"Hufftt.."
Jisoo sedang berolahraga pagi dengan berlari mengelilingi taman kota, di balik kesibukannya ia juga perlu menjaga kesehatan tubuhnya.
Beeppp... Beepp... Beepp...
"Selamat pagi.." Jennie masih menutup kedua matanya saat ia terbangun pagi ini, namun ia sudah berjalan mondar mandir menuju ke arah dapur. Ia mengambil handuknya yang berwarna merah muda kemudian berjalan ke kamar mandi yang tak jauh dari dapur. "Tumben sekali kau tidak berisik dokter.." racaunya.
Sreet..
"Hmm?"
Jennie terkejut ketika ia membuka pintu kamar mandi, di dalam sudah ada seseorang yang hanya mengenakan celana dalam hitam dan menutup kedua payudaranya dengan sebuah handuk. Wanita itu sedang menggosok giginya tapi wajahnya terlihat biasa saja.
"Whooaaaa!! Aku minta maaf
!!" Jennie berlari menjauhi pintu kamar mandi dan berteriak histeris, wajahnya memerah lagi. "Kenapa kau tidak mengunci pintunya hah?! Kau hampir saja membuatku terkena serangan jantung!!!" teriak Jennie lagi, gadis itu berjongkok di pojokan."Bukannya aku sudah memberitahukan padamu sebelumnya? Aku tidak akan mengubah peraturan apapun dalam hidupku, meskipun disini ada dirimu."
Jisoo mengeringkan rambutnya. "Aku hanya melakukan apa yang biasa aku lakukan, tidak kurang, tidak lebih."
"A-aku tau itu, tapi itu hanya berlaku ketika kau sendirian bukan saat ada aku disini."
"Ya sudah, kau sendiri yang keliru bukan aku." Jisoo perlahan berdiri di belakang Jennie setelah ia memakai kemejanya. "Jika kau tidak bisa menerima itu, menyerahlah, segera bergegas dan pulang, sayang." bisiknya.
Jennie masih berpegang pada tekadnya, ia tidak ingin di remehkan oleh Jisoo. "Siapa yang aku menyerah? Tidak ada yang menyerah disini, ini kan cuma permainan kecil!"
"Hmm?"
"Mpphh.." tatapan Jennie tertuju pada belahan payudara Jisoo karena wanita itu belum mengancingkan kemejanya.
"Apa kau yakin?"
"I-iya.." wajah Jennie semakin memerah. "Aku yakin."
"Baiklah."
Setelah bersiap-siap Jisoo pun segera pergi untuk dinas. "Baiklah, aku berangkat dulu, kalau ada apa-apa hubungi aku segera ya? Dan jangan lupa untuk check-up kesehatanmu."
"Iya, iya, aku sudah tau, kau ini seperti ibuku saja.." gerutu Jennie.
"Kau juga harus memikirkan hal itu Jen, apa kau merasa kurang baik sekarang? Apa perlu aku cek dulu? Mana lihat? Kalau perlu aku akan membawamu ke rumah sa.."
"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu melakukannya. Pergi saja!!"
Baaammm..
Jennie menutup pintu rumah Jisoo dengan cukup keras, kemudian ia terdiam sejenak, ia mengipas-ngipas tubuhnya sendiri.
"Gerah ya.." gumamnya.
***
"Astaga ini sangat bagus.." Beberapa perawat sedang berkumpul, salah satu dari mereka ada yang baru saja melakukan pertunangan.
"Apa yang kau pikirkan? Sampai-sampai melepas masa lanjangmu dengan cepat, Chaeyoung-ah?"
"Iya Chaeyoung-ah, kau tidak cerita juga pada kami, itu jahat kau tau.."
"Hahaha, astaga aku baru saja mau bilang pada kalian padahal.." Rose hanya bisa tersenyum hambar.
"Pasti sangat menyenangkan bisa memiliki tunangan seperti itu."
"Aku tidak tau jika akan berjalan secepat ini pada awalnya, tapi Jungkook bilang ia ingin memberikan aku sesuatu dan inilah hadiahnya."
"Astaga, itu sangat romantis.." pekik perawat lain. "Eh, ngomong-ngomong katanya ada perawat baru juga yang mukanya sangat imut.." mereka mulai membicarakan hal lain lagi, namun kali ini tatapan Rose beralih pada Jisoo yang sedang berada di belakangnya.
Ia berharap Jisoo cemburu dengan apa yang terjadi sekarang padanya namun nyatanya Jisoo tetap biasa saja.
***
"Aku dengar, seorang wanita sudah bertunangan dengan seorang lelaki, bisakah kau menjelaskan ini Chu?" tanya seseorang saat Jisoo sedang berganti pakaian.
"Hmm?"
"Tidakkah Rose terlihat seakan memiliki standar yang tinggi untuk menentukan pasangannya, maksudku, Jungkook yang seang kita bahas." seringai Irene. "Banyak rumor yang mengatakan jika lelaki itu sangat senang menyiksa wanita yang sedang bersamanya."
"Lalu apa? Itu bukan urusanku." jawab Jisoo santai. "Haruskah aku peduli?"
"Whoaah, kau sangat tidak peduli ternyata, hmm? Apa yang akan Rose lakukan ya jika ia mendengar ucapanmu barusan?" senyum Irene. Jisoo memberikan tatapan tajamnya agar wanita itu segera pergi dari ruang ganti, namun Irene memegang tangan Jisoo seketika.
"Sikapmu yang sangat dingin dan seolah tidak peduli lah yang aku suka darimu." seringai Irene, namun Jisoo tak bergeming. "Tatapan tajam darimu itulah yang membuatku bergairah.." Irene menjulurkan lidahnya, berusaha mencumbu sang dokter.
"Irene, kau adalah pelacur jalang yang pandai menggoda kan huh?" Jisoo menyambut ciuman itu dan berdiam disana untuk waktu yang lama.
***
Di rumah Jisoo, seorang gadis sibuk membereskan barang-barang yang bukan miliknya dengan teliti dan sampai bersih. "Sudah beres semuanya!! Tertata dengan baik kan."
"Hahaha, membereskan rumah bukanlah hal yang sulit untukku!!" jeritnya sendirian. "Itu seperti memakan sepotong kue kau tau huh? Sangat mudah!!"
Namun napas Jennie tiba-tiba menjadi berat, ia mulai mengeluarkan keringat dingin dan badannya sangat lemas.
"Haruskah kambuh saat ini?" perlahan Jennie terduduk di sofa sambil meremas dada bagian kirinya, rasanya sangat sakit. "Padahal aku tidak bekerja terlalu berat, tapi kenapa.. hah.. hahh.." napasnya tersengal-sengal. "Tapi kenapa aku sangat lemah?"
"T-tidak, aku tidak kuat.." tangannya mencoba meraih sebuah botol minum dari meja.
***
"Jika kau sedang tidak ada acara hari ini, maksudku nanti malam, temanku baru saja lulus sarjana dan ia mengadakan sebuah pesta kecil di rumahnya, bagaimana menurutmu?"
Jisoo dan Irene sedang berada di dalam lift dan mereka akan segera pulang.
"Hmm, aku rasa aku tidak akan ikut, aku baru saja membeli kucing kecil di rumahku dan aku harus segera pulang sebelum dia merasa kelaparan."
"Hmm? Sejak kapan kau suka dengan kucing?"
"Nanti saja ya, mungkin kapan-kapan aku bisa ikut, sampai jumpa.." Jisoo segera pergi dari Irene, ia merasa tidak enak karena sudah menolak ajakannya.
"Jennie-ya." Jisoo masuk ke dalam rumah, namun ia tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari Jennie. Jisoo melempar kunci motornya ke atas meja dan terus memanggil nama Jennie.
"Jen?!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive [END]
FanfictionKim Jennie, seorang gadis muda yang selalu berharap jika hari esok bukanlah hari terakhir dalam hidupnya. Suatu harapan dan dukungan dari keluarganya yang selalu menguatkan gadis itu, sampai suatu saat harapan itu berubah menjadi seseorang yang menj...