K : 21. Remember

2.5K 423 156
                                    

Taeyong masuk ke ruangan dimana Rosé dirawat masih dengan seragam putih abu abunya. Rambutnya basah penuh keringat , dia berlari ke lantai lima dengan tangga karena lift sedang diperbaiki.

Didalam sudah ada Lisa yang tengah menobrol ringan. Dan Rosé, demi apapun Taeyong seneng banget bisa liat gadis itu kini benar benar sudah sadar meskipun kepalanya masih dibaluti perban tapi setidaknya sekarang sudah tidak ada alat alat yang dipasangkan ditubuhnya.

"ROSÉ!" Taeyong menutup mulutnya, tidak sadar jika dia memanggil Rosé sekeras itu.

Rosé menolehkan kepalanya, dilihatnya orang baru datang yang berdiri di dekat pintu itu kemudian pertanyaan pertama yang terlontar dari bibir yang selalu memanggil nya 'bubu' itu membuat Taeyong terdiam.

"Siapa?"

Siapa? GUE PACAR--ah dia gak inget? Jadi ini yang dimaksud Lisa?

Dokter memang pernah mengatakan jika kemungkinan saat Rosé tersadar dia tidak akan mengingat apapun terlebih untuk memori satu tahun belakangan ini. Dia akan butuh waktu untuk mengingat semuanya karena kepalanya terbentur keras.

"Pacar lo, gue pacar lo. Kita udah tiga minggu pacaran." Ujar Taeyong berjalan mendekat ke arah bangsal, sedangkan Lisa diam diam keluar memberikan ruang untuk keduanya berbicara.

Taeyong tidak berbohong memang sekarang Rosé adalah pacarnya. Taeyong menyatakan perasaanya tiga minggu lalu, saat Rosé terbaring koma.

"Lo mau gak jadi pacar gue?" Taeyong menatap Rosé yang masih enggan membuka matanya.

"Diam berarti iya." Lanjut cowok itu dan Rosé hanya diam saja. Dengan begitu Taeyong menyimpulkan jika Rosé mau menjadi pacarnya. Sedikit gila memang.

"Gue.. punya pacar dan lo pacar gue?" Tanya Rosé dan Taeyong mengangguk mantap.

Sebenarnya cara mudah mengingat semuanya adalah melalui handphone, namun cara itu tidak bisa dilakukan karena handphone Rosé saja sudah hancur lebur akibat terlindas.

"Maaf gue gabisa nginget apapun. Nama gue aja gue baru tau."  Rose menunduk menatap tangan kirinya yang masih diperban. "Jadi, nama lo? Nama lo siapa?"

Taeyong menjawab. "Taeyong angkasa. Tapi lo bisa panggil gue..... bubu."

"Oke oke. Lo disini gak tau! Tapi cowok tadi itu, dia Taeyong Angkasa. Dia ketua gengster Fan, lo gak usah cari masalah sama dia."

"BUBU TUNGGUIN!!"

"BUBU!!"

"Bubu? Ini elo?"

"Bubu jangan marah."

"Bubu? Pfftt ketua gengster galak kayak lo dipanggil bubu? Yang bener aja anjir."

"Arghh..."

Rosé memegang kepalanya saat beberapa ingatan itu berputar abstrak di kepalanya. Tanpa pikir panjang Taeyong memeluknya, mengusap punggungnya berharap Rosé bisa lebih baik dan tenang.

"Gapapa. Gausah dipaksa buat nginget semuanya." Ujar Taeyong. "Tarik nafas pelan pelan."

Rosé mengikuti kata kata Taeyong, dia menarik nafas pelan pelan dan menghembuskannya. Tak lama dirinya mulai merasa tenang.

"Bubu." Panggil Rosé, demi apapun Taeyong rindu banget dipanggil kayak gitu sama Rosé, dulu dia sangat malu dipanggil seperti itu tapi saat ini dia justru sangat senang. Ralat! Tapi sangat sangat sangat sangat senang.

"Kenapa? Lo laper? Lo mau gue beliin apa? Atau lo butuh sesuatu biar gue ambilin? Atau lo mau keliling
jalan jalan biar gak suntuk? Atau apa? Bilang aja."

KETUA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang