#49 It Happen Again

779 142 4
                                    

"Jennie lah yang seharusnya mendapatkan donor itu, dia adalah pasien yang harus di prioritaskan, apa maksudmu tiba-tiba memberikan donor itu untuk orang lain hah?" Lisa hanya memberikan ekspresi datar dan seakan-akan tidak tertarik dengan pembicaraan yang sedang di bicarakan oleh Jisoo.

"Hmm.. Ternyata ini lebih cepat dari yang aku perkirakan dan aku yakin kau sudah mendengar apa yang aku katakan kepada June." Lisa bangkit dari tempat duduknya. "Sebagai direktur, aku harus mengambil keputusan dan sebaiknya kau tidak menjadikan ini sebagai masalah pribadi dr.Kim Jisoo. Aku punya bukti jika kau ingin melihatnya, semua yang aku lakukan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai rumah sakit cabang dari SE Med, aku tidak yakin bisa membantumu."

"Jadi selama aku masih menjabat sebagai direktur di kedua rumah sakit, aku tidak bisa menempatkan pasienku dalam resiko tinggi hanya karena masalah prioritasmu itu." Lisa mengambil berkas rekam medis yang ada di atas mejanya. "Ini berkas yang harus kau lihat, aku tidak akan menyembunyikan informasi apapun darimu." 

Jisoo mengambilnya dengan sedikit kasar dan membaca isinya, ada rasa kesal yang semakin timbul. "Kau tidak akan menuduhku jika aku yang memalsukan hasil lab itu sekarang kan? Tapi jika kau masih membawa masalah ini menjadi masalah pribadimu, akan ada cara lain untuk menyelesaikannya, Kim Jisoo." Jisoo tau ini bukanlah hal mudah, Lisa pasti akan mempersulit keadaan.

"Aku sangat mengerti dengan apa yang kau rasakan sekarang, kau sangat berharap untuk bisa menolong seseorang yang bukan siapa-siapa, semua orang juga pasti akan melakukannya. Aku tidak akan merusak apa yang sudah kalian berdua punya, aku tidak sekejam itu. Aku akan membuat masalah ini menjadi sedikit lebih mudah jika kau mau mengikuti apa kataku, keluar dari rumah sakit ini dan pindah ke SE."

Lisa dan Jisoo saling bertatapan, bahkan jarak wajah mereka tidak terlalu jauh. "Tidak sulit untuk mencarikan donor jantung yang cocok untuk.. kekasihmu." Lisa menyentuh jaket yang Jisoo kenakan. "Bagaimana hmm? Apa kau menyetujui persetujuan ini sayang?"

Grrrbb..

"Arrghh.." Jisoo meremas tangan Lisa, tepat di tangan kanannya.

"Aku benar-benar memperingatimu tentang jabatan yang sedang kau pegang sekarang, Lalisa. Aku lebih baik tidak menuruti apa katamu atau kau sendiri yang akan menerima pembalasannya nanti."

Lisa membuka sarung tangan hitam yang ia pakai dan memperlihatkan bekas luka pada tangannya ke arah Jisoo. Sang dokter hanya bisa tertegun dan ada rasa sakit tersendiri yang timbul karena masa lalunya. 

"Lakukanlah!! Selesaikan apa yang sudah kau perbuat Kim Jisoo, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan setelah ini. Tidak seperti kau, untuk orang cacat sepertiku sudah tidak ada lagi harapan untuk bisa menjadi seorang dokter bedah."

Jisoo melepaskan genggamannya dari tangan Lisa. "Apa yang kau bicarakan? Memangnya aku yang ingin kau seperti ini? Lagi pula dari dulu ini hanyalah sebuah kecelakaan, aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu, aku masih terus merasa bersalah karenanya. Jika bisa aku kembali, aku tidak ingin semua ini terjadi." Jisoo berbalik dan membelakangi Lisa. "Jika kau ingin melakukannya, lakukanlah hanya padaku dan jangan pernah bawa Jennie pada masalah kita, dia tidak tau apa-apa."

"Hanya itu saja yang ingin kau bicarakan dr.Chu? Jika kau sudah selesai silahkan keluar dari ruanganku karena ada pekerjaan yang masih harus aku selesaikan."

Seperginya Jisoo, Lisa memang masih mengerjakan beberapa berkas yang harus dia tanda tangani, tapi pada saat sedang melakukannya Lisa merasa kesal dan merobek kertasnya. "Rasa bersalah? Apa yang kau tau dari kata itu hah?"

"Kau sangat menyebalkan Kim Jisoo!! Aku tidak akan pernah membiarkan kau hidup bahagia."

***

Jisoo terduduk di samping Jennie menemaninya karena ia tidak jadi pergi mengambil organ donor untuk sang kekasih. "Ayolah, berhenti mengeluh.. Nanti juga akan ada donor lagi untukku, kau hanya akan di pecat jika terus menerus seperti itu. Biarkan saja orang lain yang mendapatkannya, mereka lebih membutuhkannya daripada aku. Aku juga masih baik-baik saja.." Di balik ucapannya, Jennie masih berusaha untuk mengatur napasnya dan rasa sakit yang semakin hari semakin parah.

"Jen? Kau baik-baik saja? Kau terlihat sangat pucat."

"Ya ya, aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Aku hanya merasa sedikit lelah, aku ingin tidur sebentar."

"Baiklah baiklah, aku akan mengantarmu ke kasur."

Tapi setelah tertidur di ranjangnya kondisi Jennie malah semakin buruk dan tidak kunjung membaik, Jisoo mengambil stetoskop dan membuka baju Jennie, ia mengarahkannya ke dada sebelah kiri dan mendengarkan detak jantung Jennie yang mengalami perubahan drastis.

"Ini semakin buruk.." 

***

"dr.Chu dan aku sudah mengawasinya untuk beberapa hari ini, kami yakin jika masih ada kesempatan untuk Jennie mendapatkan donor jantung yang lain."

"Dan dalam waktu dekat ini karena kondisinya dia harus segera di operasi kan?" tanya Hanbin.

"Untuk saat ini, iya, kita memang harus melakukan tindakan operasi sesegera mungkin, kita tidak bisa membiarkannya semakin lama."

"Maka kita lihat saja apakah dia mau menandatangani informed consentnya atau tidak."

Jisoo menggenggam tangan Jennie namun wanita itu hanya tertawa karena ada June juga disana. "Haha, tumben sekali kalian bisa ada di sini bersamaan, aku tau kalau kalian ingin memberitahukan sesuatu padaku, katakanlah.. Itu sudah bukan menjadi hal aneh lagi untukku."

"Jen.."

"Katakan saja.."

"Jadi kita memang harus membicarakannya Jen, aku harus bilang padamu jika kami akan memasangkan VAD (Ventricular Assist Device/Pompa darah mekanik) untuk membantu kerja jantungmu setidaknya itu bisa mengulur waktu sampai donor selanjutnya tersedia." jelas June.

***


Stay Alive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang