#62 Sacrifice

874 132 12
                                    

Jisoo menatap ke arah truk itu namun posisinya sangat sulit untuk bisa menghindar, sang supir mencoba untuk menginjak remnya sebelum terlambat dan menghindari Jisoo namun naas hal yang tidak di inginkan itu tetap terjadi.

Kantong belanja milik Jisoo berantakan terlempar karenanya, sebuah ambulance segera di panggil ke TKP dan membawa korban ke rumah sakit terdekat dengan segera.

"Telah terjadi kecelakaan beruntun di pusat kota akan ada banyak korban lainnya yang akan datang, beri jalan untuk koridor ini dan panggilkan dokter segera. Pasien ini mengalami cedera kepala yang sangat parah dan wajahnya juga sudah rusak. Tingginya 170cm, terlihat seperti berumur 30 tahun."

"Kita harus segera membawanya ke dalam kamar operasi, astaga bagaimana bisa sampai separah ini?"

Keadaan di dalam kamar operasi sangat kacau karena pasien sudah di ambang batas kesadarannya. "Kami membutuhkan dokter spesialis saraf."

"Panggilkan dr.Irene!!"

***

Operasi pada pasien korban kecelakaan itu berjalan cukup sulit dan lama namun Irene sudah membantu mereka sebisa mungkin sampai akhirnya kondisi pasien tersebut di bilang cukup stabil.

"Apakah ada kabar tentang keluarga pasien ini?" tanyanya setelah memeriksa rekam medis sang pasien.

"Tidak, belum ada. Pihak kepolisian masih mencari info tentang identitasnya."

"Sepertinya itu percuma saja karena meskipun kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkannya dan menghubungi keluarganya, tingkat keberhasilannya sangat kecil, apalagi dengan cedera yang sangat parah seperti ini, presentasi hidupnya di bawah 10%.

Tok.. Tok.. tok..

"Permisi, apa benar ini ruangan korban tanpa identitas dari kecelakaan beruntun hari ini? Aku adalah salah satu petugas yang menangani investigasi kasus ini."

"Oh ya, aku dr.Irene, terima kasih sudah mau datang."

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia masih dalam keadaan koma, tingkat keberhasilannya sangat jauh dari kata berhasil, aku khawatir. Tidak ada lagi tanda-tanda darinya, kecelakaan ini sudah membuat otaknya mati rasa."

"Hmm, kau tidak perlu khawatir juga tentang keluarganya karena dia tinggal sendirian dan tidak memiliki sanak saudara." jelas sang polisi.

"Tunggu dulu, apa kau sudah mencari tau siapa dia?"

"Iya dok, kami menemukan sebuah dompet yang berada tidak jauh dari TKP dan kami berasumsi jika ini adalah milik korban dan dia juga sudah mendaftarkan dirinya untuk menjadi seorang pendonor." Irene menerima dompet dan kartu itu, tangannya mulai gemetar seakan tidak percaya.

"Ini.."

***

Jennie berjalan ke arah dapur saat mendengar suara gaduh disana. "Selamat pagi Jen, tumben kau bangun lebih pagi?" Jennie yang masih menunjukan muka bantalnya itu hanya memasang wajah datar sambil mendekat ke arah meja makan dan tetap mendekap Mr.RabbitKim di pelukannya. "Ayo duduk, akan bibi buatkan sarapan untukmu" senyum sang bibi.

"Terima kasih bi." sebuah susu vanila hangat dan sandwich menjadi menu sarapannya pagi ini.

"Hari ini ada pertandingan sepakbola jadi Hanbin bangun lebih pagi, dia akan baik-baik saja meskipun hanya pamanmu yang menyemangatinya. Aku tidak ikut karena aku tidak ingin meninggalkanmu di rumah sendirian Jen."

"Oh, tidak apa-apa bi kalau bibi mau keluar rumah, bibi tidak perlu khawatir padaku, aku bisa menjaga diri."

"Kenapa kau bilang begitu? Bukankah lebih baik jika ada seseorang yang menemanimu kalau ada apa-apa nanti? Aku hanya tidak ingin kehilangan dirimu Jen, aku tidak ingin hal yang sama terjadi padamu seperti yang terjadi pada ibumu." Jennie berusaha mengerti, ia juga perlu memikirkan hal itu karena tidak ada yang tau apa yang akan terjadi dengan dirinya apalagi jika ia sendirian di rumah dan sakitnya kambuh lagi. Baru saja ia hendak memakan sandwich itu, terdengar bunyi hentakan kaki yang semakin lama semakin kencang dan seakan mendekat.

"Jen!!!! Bibi!!" suara Hanbin menggema ke seisi rumah dan berhasil membuat Jennie tidak jadi memakan sarapannya, wajahnya datar karena kelakuan sang kakak yang terkesan bodoh, buat apa lari-lari di dalam rumah?

"Aku punya berita bagus!!" teriaknya saat berada di depan pintu.

"Apa yang terjadi padamu Hanbin-a? Apa kau mau kita di protes lagi karena berisik? Bukannya kau ada pertandingan? Kenapa sudah pulang lagi?" sang bibi yang tak kalah kesalnya dengan kelakuan Hanbin hanya menggeleng pelan.

"Asal kau tau ya, kalau aku kena serangan jantung lagi, semua itu gara-gara kau Hanbin.." keluh Jennie.

"Ini kabar dari dr.June!! Dia tadi menelponku, dia bilang kalau kita sudah punya donornya, sebentar lagi Jennie akan di operasi." ucap Hanbin semangat.

***

Hanya bunyi alat EKG yang terdengar di ruangan itu namun tidak ada yang terjadi lagi selain itu. "Tidak ada tanda-tanda pasien mengalami peningkatan, untuk saat ini sudah bisa di pastikan jika pasien mengalami braindead, ia hanya bisa bertahan hidup jika menggunakan bantuan alat. Pada kasus seperti ini, kita akan mengabulkan keinginan terakhirnya sebagai seorang pendonor organ, memberikan bagian tubuhnya pada orang lain setelah dia meninggal, itu adalah sebuah pengorbanan yang besar. Bahkan setelah jiwanya keluar dari raganya, dia masih memberikan satu kesempatan terakhirnya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan donor organ agar mereka selamat, pengorbanannya tidak boleh di sia-siakan." jelas Irene.

Sang bibi memeluk Jennie dengan sangat senang begitu juga Hanbin yang baru saja di kabari oleh June untuk segera datang ke rumah sakit. "Kematian seseorang bisa membantu banyak orang yang masih berharap untuk terus hidup." Irene tau siapa orang yang sangat membutuhkan donor ini dengan segera.

Setibanya di rumah sakit, June segera mendatangi Jennie yang sudah siap di bangsalnya dan akan segera masuk ke dalam kamar operasi. Ia memberitahukan banyak hal pada Jennie tentang apa yang akan ia hadapi dan ini bukanlah hal yang menakutkan.

Kedua bangsal milik Jennie dan pasien itu masuk bersamaan ke dalam kamar operasi, dr.June sudah menyiapkan semua peralatan yang di butuhkannya pada saat operasi ini di lakukan.

"Kita akan segera memulai operasinya ketika kita sudah mendapatkan donornya dari pasien, itu tidak membutuhkan waktu yang lama." salah satu staff melihat seseorang masuk ke dalam ruang operasi. "Masuk dok, kita akan mulai operasinya."

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang