K : 5. Menjalani Hukuman

6.3K 923 189
                                    

Pulang sekolah kali ini berbeda dari hari - hari biasanya, dimana kelima remaja nakal ini harus menjalankan hukuman mereka, yakni membersihkan gudang yang luasnya setara dengan lapangan utama.

Yuta yang berkata rela jika dihukum seperti ini selama sebulan di depan Jisya dengan semangat. Ck, sekarang justru cowok berambut gondrong itu sedang memukul mukul debu dengan sapu.

"Nyapu nyapu sendiri~" Dimas bersiul sembari tersenyum manis, semanis janji mantan.

"Bacot anjeng. Lo pikir gue transparan!" Yuta tentu saja tidak terima dengan siulan Dimas. Apa katannya? Sendiri? Dia pikir Yuta tembus pandang gitu.

Dimas dengan santainya mengangkat bahu acuh. "Gue cuma nyanyi tuh."

Joni tidak banyak bicara. Ia membersihkan debu yang menempel pada benda benda yang berada di gudang. Seperti lemari dan rak - rak yang sudah jelek.

"Taeyong." Panggil Rosé yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Ketua Ginospa itu.

Tanpa membalikan badannya, Taeyong menghentikan aktivitasnya membersihkan kaca dengan kanebo seakan menunggu apa yang akan dikatakan gadis disampingnya itu.

Ada banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalanya. Seperti; Kenapa? Lo capek? Lo laper? Lo butuh bantuan? Tapi tentu saja Taeyong tetaplah Taeyong yang berhati dingin. Gila saja dia akan mengatakan apa kata hatinya.

"Hmm." Dan ya, hanya deheman kecil ini yang keluar dari mulut Taeyong.

Rosé tersenyum kecil lalu menarik salah satu kursi yang kakinya pendek sebelah karena patah. hampir semua kursi keadaanya emang udah begitu. gak layak pakai.

"Bantuin pegangin kursinya. Kaca yang paling atasanya belum."

Taeyong berdecak, nyusahin.

Bukannya melakukan apa yang Rosé katakan, Taeyong justru mengangkat tubuh Rosé. Pinggang gadis itu kini tepat berada di kepala Taeyong, dan kedua tangan Taeyong memeluk atas lutut Rosé. Dan Taeyong sangat menyesali apa yang dilakukannya, dia merasakan jika jantungnya berdetak sangat cepat. Ah sial.

Gerakan tiba-tiba Taeyong membuat Rosé kaget. Tangannya refleks memegang kepala Taeyong agar tidak jatuh. Merasakan tangan Taeyong yang menyentuh kulitnya, rasanya seperti ada desiran aneh di hatinya.

Lo gila Taeyong! Gue nyuruh lo pegangin kursi biar gue gak jatuh. Bukan pegangin gue, yang ada ntar hati gue yang jatuh cinta sama lo!

"Cepetan. Lo berat."

Bohong, tentu saja. Gadis ini bahkan lebih ringan daripada dugaannya. Taeyong hanya tidak ingin berlama-lama dalam posisi ini. Apalagi tangannya yang tidak sengaja menyentuh paha gadis itu membuat pikiranya buyar saja.

"Tau berat napa lo angkat sih!" Ujar Rosé namun dengan cepat Tangannya membersihkan kaca teratas itu.

Brak!

"Anjir kaki gue! Lo kira gue apaan anjir main jatuh jatuhin aja. Gak ngotak lo." Protes Rosé memegang pinggangnya.

Taeyong tidak menyahut. Cowok itu sibuk dengan bola bola kempes di dalam kardus.

Dimas menghampiri keduanya. Diam-diam Joni berdecak kesal karena kedatangan Dimas begitu mengganggu.

"Heh mawar busuk, lo udah taken sama pak ketos?" Tanya Dimas.

Decakan kesal Joni berubah menjadi senyuman miring mendengar pertanyaan Dimas. Ekor matanya melihat tangan Taeyong yang meremas sebuah bola membuatnya malah semakin kempes.

Dari kejauhan Taeyong sudah menyiapkan telinganya untuk menguping dan juga hatinya untuk menerima fakta bahwa pernyataan itu benar adanya.

"Enggak... Eh belum, siapa tau beneran taken ntar." Jawab Rosé.

KETUA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang