#13 Sign

1.9K 312 9
                                    

"Mmpphh.." Jisoo meladeni cumbuan hangat yang Rose mulai, namun entah kerasukan apa ternyata dokter tersebut segera menghentikan permainan mereka.

Wajah Rose penuh dengan pertanyaan, tidak biasanya Jisoo menolak seperti ini. "Maaf, Roseanne tapi tidak untuk sekarang, aku minta maaf sekali.. Aku sedang tidak mood." sang dokter menyambar hasil rontgen miliknya. "Bukan maksudku menyinggungmu, itu sangat nikmat dan seperti biasanya, namun simpan saja itu dan kita akan melakukannya lain kali." jelas Jisoo yang sudah membelakangi Rose.

"Kau!! Kau jahat!! Kau tidak tau bagaimana usahaku untuk mendekatimu!! Aku sudah menyukaimu selama ini!! Sebelum kau sering tidur dengan banyak orang.." Suara Rose melemah. "Aku menyukaimu, sangat.. Aku tidak ingin menjadi sebatas mainanmu. Apakah sesulit itu sampai aku tidak memiliki kesempatan untuk menjadi seseorang yang berarti untukmu?"

"Aku pikir kita berdua sudah saling mengerti jauh sebelum semua ini terjadi, aku tidak bisa memberikanmu cinta yang kau mau, jadi aku tidak memintamu untuk berharap lebih padaku." Jisoo menatap Rose lekat-lekat dari kejauhan. "Dan selain tentang seks, kau tidak bisa berharap hal lain untuk kita berdua. JIka kau mau menerima itu, silahkan, jika kau tidak bisa menerimanya, maka pergilah. Aku percaya jika kau bisa mengerti bagaimana posisiku."

Rose meremas sisi celananya keras-keras, semua ucapan Jisoo tadi sudah jelas mengatakan jika wanita itu tidak menginginkan dirinya.

***

Cuaca panas siang ini membuat beberapa orang memilih untuk berdiam diri di dalam rumah namun berbeda dengan Jennie, ia sedang berjalan-jalan seorang diri,

"Ughh.." Napasnya menjadi berat ketika rasa sakit di dadanya mulai terasa. "Astaga.."

Ia membuka topi yang ia kenakan, lalu meminum 2 buah pil. "Ini terjadi lagi, ini terlalu cepat.." lirihnya. Tangannya mulai gemetar saat ia hendak meraih botol minumnya. "Airr.."

"Ini.." seseorang memberikan botol air itu pada Jennie.

"T-terima kasih.." ia berusaha mengatur napasnya, napasnya sangat berat.

"Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat." ia adalah seorang laki-laki, Jennie berusaha untuk tidak terlihat lemah di depannya.

"Aku baik-baik saja, aku sudah meminum obatku, aku akan segera pulih sebentar lagi.." Wajah Jennie memerah menahan panas dan rasa sakitnya.

"Mungkin kau butuh teman, siapa tau kau seperti tadi lagi." ucap lelaki itu.

"Haha, terima kasih."

"Namaku Song Minho, panggil saja aku Minho. Apakah kau orang baru disini? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya."

"Iya, aku orang baru disini, namaku Jennie Kim."

Minho dan Jennie terlihat saling melemparkan canda dan tawa, dan sepertinya keadaan Jennie juga sudah semakin membaik. Tapi tak lama kemudian suara deru motor sport berwarna merah mendekati tempat duduk Jennie dan MInho. Ia tak berkata apa-apa bahkan saat melihat mereka berdua seakan sangat senang dan larut dalam perbincangan mereka.

"Uhh?" Minho menoleh ke arah kanannya ketika Jisoo sampai.

"Woyy.."

"Hmm, I-iya?" wajah Minho terlihat bingung dan takut.

"Maaf sudah menganggu kalian yang sedang bercinta disini, tapi aku harus segera menjemputnya." ucap Jisoo dari balik helm full face yang ia kenakan.

"Oh, i-iya, silahkan.." Minho tak bisa berbuat apa-apa ketika Jisoo menggendong Jennie dengan paksa untuk segera pulang.

"Apa yang kau lakukan!?! Lepaskan aku!"

"Pakai itu." Jisoo memakaikan sebuah helm batok pada Jennie, ia menatap gadis itu dari balik kaca helmnya yang berwarna gelap.

"Kau jahat!! Kenapa kau selalu kasar padaku setiap saat?" protes Jennie.

"Kenapa? Kau tidak suka? Aku datang kesini buru-buru karena aku tidak mau kalau penyakitmu sampai kambuh. Tapi jika kau masih ingin bersama dengan laki-laki itu, aku bisa dengan mudah melepaskanmu begitu saja, itu terserah.."

"Apa kau gila hah? Dia hanya menemaniku saja, karena tadi dia melihatku kam.."

"Diam."

Sreet...

Jisoo mengencangkan ikatan helm pada Jennie, membuatnya terlihat sangat lucu karena pipi gembilnya yang tertekan. "Pegangan padaku, aku tidak akan putar balik jika kau jatuh."

Namun Jennie tak bergeming, ia masih kesal pada perilaku Jisoo. "Apa kau mendengarkan aku? Pegangan padaku!"

"Ish!! Iya iya.." Jennie memeluk pinggang Jisoo dengan erat, wajahnya memerah karena ini adalah pertama kalinya ia melakukan hal seperti itu.

"Ughh.." Jisoo sendiri merasa sesak karena pelukan Jennie sangat erat namun itu tidak mengurungkan niatnya untuk menarik gas motornya dengan kecepatan tinggi.

***

"Kau tidak harus datang untuk menjemputku kau tau. Aku sudah besar dan aku tau apa yang harus aku lakukan. Dan aku juga tidak mau membuatmu membuang-buang waktu berhargamu." ucap Jennie panjang lebar sesampainya mereka di rumah Jisoo, Jisoo yang mendengar ocehan itu hanya bisa menatapnya dengan tatapan datar dan pergi menyimpan helm kesayangannya.

"Aku memang tidak ingin membuang-buang waktuku untuk membawamu kemari, tapi aku sudah berjanji pada kakakmu jika aku akan memperhatikanmu. Apa yang harus aku katakan padanya terjadi sesuatu denganmu dan aku tidak berada di sana?"

"Hah? Yang kau maksud itu Hanbin? Apa yang dia katakan padamu?" Jennie terlihat tertarik dengan pembicaraan ini.

"Lupakan saja, mari kita bahas kontrakmu secara detail." Jisoo menyimpan tumpukan kertas yang ia buang tadi pagi. "Yang paling penting, sebelum aku teruskan adalah, aku tidak akan mengubah peraturan apapun yang sudah aku jalani dalam hidupku dan terlepas dari bagaimana peraturan itu akan mempengaruhi permainan kecil kita. Kau 'harus' setuju untuk menerima tindakan operasi, tidak terkecuali meskipun aku tidak ikut andil menjadi salah satu dokternya."

Jennie terdiam, namun tak lama kemudian timbul sebuah senyuman tipis dari bibirnya. "Baiklah."

"Baiklah, itu sudah mengatur semuanya, tidak ada yang perlu di atur lagi. Semoga dewi keberuntungan ada di pihakmu.." Jisoo akhirnya menandatangani kontrak yang Jennie buat.

"Dan bagaimana permainan bodoh ini berjalan, permainan yang tidak pernah aku bayangkan akan terjadi pada diriku sebelumnya, yang mengubah diriku menjadi cukup gila untuk menyetujuinya, dan akhirnya itu dimulai.."

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang