M || 48

5.6K 488 82
                                    

ayoo ramaikan ⭐️ dan 💬 nya yaa! ;)

•MOSCOW•

Andrea telah kembali membawa Vanya menuju kamar, segera ia sandarkan tubuh istrinya yang masih terisak di atas kasur. Ia memberikan istrinya minum untuk menenangkan perasaannya.


Vanya masih memeluk tubuh suaminya erat, terasa seluruh tubuhnya bergetar karena tangisannya yang deras itu.


"Sayang..." panggil Andrea lembut.


"Dre, maafkan aku" lirihnya pelan.


"Berhentilah minta maaf, tidak ada yang salah disini"


"Tolong jangan menangis nanti fisikmu menjadi lemah," pinta pria itu.


Andrea melihat penampilan istrinya saat ini yang sedikit berantakan. Wajahnya memerah, kedua matanya bengkak, terasa tubuhnya melemah. Bahkan Vanya belum sepenuhnya pulih akibat operasi.


"Dre...," panggil Vanya. Segera pria itu menatap istrinya.


"Ini belum terlambat," titahnya.


"Iya sayang, belum terlambat. Kau masih bisa hamil. Jangan khawatir ya?" balasnya lembut.


"Kau belum terlambat untuk menikah lagi. Menikahlah dengan wanita lain yang mampu memberimu anak, Dre" balasnya sambil terisak.


"Astaga," gumam Andrea pelan.


"Kau akan sia-sia jika menikah denganku. Belum terlambat kau ceraikan aku sekarang lalu menikah lagi," ujarnya lagi.


"Berhenti mengatakan itu. Aku tidak suka," balas Andrea sedikit penegasan.


"Sungguh, aku tidak apa jika memang itu mampu membuatmu bahagia"


Vanya mengatakan itu dengan tangis yang deras. Hati pria itu sungguh sakit mendengar perkataan istrinya itu. Sekecewa itukah istrinya sampai berani mengatakan hal itu.


"Itu tidak akan pernah terjadi. Tolong berhenti mengatakan itu," tegas Andrea lagi.


"Dre, aku—"


"Astaga Vanya!" Andrea terkejut saat melihat tubuh istrinya melemah.


Tubuh wanita itu jatuh lemah ke dalam pelukannya. Vanya tidak pingsan, namun ia terlihat sangat lemah karena terlalu banyak menangis. Segera Andrea baringkan tubuh istrinya lalu diselimutinya.





***





Keesokan harinya.


Mulai saat ini Andrea akan bekerja di rumah. Ia ingin lebih banyak menemani istrinya. Walaupun Vanya mengatakan jika dirinya tidak apa di tinggal, namun pikiran pria itu tetap tidak akan tenang.


Karena semalam Vanya menangis deras, sehingga fisiknya pagi ini melemah. Bahkan pagi ini ia harus diinfus.


Sikap wanita itu menjadi murung, belum ada senyuman yang terukir di bibirnya. Tubuhnya pun yang kurus semakin kurus, kantung matanya menghitam menandakan jika wanita itu memiliki banyak pikiran.


Andrea rindu dengan Vanya yang dulu, Vanya yang ceria dan semangat, yang selalu mengembangkan senyumannya untuknya setiap saat. Melihat istrinya yang seperti itu membuat harinya pun menjadi gelap. Hatinya sakit melihat wanita yang dicintainya seperti ini.


MOSCOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang