#6 Would you, doc?

2.3K 351 2
                                    

"Kau akan pergi lagi?"

"Iya sayang, kami berdua akan pergi dalam waktu yang cukup lama sekarang."

"Bisakah kau membawakan aku oleh-oleh Ayah? Sekantung besar yang berisi permen-permen?"

"Astaga, kau memang benar-benar mirip sekali dengan Ibumu, baiklah.. Ayah dan Ibu akan bawakan permen yang kau mau dan juga boneka teddy."

"Jadilah gadis yang baik Jen, dengarkan ucapan kakakmu saat kami pergi. Dan jangan lupa untuk check-up ya." Sepasang suami istri itu memeluk dan mencium anak gadisnya sesaat sebelum mereka berangkat.

Breaking News: XXX Airways dengan nomor penerbangan 069 tiba-tiba mengalami kebakaran mesin saat sedang mengudara, pesawat dengan cepatnya meledak dan sudah di laporkan tidak ada crew atau pun penumpang yang berhasil selamat dalam kecelakaan ini.

"Aku tidak yakin jika Jennie harus tau kabar ini, Bibi." Jennie berjalan menghampiri pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

"Iya, Hanbin. Kita harus menjaga berita ini dan jangan sampai Jennie mendengarnya, jika ia shock dengan berita ini, aku takut jika kesehatannya akan terganggu."

***

"Mhhh.. A.. Ir.."

"Hah?" dua orang lelaki yang berdiri tak jauh dari bangsal yang Jennie tempati segera menoleh sesaat setelah gadis itu terbangun.

"Hey, kau sudah bangun anak nakal?" canda Hanbin.

"Sudah berapa lama aku tertidur? Aku lapar Hanbin, perutku terus berbunyi." rengek Jennie. Seseorang memperhatikan tingkah mereka dari luar ruangan. "Jangan menyentuhku Hanbin!!" Hanbin mengacak rambut Jennie dengan sangat gemas, orang tersebut hanya bisa tersenyum simpul.

"Oh, dr.Chu sudah berapa lama kau menunggu di luar sini?" June menatap ke arah Jisoo namun yang Jisoo perhatikan hanyalah Jennie.

"Bagaimana dengan kondisinya?"

"Ia hanya menunjukkan gejala-gejala kecil saja, untuk sekarang itu bukanlah hal yang serius." Jisoo mengangguk paham. "Tapi dari yang aku lihat, dia harus segera mendapatkan transplantasi itu secepatnya, lebih cepat dari prediksi kita." Jisoo masih memandangi Jennie, gadis itu masih bisa tersenyum manis meskipun nyawanya semakin hari semakin terancam.

***

"Aku tidak perlu khawatir dengannya, dia hanya salah satu pasien.."

"Lagi pula aku tidak memiliki alasan apapun untuk ikut campur karena aku tidak bertanggung jawab tentang kasusnya.."

"Aku harus segera berhenti memikirkannya.." Pikiran Jisoo terus tertuju pada Jennie meskipun saat ini sedang mengoperasi seorang pasien.

Setelah selesai operasi, Jisoo memutuskan untuk mandi, ia pikir ini adalah cara yang cukup bisa membuatnya merasa lebih tenang.

Cliicckk..

"Hmm, ternyata ada dokter cantik yang sedang mandi ya.." seorang wanita masuk ke dalam kamar mandi dan hanya mengenakan handuk saja. Jisoo menoleh ke arahnya dengan tatapan tidak peduli. "Kulit mulusmu sangat menggoda.. Aku bisa menggosokan punggungmu jika kau suka.."

Ternyata wanita itu sudah papan peringatan di depan pintu kamar mandi. "Tenang saja, tidak akan ada yang masuk selain kita disini.." racaunya.

Ia mulai membuka handuk yang melilit tubuhnya, kemudian masuk ke dalam kamar mandi dimana Jisoo berada, ia mulai meraba dengan gaya yang sensual untuk menarik perhatian Jisoo. "Kau harus banyak berolah raga kecil kau tau? Kau terlihat sangat stress belakangan ini."

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang