#59 You Know the Number

916 134 8
                                    

Tubuh Jisoo benar-benar sudah bersimbah keringat, tangannya juga semakin nyeri karena harus terus tertekuk ke belakang. "Reaksi tubuhmu membuatku semakin bergairah.." liurnya sedikit demi sedikit menetes karena mouth gag yang ia pakai menghalangi mulutnya untuk bisa menutup, menyulitkannya untuk menelan air liurnya sendiri. Jisoo memalingkan pandangannya ia tidak ingin menatap ke arah Lisa yang sedang menindih tubuhnya.

"Tidak ada gunanya kau berjuang terus seperti ini hanya untuk gadis itu." Lisa melepaskan dua jarinya, memperlihatkan pada Jisoo betapa basahnya wanita itu. "Kau memang sangat sulit di taklukan, tapi tubuhmu tidak bisa berbohong dan kau masih bisa di kalahkan dengan sedikit paksaan di dalamnya." Mata Jisoo yang sudah sayu karena kelelahan melihat Lisa dengan senangnya menjilat sisa cairan di dua jarinya. "Aku akan memberikan apapun yang bisa membuatmu bahagia, sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya, serahkan semuanya padaku dan kau akan menikmatinya." Rasa senang di dalam hati Lisa benar-benar sudah tak karuan karena memang ini yang selalu ia pikirkan, bahkan saat bersama Irene pun hal inilah yang selalu ada di dalam fantasinya, melakukan seks bersama Jisoo dengan dirinya yang sekarang.

"Aku akan menghapus semua kenangan yang membuatmu bahagia selama ini, sesuatu yang tidak pernah kau dapatkan dan kau akan menjadi milikku, selamanya.."

"Nggghh.. Mmmhhh.." Lisa tidak memberikan sedikit waktu untuk Jisoo agar ia bisa beristirahat.

Irene menelan liurnya dengan kasar, ia memeluk dirinya sendiri dan merasa tidak enak dengan apa yang terjadi pada Jisoo. "Ini gila, apa yang aku lakukan disini? Aku harus menghentikannya."

Braakkk..

"Hentikan!! Sudah cukup semua ini!! Ini sudah melewati batas!! Kau tidak bisa menyuruhku untuk berdiri di sana sedangkan kau melakukan hal ini padanya." Irene keluar dari ruangan dimana ia seharusnya berada. "Dia tidak menginginkannya dan kau tau itu, ini bukan berdasarkan rasa suka sama suka ketika kau malah memojokannya seperti ini."

"Irene."

"Mmmhh?" Jisoo mengerutkan dahinya ia tidak tau jika Irene ada disini.

"Dan siapa yang memberikanmu izin untuk keluar dari ruangan itu hah?" Lisa turun dari kasurnya dan memijat kepalanya. "Kau benar-benar tidak mengerti arti dari diam di tempat, huh?"

"Sekarang kau bukanlah Tuanku dan aku tidak sedang berbicara sebagai budak padamu jadi jangan memerintahku seperti itu. Dan apa kau pikir kau menyuruhku duduk disana sedangkan kau memperkosanya seperti itu adalah hal bagus? Kau sudah berubah Lalisa." Irene membantu Jisoo untuk terduduk dan membuka ikatan di kedua tangannya. "Aku minta maaf Jisoo-ya, aku bantu kau berpakaian.." Ia juga melepaskan mouth gag yang benar-benar membuat Jisoo sulit bernapas.

"Kau benar-benar membuatku marah Irene, beraninya kau.. Ini adalah saatnya aku bersama dia, kau tidak punya hak untuk berada disini."

"Oh jadi aku harus berpura-pura bodoh karena kepentinganmu itu hah? Aku tau kalau kau punya masalah pribadi dengan Jisoo tapi bukan berarti kau bisa melakukan apapun yang kau mau padanya. Kau sangat menyedihkan Lalisa, gadis itu sudah berusaha untuk bisa hidup dan kau bisa mengambil Jisoo kembali menjadi milikmu ketika dia jatuh, apa itu yang ada di kepalamu hah?" Lisa hanya membalasnya dengan tatapan malas. "Aku kira ini hanya akan terjadi sementara saja tapi kenapa sekarang semakin lama aku mengenalmu kau malah semakin melakukan hal gila?"

"A-apa yang kau maksud? Apa yang sudah dia lakukan?"

"Hmm.. T-tentang gadis itu, dia.."

"IRENE!!"

"Gadis itu? Maksudmu Jennie?" Jisoo mulai tersulut emosi ketika mantan kekasihnya itu kembali di sangkut pautkan dengan masalah ini.

"Ya, aku minta maaf Lalisa tapi aku pikir Jisoo harus tau apa yang sebenarnya terjadi dan aku tidak yakin kalau kau bisa melewati hukum yang berlaku begitu saja."

"TUTUP MULUTMU!! KAU TIDAK BISA MENGKHIANATIKU BEGITU SAJA!!" seketika Lisa merasa ketakutan karena Jisoo akan segera tau apa yang sudah ia lakukan. Ia segera menampar Irene tapi sebelum mengenai wajah mulus wanita itu, Jisoo segera menangkap tangannya.

"Sebaiknya kau yang diam Lalisa." Jisoo memperingatinya. "Kau tau sesuatu tentang Jennie dan ada yang kau tutup-tutupi dariku?" Lisa menarik tangannya dan terdiam. "Irene-na, apa yang sudah dia lakukan? Aku ingin tau semuanya."

"Aku bukanlah tipe orang yang bisa berdiam diri mendengarkan hal seperti ini sedang terjadi dan seharusnya aku memberitahukannya padamu lebih awal tapi ini bisa menjadi masalah yang rumit kalau kau mendengarnya jadi aku hanya bisa diam. Kau tidak perlu melakukan semua ini hanya untuk bisa menjadi yang terbaik untuk gadis itu Jisoo-ya karena donor jantung itu memang di tujukan untuk Kim Jennie." jelas Irene.

"Apa?! Apa maksudnya Irene? Bukankah hasil labnya tidak cocok?" Irene sejenak menatap ke arah Lisa kemudian membuka sebuah laci dan mengeluarkan secarik kertas yang di maksudkannya. 

"Lihatlah ini, aku yakin kalau kau masih mengingat angkanya."

Jisoo sangat terkejut karena ada dua lembar kertas yang sama namun angka yang tertera disana berbeda. "Kenapa ada dua lembar kertas? Dan mereka tidak sama.. Kau.."

"Iya, Lisa memberikanmu salinan palsu."

Mata Jisoo juga menangkap sebuah amplop cokelat tebal yang tersimpan tak jauh dari sana, ia mengeluarkan sebuah dokumen. "Ini kan.. Ini adalah kontrak antara aku dan Jennie bagaimana bisa dokumen ini ada padamu?! Kau.." Jisoo menatap ke arah Lisa. "Lalisa, kau tidak pergi ke sana..? Tidak, kau pergi ke sana dan mengambilnya dari Jennie tapi bagaimana bisa dia memberikannya padamu?"

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang