#31 Cop's Car

1.6K 243 7
                                    

"Jujur saja ini sangat menyenangkan untukku, ketika aku bisa bermanja-manjaan seperti ini dan melihatnya berada disisiku ketika aku baru saja bangun tidur. Meskipun bagianku hanya sedikit tapi aku tidak merasa tidak nyaman atau tidak senang, justru aku senang karena aku tidak harus menikmati kasur ini sendirian.."

Gadis belia itu membuka matanya perlahan dan tatapannya seketika saling bertemu dengan sang dokter, seakan ini adalah kali pertamanya Jennie sedikit terkejut dengan adanya Jisoo di depannya. "D-dok..?"

"Oh iya ya, semalam kita kan.. Astaga ini sangat-sangat.. Ahhh.. bisa bangun tidur dengan dia di sampingku.." Jennie menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Dia terlihat sangat nyenyak sekali.. Oke, pelan-pelan.." ternyata gadis itu berniat untuk keluar dari selimut dan bergegas pergi. "Jangan bangun.. Jangan bangun.. Jangan bangun.. Jangan bangun.."

Grrpp..

Satu tangannya melingkar di perut Jennie dengan sempurna. "Eh.. Waahhh.." badannya seketika di tarik ke belakang dengan sangat cepat.

"Mau pergi kemana?"

"Apa aku sudah membangunkanmu?" kedua tangan Jennie tertahan di depan dadanya sendiri. "Ini sudah pagi, aku harus pergi dan bersiap membuatkan sarapan untuk kita berdua." senyum Jennie kikuk.

"Tidak, kau tidak boleh pergi kemana pun, kau harus tetap disini sampai aku memperbolehkannya."

"Hmm.. Tapi.."

"Atau aku harus mengikatmu lagi supaya kau tidak pergi kemana-mana?"

"Yahhh.."

***

"Arrggghhh.." Jisoo keluar dari kamar mandi sambil memukul-mukul punggungnya sendiri, wajahnya terlihat meringis kesakitan. "Astaga, tubuhku sakit semua.." Jennie yang masih memakai apron dan menata sarapan untuk mereka berdua di atas meja makan. "Sepertinya aku membutuhkan bantuanmu untuk menghilangkan rasa sakit ini, Jen.."

"Baiklah, aku akan obati lagi nanti, setelah kita selesai sarapan ya."

"Aku membuatkan makanan lain untukmu." cengir gadis itu.

"Wah, bubur ya.." sudah sekian lama Jisoo tidak makan bubur, tidak membelinya apalagi membuatnya sendiri. Ia berdiri di belakang Jennie saat gadis itu menuangkan sendok demi sendok bubur ke dalam mangkuk. "Aku tidak pilih-pilih kalau makan, jadi jika ini rasanya lebih dominan ke asin aku tidak masalah.."

Sebuah pelukan hangat di pagi hari mulai mengganggu Jennie. "Tapi aku lebih suka makanan yang rasanya manis, manis seperti dirimu dan 'gula cair' yang kau berikan padaku semalam.." kekeh Jisoo.

"Jisoo-ya!! Jangan seperti ini astaga.. Nanti buburnya tumpah.."

"Tidak akan tumpah."

"Aku tidak bisa bergerak!!" Jisoo mendorong tubuh Jennie sampai ia terdiam dan tak bisa bergerak, tubuhnya bersandar di meja makan. Sepertinya Jisoo teringat tentang kejadian semalam sampai akhirnya ia berani mencium Jennie lebih dulu, tapi sebelum mereka bermain terlalu jauh, Jennie mendorong tubuh Jisoo menjauh.

"Tunggu dulu, apa kau tidak akan pergi bekerja?"

"Hoaamm, aku bekerja sendiri dan aku hanya menerima tugas jika ada pasien darurat yang membutuhkan operasi dengan segera ketika dokter bedah lain sedang sibuk." Jisoo pun memilih untuk mengalah dan segera memakan bubur yang sudah Jennie sediakan. "Lagi pula aku sedang menunggu seseorang."

Ding.. Dong...

Masih basah ucapan Jisoo barusan, tamu yang ia tunggu sudah berada di depan pintu rumahnya. "Biar aku saja yang membuka pintunya."

"Tidak usah Jen." Jisoo menegus Jennie sebelum ia beranjak. "Aku tau siapa yang datang, biar aku saja." Benar saja, Jisoo tau siapa yang akan datang, seorang wanita di dampingi oleh 2 orang polisi sudah berdiri dengan memasang wajah dingin mereka.

"Oh, Nona Seulgi!!" seru Jennie antusias namun tidak untuk Jisoo.

"Akhirnya kau bisa mengurus semuanya kan? Aku sudah menunggu kabar baiknya." Seulgi terlihat sedang menarik napas yang cukup panjang sesaat setelah Jisoo berbicara padanya.

"Kim Jisoo, Aku Kang Seulgi datang kemari untuk menahan dirimu dengan tuduhan atas penyerangan dan penganiayaan. Kami membutuhkan penjelasanmu di kantor sekarang, kami mohon anda bisa bekerja sama dengan baik."

"Hah? Tindakan penyerangan?"

"Baiklah, biarkan aku mengambil jaketku dulu." Jisoo masih sedikit tak mengerti dengan bualan Seulgi bersama dengan 2 orang polisi yang ia bawa ini, namun ia hanya bisa menuruti ucapannya saja.

"Jisoo-ya, tunggu.." Lengan Jisoo tiba-tiba di tarik oleh seseorang. "Aku tidak mengerti apa yang terjadi, badanmu babak belur seperti itu dan kau sekarang di tangkap oleh polisi?"

Jisoo memberanikan diri untuk menggenggam tangan sang kekasih. "Itu cerita yang sangat panjang Jen, aku akan menceritakannya padamu ketika aku pulang nanti. Jangan khawatir sayang, semuanya akan baik-baik saja." Kali ini, kedua tangan Jisoo menyentuh pipi Jennie sambil menatap matanya lekat-lekat. "Tunggu aku pulang ya.. Aku akan pulang secepatnya."

Jisoo berjalan mengikuti Seulgi, polisi itu terlihat melirik ke arah Jennie yang berdiam diri di ambang pintu. "Jen, jangan khawatir oke? Aku akan menjaga Jisoo." ucap Seulgi yang di balas dengan anggukan lemah dari Jennie.

Jisoo di giring masuk ke dalam sebuah mobil polisi berwarna hitam. "Aku akan mengurus tersangka dan mengantarkannya ke kantor, kalian berdua pergi dengan mobil yang lain." suruh Seulgi.

"Baik, Nona."

***

"Fck you Chu, kau memaksaku untuk melakukan hal ini sebelumnya, tapi sekarang kau benar-benar sudah keterlaluan. Ini sudah termasuk ke dalam ranah kriminal, kau akan kehilangan jabatanmu." geram Seulgi sambil menyetir mobil yang akan mengantarkan mereka ke kantor polisi. "Apa-apaan coba?! Kau bahkan mematahkan leher lelaki itu?!" Jisoo hanya memandang datar ke arah jendela.

"Hey, dia yang memulainya.. Apa yang bisa aku lakukan selain membela diri huh?"

"Kau hanya harus memastikan jika dialah orangnya, bukan berarti kau menghancurkannya. Kau bisa saja menghilangkan bukti akurat kita Chu. Dengar Jisoo-ya, aku tau kau sangat marah saat itu tapi apa kau lupa kalau ada banyak orang yang peduli padamu? Pikirkan itu, jika saja kemarin ada hal buruk yang terjadi padamu bagaimana?" Jisoo hanya bisa terdiam, ia tidak membantah lagi dan mendengarkan ucapan Seulgi sampai habis.

"Dia mencintaimu, Chu. Kalau hal itu terjadi, akan seberapa besar kau menyakitinya? Kau sangat beruntung karena tadi malam Jungkook hanya membawa pistol listrik saja, aku tidak mau menjadi orang yang memberikan berita buruk pada gadis itu, apalagi itu tentang kau."

Napas Jisoo sangat pelan, seakan-akan setiap hembusan napasnya adalah sebuah penyesalan. Memang benar jika ia sangat marah tadi malam, bahkan dia juga sama-sama kalap ketika dirinya terdesak dan harus melawan, tapi itu bukanlah yang seharusnya terjadi. "Aku minta maaf.." ucapnya lirih.

"Hey!! Jangan minta maaf pada polisi!!" ejek Seulgi. "Minta maaf sana sama istrimu yang sudah kau kurung semalaman di dalam kamar!"

"Hah? Eh.. Anu.." dan jawaban dari Seulgi berhasil membuat Jisoo gelagapan.

"Jangan ah uh ah uh padaku, sialan!! Kau tidak bisa menyembunyikan kebusukanmu itu dariku!!" Aku bisa melihat kau masih menginginkan cairan 'madu' itu, bahkan saat kau keluar dari rumah. Hufft, kita selesaikan masalah ini secepatnya sebelum Kim Jennie mu itu meninggalkanmu, oke?"

"Iya iya.."

***

Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang