M || 41

7.1K 531 121
                                    

ayoo ⭐️ dan 💬 nya yaa! ;)


•MOSCOW•

Beberapa jam kemudian setelah pertengkaran.


Andrea yang telah menenangkan emosinya segera menelfon ayah kekasihnya.


"Ya, nak Andrea?" jawab ayah di sebrang sana.


"Begini ayah, saya ingin meminta izin pada ayah. Bolehkah Vanya menginap disini semalam? Karena kebetulan malam ini saya akan mengadakan pesta dengan kolega bisnis saya. Acaranya memang mendadak" sopan Andrea.


"Oh, begitu ya? Boleh saja asal Vanya aman-aman saja"


"Ayah tidak perlu khawatir, Vanya akan baik-baik saja selama ada saya"


"Baiklah, terima kasih ayah"


Andrea terpaksa berbohong pada ayah karena semenjak pertengkarannya dengan Vanya tadi keduanya belum juga saling bicara. Ia ingin meluruskan permasalahan ini lebih dulu. Mengingat ia telah mengunci Vanya di dalam apartemennya.


Setelah selesai bertelfon, segera Andrea keluar dari kamarnya. Melihat waktu kini telah menunjukkan waktu makan malam sehingga ia akan mengajak kekasihnya untuk makan malam bersama. Ia pun penasaran, sedang apa Vanya sekarang setelah berhasil mengurungnya.


Andrea berjalan perlahan ke lantai bawah untuk melihat kondisi kekasihnya. Ia berjalan menuju ruang tamu. Ia melihat kekasihnya sedang duduk meringkuk di atas sofa, kepalanya ia tundukkan. Terlihat wanitanya sedang tertidur dalam keadaan seperti itu. Andrea merasa menyesal.


Ia dekati perlahan, kemudian duduk dengan lembut berusaha tidak membangunkannya. Tangannya ia arahkan untuk membelai surai kekasihnya dengan lembut.


Perlakuannya sontak membuat Vanya terkejut dan segera wanita itu mengangkat kepalanya. Wajahnya sembab.


Tahu Andrea sedang membelai rambutnya, Vanya menepis kasar tangan pria itu.


"Aku ingin pulang!" ketus Vanya.


Wanita itu segera bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Andrea. Namun dengan cepat pria itu menahannya.


"Sayang, mari kita bicara dulu" lembutnya.


"Tidak! Aku ingin pulang!" Vanya terus menolak.


Andrea segera bangkit lalu memeluk tubuh Vanya erat. Ia memeluknya sambil terus meminta maaf.


"Maafkan aku. Aku khilaf" sesalnya.


"Maaf karena emosiku tidak terkontrol, aku marah sekali tadi. Maaf jika melukai perasaanmu" titahnya lagi.


"Tuan, makan malamnya sudah siap" bibi menghampiri keduanya.


Andrea mengangguk. Segera ia mengajak Vanya untuk makan malam bersama. Pada awalnya Vanya menolak, ia bersikeras ingin pulang. Namun kembali, Andrea membujuk sehingga wanita itu menyerah.


Tidak ada perbincangan di antara keduanya selagi menikmati makan malam. Vanya lebih memilih diam, ia masih kesal dengan Andrea.


"Aku sudah minta izin pada ayah jika kau akan menginap disini" Andrea membuka suara.


Vanya segera meletakkan sendoknya dengan kasar.


"Bahkan kau tidak meminta persetujuan denganku? Tidak! Aku ingin pulang!"


MOSCOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang