K : 12. Laboratorium

4.3K 708 201
                                    

"Gak bisa dibuka." Ujar Yuta membuat Taeyong maju dan berusaha membuka pintu laboratorium dengan sekuat tenaga. Namun tetap saja tidak berhasil.

Dimas melirik kanan kiri guna mencari benda atau sesuatu yang dapat mendobrak pintu sekuat baja itu. Dan tebak apa yang dia temukan? sebuah smartlock yang menempel di dinding dekat pintu.

"Dipassword woy." Ujar Dimas.

"Buka buka woy."

"Iya iya woy."

"Diem woy!"

"Ampun woy."

Taeyong mendekat dan menyentuh layar smartlock itu. sebuah tulisan pun muncul diatas angka yang tertera di sana. Isi tulisan itu adalah : LIA & LXX

"Tujuh Juli duaribu tujuh belas, pake angka berarti 7717." Celetuk Mark.

"Tujuh tujuh paan cuk?" Tanya Yuta tidak mengerti.

"Tanggal jadian mereka dulu." Perkataan Ten membuat Taeyong membuka mulutnya dengan raut wajah kesal, namun buru buru Ten melanjutkan. "Gue bakal jelasin tapi nanti, sekarang fokus selamatin Rosé dulu."

Taeyong mengetikan nomor yang Mark katakan tadi dan ternyata berhasil. Pintu itu berhasil terbuka dengan otomatis.

Laboratorium sangat luas dengan lantai warna warni dan berpola. Mereka mulai berjalan sambil melirik kanan dan kiri waspada. Tiba-tiba saja mereka semua kembali ke tempat awal mereka masuk. Apa yang terjadi?

"Bangsat kok kita disini lagi." Umpat Joni spontan. mereka terkejut bukan main saat tubuhnya limbung dan kembali ke tempat semula.

"Gila keren banget jirr."

"Kok bisa sih njir?"

"Ya mana gue tahu, gue kan tempe."

"Si goblok. Serius anju!"

"Ini nyata?" Tanya Dimas membuat semuanya menoleh pada cowok yang menatap lantai warna warni ini dengan mata berbinar itu. Dimas terlihat senang.

"Nyata apa? Gajelas lu nyet."

"gini sob, kalo kita gak mau balik ke tempat semula. Kita kudu jalan satu warna." Penjelasan Dimas tidak membantu, mereka masih tidak mengerti. "Maksudnya misal nih ye, lo jalan ngikutin warna merah nah berarti lo kudu jalan arah warna merah aja gak boleh pindah ke hijau kalo lo pada gak mau balik ke tempat awal kayak tadi."

"Moso sih?"

"Coba aja." Acuh Dimas santai.

Dan akhirnya mereka mencoba, siapa tau bener kan. Soalnya Dimas itu anak Drakor so terkadang omongannya cuman halu dan gak realistis. Namun apa yang terjadi? Mereka berhasil melewati lantai warna dan sampai di tempat komputer.

"Tumben pinter Dim." Cibir Yuta.

"Gue mah emang pinter kali dari dulu, cuman pura-pura bego aja."

"Pinter lu kata? kelas buangan ada gitu yang pinter?"

Ting!

Sontak mereka semua menoleh ke samping begitu suara lift terbuka. Loh ada lift?

"Mark? Ten? Hm, Apa kabar??"

Lucas dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku jeans dengan wajah polosnya yang minta ditabok itu.

"Datang juga lo. Dimana oci?" Tanya Mark dengan wajah menantang tanpa membalas ucapan Lucas barusan. Berbanding balik dengan Taeyong yang menoleh pada cowok itu sembari berguman hah? Oci?

"Lo semua gak bakal ketemu Lia. Dia udah jadi milik gue." Ujar Lucas.

"Maksud lo apa?" Tanya Taeyong dingin.

KETUA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang