanan, mobil yang dikendarai oleh Bryan sampai di sebuah perkarangan rumah mewah yang telah ia tempati bersama dengan istri dan juga anaknya selama beberapa tahun ini.

Rumah bergaya klasik eropa dengan taman bunga yang sangat terawat baik dibagian depannya. Tembok dengan warna putih tulang yang mendominasi setiap bagian rumah memberikan sentuhan mewah minimalis seolah membawa siapa saja yang memasuki wilayah rumah tersebut menuju dimensi yang berbeda dari dunia luar.

 Tembok dengan warna putih tulang yang mendominasi setiap bagian rumah memberikan sentuhan mewah minimalis seolah membawa siapa saja yang memasuki wilayah rumah tersebut menuju dimensi yang berbeda dari dunia luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bryan memarkirkan kendaraannya di dalam garasi lalu berjalan menuju pintu masuk utama rumah.

“Daddyyyyyyy!!!” teriak Bimo yang sudah berlarian dari ruang makan ketika mendengar pintu rumah mereka terbuka.

Hap!

Bocah itu sudah berada didalam pelukan daddy kesayangannya.

“Daddy pulang.”

“Yeay! Welcome home Dad! Bimo saaaaangat merindukan Daddy!” mendengar kalimat romantis dari mulut anaknya itu lantas membuat Bryan terkekeh.

“Really? How much do you miss me?”

“I miss you so much Daddy, as big as this world” ujar Bimo seraya merentangkan kedua tangannya selebar mungkin.

“Oh, I miss you more son, as big as this universe” balas Bryan yang juga merentangkan tangannya selebar mungkin meniru tingkah sang anak.

“Okay, apakah sekarang kalian sudah selesai bermesraannya?” pertanyaan itu keluar dari Monica yang tiba - tiba muncul dari belakang tubuh Bimo.

“Lihatlah nak, Mommy mu sedang cemburu sekarang” ujar Bryan seraya bangkit dan menggendong Bimo.

“Cih, untuk apa aku cemburu sekarang? makanannya akan dingin jika kalian terus - terusan melakukan drama disini” omel Monica seraya berbalik hendak kembali ke ruang makan. Tapi baru tiga langkah ia beranjak, sebuah tangan menahan langkahnya.

Baru saja Monica hendak menoleh, cekalan tangan itu berubah menjadi rangkulan yang disusul dengan kecupan dikeningnya.

“Mas pulang, sayang” Monica tertegun beberapa saat.

Bagaimana ini?

Jantung Monica benar benar dalam bahaya sekarang.

Monica masih membeku di tempatnya sampai suara Bimo yang terdengar cukup jauh memasuki pendengarannya.

“Mommy? Kenapa mommy tidak masuk bersama kami? Kami sudah di meja makan sekarang”

“Iya sayang, Mommy datang” Monica berjalan menuju ruang makan dengan sedikit terburu - buru. Sesampainya disana, ia dapat melihat tatapan mengejek dari Bryan yang membuatnya semakin kesal dan salah tingkah diwaktu yang bersamaan.

Tak ingin membuang tenaganya sia - sia, Monica langsung menyiapkan makanan yang ada di meja makan. Mengambilkan porsi makanan untuk Bryan dan juga Bimo. Lalu ia memilih duduk ditempatnya dan mulai memakan makanannya.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang